FK | 4

25.3K 3.3K 188
                                    

🍂🍂🍂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍂🍂🍂

Hingga keesokan harinya, Faiz bangun lebih dulu kebanding Wisnu. Sehabis salat subuh tadi, dua bujang itu kembali tertidur akibat perjalanan panjang yang membuat mereka kurang tidur. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 WIB, sementara acara seminar dimulai jam 10 pagi nanti. Faiz memilih untuk turun ke bawah karena perutnya sudah terasa perih akibat belum makan dengan benar.

Faiz sengaja meninggalkan sahabatnya itu. Wisnu tadi hanya salat, berbeda dengan Faiz yang sudah dua kali mandi. Malam setelah sampai di hotel dan sebelum salat subuh tadi. Sementara Wisnu belum mandi sama sekali.

Tepat pintu lift akan tertutup, tiba-tiba ada tangan yang langsung menahan lift agar tidak tertutup, untung saja tangan itu tidak terjepit. Saat lift kembali terbuka, detak jantung Faiz terasa berdegup lebih cepat, bagaimana tidak? Ternyata tangan yang tadi menahan pintu lift adalah tangan Senjani.

Dengan ramahnya Senjani tersenyum canggung kepada Faiz, lalu masuk ke dalam lift. Hingga pintu lift tertutup dan tidak ada perbincangan sedikit pun diantara mereka, padahal beberapa jam lagi mereka berdua akan ada di acara yang sama dan mungkin akan satu panggung.

"Emm.. maaf, anda yang namanya Senjani?" dengan gugup Faiz bertanya.

Senjani yang merasa namanya disebut langsung menoleh kepada Faiz yang ada disamping dibelakangnya. "Iya, anda Faiz?"

Faiz menganggukkan kepalanya. "Iya."

"Senang bertemu dengan anda, dan maaf soal kemarin—" ucap Senjani dipotong oleh

Faiz. "Seharusnya saya yang minta maaf. Saya tidak sengaja kemarin, maaf." Kataya.

Senjani terkekeh pelan, sangat pelan sekali. "Iya, gak masalah."

Kemudian kehingan datang kembali, Faiz tidak tahu harus membahas apa, begitu juga dengan Senjani. Sebenarnya bisa aja membahas tentang topik yang akan dibawakan untuk seminar nanti.

Padahal tujuan mereka itu sama, tapi Faiz tetap menjaga jarak kepada Senjani. Karena menurut pandangan Faiz, Senjani adalah perempuan yang sangat anti laki-laki, perempuan yang tidak bisa menyentuh sembarang orang. Terlebih yang bukan mahramnya.

"Anda ingin sarapan juga?" basa-basi Faiz.

Senjani menganggukkan kepalanya. "Iya."

Faiz tersenyum kikuk, sepertinya sulit sekali untuk mengajak perempuan ini bicara agar topiknya terasa panjang. Pada akhirnya mereka mengambil sarapan masing-masing, Senjani memilih makan di dalam kebanding Faiz yang makan diluar sambil menikmati pemandangan dan cuaca Malang pagi ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FAIZ KAZEEM [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang