10 | BREAK THE WALL

650 68 2
                                    

[Den Haag, Belanda —;musim dingin]

“Waktu sungguh berlalu dengan cepat”

Sudah lima tahun berlalu sejak Jeongguk memutuskan meninggalkan segalanya—jabatan, negaranya, keluarga bahkan terkasihnya. Ia kini menetap di negri kincir angin dan memulai hidup baru sebagai seorang Anderson—Jeongguk Anderson. Tentu tak lupa dimana ia melepas marganya dan memutuskan tali kekerabatan dengan semua anggota keluarganya. Secebis rindu kadang menyelubung—membuatnya dahaga akan kehangatan sebuah keluarga.

Benarkah keputusan yang ia buat dulu?

Jeongguk dulu begitu yakin jika Jimin pasti akan segera mengejarnya dan menemuinya sambil mengatakan 'hyung jangan pergi lagi, aku mencintaimu'. Namun yah, kadang ekspetasi memang tak seindah realitanya. Buktinya Jimin masih tak menemuinya juga—bahkan hingga lima tahun sudah terlewati dengan hampanya. Lima tahun Jeongguk hidup sendirian di tengah asingnya belahan dunia lain. Benar memang, jika berjuang sendirian apalagi untuk bertahan hidup di rumah orang akan menjadi sangat sulit karna nyatanya punya banyak uang tak menjanjikan hidupmu enak. Hingga dua tahun setelah Jeongguk menetap di Belanda dengan uang simpanannya yang semakin menipis—ia akhirnya bekerja sebagai seorang arsitek karna kemampuannya yang mumpuni dibidang seni lukis. Beruntung Herald—temannya di Belanda mau mengenalkannya pada salah seorang kenalannya yang akan membangun kafe. Hingga kini Jeongguk dikenal sebagai seorang arsitek yang memiliki design luar biasa memuaskan mengundang decak kagum para client-nya.

Lamanya digerus waktu tak membuat rasa cintanya pada seseorang luntur begitu saja. Sejenak merasa kecewa karna sepertinya—Jimin memang sudah tak mau lagi berurusan dengannya.

“Tolong Jimin, jangan membuatku menyesali keputusanku.”

Jelaga kelamnya menatap dalam pada butiran putih yang berjatuhan dari langit seraya menyampaikan asanya pada salju yang turun di musim dingin. Ini sudah musim dingin kesekian kalinya yang ia lewati seorang diri di negri orang. Herald sempat miris melihat keadaan kawannya itu dan berusaha mengenalkan beberapa teman wanitanya pada Jeongguk. Tapi selalu berakhir sama—Jeongguk menolaknya dengan halus. Ia menerima jika itu untuk berteman, tapi untuk menjalin satu hubungan sepertinya ia tidak bisa melakukannya.

Ya, Herald tahu bahwa Jeongguk menyukai seorang pria—tidak aneh pikirnya toh disana hubungan sesama jenis memang sudah biasa.

“Mau berapa kali musim dingin lagi aku berharap pada Tuhan agar kita dipertemukan?”

“Atau memang kita tidak akan bertemu lagi ya, Jimin?”

Jeongguk ingin ada yang menghangatkan dirinya dan hatinya lagi seperti dulu. Jeongguk rindu lullaby indah yang mengantarkannya ke gerbang mimpi. Jeongguk rindu pada seseorang yang dulu berjanji bersamanya untuk saling kembali apapun keadaannya.

Jeongguk hanya rindu Jimin.

“Aku merindukanmu—sangat.”

⚜⚜⚜⚜⚜

“Yak! Kau ini bagaimana sih!”

“Kenapa kau menyalahkan aku!”

“Ya itu salahmu kenapa kau meninggalkan dompetku di hotel!”

“Demi Tuhan Jimin! Aku sudah bilang aku tak sengaja.”

“Itu karna kau ceroboh.”

[END] Within The Past [Kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang