03 | LAST NIGHT OF SUMMER

507 72 0
                                    

Belasan maid tertunduk hormat ketika tuan besar Jeon—sang kepala keluarga mulai memasuki mansion. Tepat dibelakangnya sosok kebanggaan keluarga mengikuti langkahnya dan berhenti tepat di ruang tengah mansion. Para maid segera bergegas sejauh mungkin karna paham bahwa ayah dan putra bungsunya itu butuh waktu berdua. Setelah dirasa hanya ada mereka berdua disana—tuan Jeon membalikan tubuhnya dan menatap sang putra kebanggaan.

Satu tamparan keras lagi-lagi diterimanya malam ini—mungkin lebih keras dari sebelumnya karna tubuhnya ikut terhuyung ke kanan. Jeongguk memegangi pipi kirinya yang kembali menjadi sasaran tangan tuan Jeon. Jeongguk tahu ia salah dan ia menyadarinya—maka dari itulah ia hanya bisa diam.

“Beginikah caramu membalas ayah? Dengan mempermalukan ayah?!”

“Apa yang ada dalam pikiranmu itu sebenarnya Jeon Jeongguk! Bagaimana bisa kau mengencani bahkan meniduri putra rekan ayah sendiri?!”

“Ini putra Jeongguk putra! Ayah tak masalah jika dia adalah seorang perempuan. Ayah akan dengan senang hati merestui kalian.”

“Tapi Park Jimin itu seorang laki-laki, Jeon Jeongguk! Demi Tuhan! Dimana akal sehatmu! Apa kau masih waras?!”

“Kau bahkan menidurinya?! Astaga....”

Tuan Jeon membanting diri diatas sofa beludru biru sambil memijat pangkal hidungnya. Kelakuan Jeongguk selama ini jauh dari kata minus—wajah tampan, gagah, bertanggung jawab, dewasa, humble, ramah pada siapapun dan point plus darinya yaitu begitu penurut pada orang tua dan kakaknya. Namun, Jeongguk yang tiba-tiba diketahui menjalin kasih dengan seorang pemuda—ditambah itu putra dari sahabatnya sendiri benar-benar membuat citra baik seorang Jeon Jeongguk luruh seketika dimata tuan Jeon.

Jeosonghamnida.

Dan ya, Jeongguk tak bisa mengatakan apapun selain permohonan ampun dari sang ayah. Ia tahu ia salah dan ia cukup menyadari hal itu—sangat sadar akan hal itu.

“Kami melakukannya karna ... Karna kami saling mencintai, ayah.”

“Mencintai?! Kau sadar? Kau dan Jimin itu sama-sama laki-laki, Jeongguk! Kau tahu? Ini abnormal!

“Aku tahu ayah, aku minta maaf. Ini semua memang salahku.”

“Seharusnya malam itu ... Aku tidak meniduri Jimin dengan beg—”

Kembali, satu tamparan keras mendarat di pipi kirinya. Jeongguk yakin kali ini pipinya sudah membiru dan diujung bibir tipisnya keluar darah segar. Hal itu diperkuat dengan rasa di pipinya yang semakin kebas.

“Kau benar-benar mengecewakan ayah, Jeon Jeongguk.”

“Tidak cukup dengan menjalin kasih bersama putra sahabat ayah, kini kau mengakui pula bahwa kau yang memulai dengan menidurinya. Apa kau benar-benar tidak waras, Jeongguk? Apa wanita sudah tidak bisa membuatmu terangsang hingga kau berhubungan dengan seorang laki-laki?!”

Luruh sudah air mata yang ditahan Jeongguk sedari tadi—kini air mata itu akhirnya mengaliri pipi Jeongguk dengan derasnya. Jeongguk jatuh bersimpuh memeluk kedua kaki sang ayah dan melontarkan kata-kata permohonan ampun serta penyesalan. Namun ia juga tak bisa menampik bahwasanya sungguh—Jeongguk mencintai Jimin. Jeongguk tahu ini tak wajar, Jeongguk tahu ini salah. Tapi bagaimana dengan hatinya yang memilih Jimin—seorang laki-laki untuk menjadi pemilik hatinya. Bukan salahnya, bukan salah Jimin juga. Tapi ini kehendak hati mereka yang bekerja secara alami ketika menemukan kenyamanannya masing-masing.

“Ampun ayah ... Aku mohon ampun—aku benar-benar mencintainya.”

Tuan Jeon menyentak kasar putranya hingga jatuh terjungkal ke belakang. Jeongguk yang seumur hidupnya selalu mendapat kasih sayang yang berlimpah dari keluarganya mendadak merasa sakit di hatinya ketika sang ayah sendiri justru memperlakukan dirinya seperti sampah.

[END] Within The Past [Kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang