Jangan lupa tinggalin vote dan koment yaaa guys, karena suara kalian sangat berarti hehe. Selamat membaca 🥰🥰❤️
Haechan sudah mencoba sebisanya untuk menyukai Renjun, namun hati memang tak bisa dipaksakan. Pertemuan pertama berujung illfeel membuat Haechan menarik diri. Ia selalu menolak jika diajak ngedate oleh tetangga komplek Jeno itu. Meskipun saat ini mereka masih intens bertukar pesan, namun Haechan tak punya perasaan lebih. Ia hanya berusaha bersikap sopan.
Haechan pikir dengan membuka hatinya kepada orang baru ia bisa move on dengan cepat. Karena Haechan harus cepat move on. Ia ingin mengakhiri uring-uringannya.
Mark?
Bukan. Ia bahkan tidak seresah ini ketika putus dari Mark. Padahal semasa pacaran ia sangat bucin dengan mantan pacarnya itu.
Jaemin.
Ya. Sahabatnya, Na Jaemin.
Haechan harus move on dari Jaemin.
Haechan cukup tahu diri untuk tidak menaruh perasaan kepada sahabatnya. Selain karena pertemanan mereka yang kini merenggang, Haechan tidak ingin menjadi perusak hubungan baik Jaemin dengan Jeno. Maka dari itu ia harus mengurus perasaanya sendiri.
Entah sudah berapa minggu mereka tidak berhubungan. Haechan rindu. Ia rindu masa-masa memborbardir ruang chat Jaemin dengan puluhan pesan singkatnya, menelepon tidak tahu jam dan waktu sesuka hatinya, hingga dengan seenaknya bertandang ke kediaman sahabatnya itu. Sangat disayangkan sekarang ia tak bisa melakukan itu.
Haechan memeluk gulingnya. Menatap dinding kamarnya dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang ke kejadian coba-coba. Saat Jaemin menawarkan bantuan untuk berciuman dengannya menggantikan Mark. Wajah Haechan bersemu merah. Hatinya gatal hanya dengan memikirkan adegan setelahnya.
Haechan menggigit bibirnya. Memikirkan betapa ia menyukai sentuhan Jaemin. Betapa ia merasa nyaman dicium oleh sahabatnya sendiri. Ciuman Jaemin yang lembut. Sensasi berbeda yang tak pernah ia dapatkan dari Mark. Haechan menyukainya.
Haechan terlena. Ia merasa nyaman dan bergantung pada Jaemin. Bahkan beberapa waktu terakhir, jika ingin berciuman, Haechan tidak perlu repot-repot mengemis perhatian pacarnya, Mark. Alih-alih menemui Mark, Haechan lebih senang untuk membuat janji temu dengan sahabatnya. Ya, itu adalah rahasia kecil Haechan.
Mungkin karena itu juga, ketika Haechan mendapati Mark berselingkuh, ia tidak begitu sakit hati. Hanya sedikit air yang keluar untuk mantan pacarnya itu di hari Haechan memutuskan hubungan keduanya. Padahal hubungannya dengan Mark sebentar lagi menginjak 1 tahun. Ternyata Haechan tidak sesedih itu.
Sebenarnya Haechan bingung. Entah ia menyukai ciuman Jaemin, atau Jaemin sendiri. Karena pada awalnya Haechan terlena dengan bagaimana cara Jaemin menciumnya. Ciuman lembut yang menenangkan. Namun secara mengejutkan, ketika Jaemin "berpura-pura" menjadi Mark, menciumnya dengan sedikit ganas, tak bisa Haechan pungkiri ia lebih menyukainya.
Bagaimana Jaemin menarik tengkuknya, merapatkan tubuh mereka, melumat bibirnya, menciumnya dalam dan menuntut, hingga permainan lidahnya yang membuat Haechan kewalahan. Haechan menyukainya. Sangat-sangat menyukainya.
Namun ia disadarkan dengan fakta bahwa dirinya dan Jaemin hanyalah sahabat. Jaemin memiliki orang yang terikat dengannya. Dan Jeno terlalu baik untuk dikhianati seperti ini oleh ia dan Jaemin.
Haechan takut. Haechan takut semakin menginginkan Jaemin untuk menjadi miliknya seutuhnya. Haechan takut dengan bisikan yang akhir-akhir ini didengarnya di kepalanya. Yang menyuruh Haechan untuk merebut Jaemin dari pacarnya. Haechan tidak ingin menjadi orang yang lebih jahat dari ini. Karena itu, sebelum keduanya terperosok lebih jauh, Haechan akhiri semuanya. Ia tarik dirinya dan buat jarak. Meskipun rindu adalah harga yang harus dibayarnya.
"Gue kangen Jaemin.." lirih Haechan sedih.
Haechan peluk gulingnya lebih erat. Sambil memikirkan sahabatnya itu hingga dadanya sesak. Bayangan sosok Jaemin muncul di benak Haechan. Jaemin dengan senyum hangatnya. Sial. Ternyata mencintai milik orang lain rasanya sesakit ini.
Tok tok tok
Haechan yang baru saja hendak menutup matanya terkejut dengan ketukan di pintu kamar kosnya. Haechan lirik jam dindingnya. Pukul 23.45. Waktu yang tidak lazim untuk bertamu. Namun Haechan sedikit berdebar memikirkan siapa orang di balik daun pintunya. Ia diam-diam mengharapkan sebuah nama. Jaemin.
Tok tok tok
Lagi-lagi ketukan pelan terdengar. Haechan atur nafasnya. Ia kumpulkan niat sebelum turun dari ranjangnya. Setelah dirasa siap, Haechan langkahkan kakinya menuju pintu kamarnya. Ia tak bisa menahan senyum sumringahnya. Haechan benar-benar yakin dengan tebakannya.
"Hai."
Senyuman Haechan seketika memudar. Bukan Jaemin. Sosok di balik pintu kosnya bukan seperti yang ia harapkan, sahabatnya, Na Jaemin.
Ia adalah Renjun.
"Boleh masuk, nggak?" Tanya Renjun dengan senyumnya.
Haechan berada di posisi yang serba salah. Tidak rela mempersilahkankan Renjun masuk ke area pribadinya di jam yang sudah kelewat larut ini, namun juga tidak sopan jika menolak permintaan Renjun. Bagaimanapun juga mereka adalah teman. Meskipun Haechan belum kenal terlalu lama dengan tetangga komplek Jeno ini.
"Haechan, kok ngelamun?" Panggil Renjun mengembalikan kesadaran Haechan.
Lelaki chinese itu masih senantiasa memasang senyumnya. Membuat Haechan semakin sulit untuk menolak permintaannya.
Pada akhirnya, dengan berat hati akhirnya Haechan buka pintunya lebar. Mempersilahkan tamu tidak tahu waktu-nya untuk masuk. Setelah Renjun masuk, Haechan biarkan pintunya terbuka. Menghindari suasana intim yang akan tercipta bila keduanya berada di ruangan tertutup hanya berdua. Entah mengapa Haechan berpikiran demikian. Ia hanya jaga-jaga.
"Sorry, ya, aku nggak ngabarin dulu kesini."
Haechan mengangguk. "Iyaa." Sahutnya yang bingung harus merespon bagaimana.
Renjun sodorkan plastik hitam yang dibawanya sedari tadi, "aku tadi habis ngetaichan bareng temen-temen, terus kepikiran kamu. Yaudah deh langsung aku bungkusin dan gas kesini." Terang Renjun.
Haechan terima dengan senyum kikuknya, "makasih ya, Renjun."
Bisa banget nyari alasannya. Pikir Haechan
"Bohong deng, sebenernya aku kangen kamu aja sih, hehe." Aku Renjun sedetik kemudian. "Kamu sih diajakin jalan sibuk mulu." Keluh Renjun yang hanya dibalas dengan tawa canggung oleh Haechan.
Renjun tiba-tiba berjalan mendekati Haechan. Memangkas jarak diantara mereka. Membuat Haechan secara reflek mengambil langkah ke belakang.
"Kok mundur, sih?" Tanya Renjun masih melangkahkan kakinya maju.
"Ng-nggak papa, kok. K-kamu kenapa maju?" Balas Haechan gugup.
Renjun tersenyum.
Tidak. Itu lebih mirip dengan seringai. Dan Haechan bergidik ngeri melihatnya.
"Aku kangen sama kamu, Haechan. Aku pengen lebih dekat sama kamu."
Pundak Haechan menyentuh dinding, tanda ia tidak bisa kabur lagi. Renjun kini telak berada di hadapannya, dengan jarak yang begitu dekat.
"Renjun, kamu mau ngapain?" Tanya Haechan takut.
Demi Tuhan Haechan takut dengan sosok di hadapannya ini. Tatapan Renjun terlihat mengintimidasi. Aura dominannya begitu kuat membuat kaki Haechan mendadak lemas.
Tangan Renjun terangkat, membelai lembut pipi Haechan. Matanya sayu menatap belah bibir Haechan. Lantas ia basahi bibirnya dengan jilatan sekilas. "You are so beautiful, Haechan."
![](https://img.wattpad.com/cover/292274866-288-k471181.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Coba-Coba | Nahyuck
أدب الهواةAwalnya coba-coba, eh taunya... Jaemin 🔼 Haechan 🔽