2

23.6K 1.7K 287
                                    

"Ciuman sama gue aja, mau, nggak?" Tawar Jaemin.

Untuk beberapa detik setelahnya, Haechan hanya melongo menatap sahabatnya tak percaya. Sementara Jaemin berusaha sekuat tenaga untuk stay cool dan menatap Haechan menunggu jawaban.

Haechan mengangkat tangannya dan menyentuh dahi Jaemin, "Lo panas, Jaem?" Tanya Haechan masih syok dengan apa yang didengarnya.

Jaemin menggelengkan kepalanya, "gue nawarin doang. Soalnya lo keliatannya 'h' word banget. Kasian." Turur Jaemin masih berusaha santai.

"Gue bercanda aja loh, pengen sama Jeno tadi. Beneran deh, Jaem. Jangan marah, dong. Lo serem deh kalo gini." Ucap Haechan salah menafsirkan maksud Jaemin.

"Ya gue nggak bakalan juga ngizinin lo nyipok pacar gue." Sahutnya cuek.

"Gue nawarin doang, Haechan." Tegas Jaemin sekali lagi.

"Aneh nggak, sih?" Sahut Haechan kemudian.

"Hah?"

"Bakalan aneh nggak, sih? Maksud gue, lo sama gue 'kan sama. Apa nggak aneh kalo kita 'k' word?" Tanya Haechan.

Jaemin nampak memikirkannya. Jujur hal itu juga yang dari tadi mengganggu pikirannya. Tapi toh hanya ciuman. Bukannya melakukan 's' word sehingga top dan bot begitu penting. Mereka hanya akan melakukan "silaturahmi" bibir.

"Gue cuman nawarin, Haechan. Kalo lo nggak mau ya nggak usah." Sahut Jaemin kemudian. Jujur saat ini ia merasa sangat malu karena tiba-tiba saja mencetuskan ide ini kepada sahabatnya.

Haechan terlihat terdiam. Nampak memikirkannya. Ayolah, keheningan ini benar-benar menyiksa Jaemin. Kalau memang tidak mau, bisakah mereka membuka topik lain saat ini? Setidaknya menurunkan atmosfer kecanggungan dua sahabat ini.

"Boleh deh." Ucap Haechan tiba-tiba. Begitu mengejutkan Jaemin.

"Hah?"

"Boleh, Jaemin. Tapi, gue tanya deh sama lo. Lo .... nggak papa ciuman sama sahabat sendiri?" Tanya Haechan pelan.

"Ciuman doang kan?" Tanyanya balik.

Haechan mengangguk.

"Gue nggak papa sih, niatnya 'kan murni pengen bantu." Ucapnya kemudian.

Haechan mengangguk. "Ok. Gue juga penasaran, bener nggak kata lo tadi, nggak cuma Kak Mark yang jago ciuman." Ucap Haechan membuat Jaemin mendadak kikuk sendiri.

"O-okee.. kita.. ciuman nih, ya?" Tanyanya menatap tepat di manik mata sahabatnya.

Tatapan keduanya terkunci. Haechan mengangguk pelan. Dan dengan itu, Jaemin dekatkan tubuh mereka. Perlahan ia pangkas jarak antara keduanya. Dengan wajah saling mendekat, dua sahabat itu menutup mata mereka.

Cup.

Bibir keduanya bersentuhan. Tidak ada yang inisiatif bergerak. Maka setelah 5 detik saling berdiam diri, mereka tarik wajah mereka dan tertawa canggung.

"Apaan tuh." Ejek Haechan kemudian menutup mulutnya.

"Serius dong." Pinta Jaemin.

"Lo yakin, Jaem?" Tanya Haechan ragu.

Alih-alih menjawab, Jaemin tarik tengkuk Haechan dan menyatukan kembali bibir mereka. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini ia berinisiatif untuk memimpin. Melumat bibir sahabatnya dengan lembut. Berusaha membuat Haechan nyaman.

Sedang Haechan yang terkejut dengan aksi tiba-tiba Jaemin pun menutup matanya. Berusaha mengikuti ritme yang diciptakan sahabatnya. Haechan membalas ciuman Jaemin. Keduanya saling memagut satu sama lain. Hingga larut dan terbawa suasana.

Bibir Haechan manis. Rasanya seperti bubble gum. Rasa manis itu didapatkan dari lip balm yang dipakainya di bibir untuk melembabkan bibir keringnya. Sensasi berciuman dengan Haechan berbeda dari Jeno, pacarnya. Bibir Jeno cenderung terasa pahit akibat rokok yang tiap hari disesapnya. Rasanya pun sarat akan tembakau. Karena itu, Jaemin suka bibir Haechan.

"Mmphh!" Haechan menepuk dada Jaemin saat dirasanya paru-parunya sudah kehabisan pasokan oksigen.

Jaemin pun memutus ciuman keduanya. Mereka berciuman dalam waktu yang cukup lama. Semua ini karena lip balm bubble gum Haechan. Jaemin sangat menikmati ciumannya bersama sahabatnya itu.

Haechan bernafas dengan rakus. Dadanya naik turun memasok udara. Wajahnya memerah. Jaemin tertegun melihat paras sahabatnya. Haechan terlihat cantik.

Oh. Tentu saja Haechan cantik. Jaemin tahu itu. Bahkan sejak dahulu Haechan memang terkenal dengan paras cantiknya. Namun, entah mengapa, setelah berciuman dengan sahabatnya itu, pandangan Jaemin kepada Haechan berbeda. Dan sialnya, pandangan Jaemin tidak bisa jauh-jauh dari belah bibir sang sahabat. Ia seperti ketagihan dengan rasa manis dari bibir Haechan. Ia ingin merasakannya lagi. Jaemin mencandu.

Tapi tentu saja Jaemin tidak cukup gila untuk mengajak Haechan berciuman kembali. Ia berdeham dan mengambil sedikit jarak dari sahabatnya itu. Berusaha membuang fokus pikirannya dari bibir Haechan.

"Gimana?" Tanya Jaemin tiba-tiba. "Enak nggak ciuman sama gue?" Tanyanya membuat Haechan salah tingkah.

"Ehem!" Haechan berdeham. "Jujur... enak." Ucapnya pelan.

Entah mengapa Jaemin merasa senang mendengarnya. Ia merasa diakui.

"Enakan ciuman gue apa Kak Mark?" Tanyanya lagi sedikit melunjak.

Haechan nampak berpikir, "beda." Jawabnya kemudian.

"Beda?" Jaemin mengernyitkan dahinya.

Haechan mengangguk. "Tipe ciumannya beda."

"Beda gimana?" Tuntut Jaemin penasaran.

Ia seakan tidak puas dengan jawaban yang diberikan sahabatnya itu.

"Kalo Kak Mark ciumannya agak ganas... kayak hap hap hap, mau makan orang gitu. Sedep deh pokoknya!" Terang Haechan dengan lantangnya.

"Kalau gue?" Tanya Jaemin sinis.

"Kalau lo... kayak lembut gitu. Sama-sama enak, tapi beda aja." Ucap Haechan kemudian.

Jaemin  pun bersender dengan perasaan sedikit kecewa. Ya. Ia kecewa karena ternyata ciumannya tidak lebih unggul daripada Mark. Yang sebenarnya dirinya juga bingung kenapa mesti merasa seperti itu. Bukankah disini ia hanya ingin membantu Haechan menyalurkan keinginannya? Bukannya ingin adu hebat ciuman dengan Mark. Entahlah. Jaemin sendiri juga bingung dengan dirinya.

"Tapi... makasih loh, Jaem. Lo sampe nyium gue, hehe. Lo emang sahabat gue deh!" Seru Haechan cengengesan lalu memeluk Jaemin dengan erat.

Jaemin tersenyum dan balas memeluk Haechan.

"Bilang aja ntar kalau lo mau ciuman lagi."

"Eh?"

Coba-Coba | Nahyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang