MBC : [30] Damai?

2.4K 332 23
                                    

"Lu baik-baik aja Git?" Tanya Dava khawatir, Sigit dari tadi asik memandang kosong keluar jendela. Dava takut kawannya itu kesurupan.

Sigit hanya menghembuskan nafasnya berat. Entah kenapa ia tiba-tiba merasa kesal tak karuan, mungkin itu karena Gilang? Sigit tak tau, yang pasti ia cemburu.

"Kue pisangnya sayang Git, gak habis.."

Sigit menoleh, ia menatap kearah Dava spontan. "Lu mau ambil aja.."

"Eh beneran??" Ucap Dava sumbringah, Sigit hanya mengangguk membuat Dava menerima seloyang kue pisang itu dengan senang hati.

Suasana di kantin ini kembali sepi, mungkin karena sudah waktunya jam pulang. Sigit masih galau disini, ia bingung dengan situasi nya saat ini.

Entah apa yang Gilang pikirkan tentang dirinya, tapi Sigit merasa tak ada sedikitpun rasa dendam dari Gilang untuknya.

"Menurut lu Dav, gue terusin aja atau berhenti?"

Dava menoleh, cowok itu mencoba menelan kue pisang di mulutnya dengan susah payah.

"Sereut euy, bagi minum dulu Git!"

"Ambil sendiri lah.."

Dava cemberut, cowok itu melangkahkan kakinya menuju meja Bu kantin untuk memesan minum. Sementara Sigit disana bosan berdiam diri, ia berjalan kearah terakhir kali Andra dan Gilang pergi. Ia kepo apakah mereka masih ada di sekitar sekolah ini atau tidak.

"Git!" Dava yang melihat Sigit pergi pun hanya bisa menghela nafasnya kesal. Terpaksa ia bayar minumannya sendiri.

"Aqua gelas aja den?" Ucap Bu kantin itu sambil tersenyum manis, Dava hanya menyengir. Tadinya ia mau memesan es jeruk jika saja Sigit masih berada di kantin.

Sigit kan ATM berjalannya, tapi sekarang ATM berjalannya itu lagi jalan-jalan gak karuan karena galau.

Dava mendengus, ia tersenyum kecut. "Iya Bu, lagi bokek.."

Bu kantin hanya terkekeh geli, ia menyerahkan dua buah Aqua gelas kepada Dava.

Sementara Sigit disana masih saja celingukan, ia memandang luas kearah sekitar. Tidak ada tanda-tanda kehadiran Gilang, apa mereka sudah pergi ya?

"Lu ngapain disini?" Sigit tersentak sesaat. Ia menoleh kearah belakang, ada seorang pemuda cebol yang menatapnya heran dan di samping pemuda itu ada satu pemuda lagi yang melotot garang kearahnya.

Entah apa masalahnya, Sigit tak mengerti.

Yang pasti ia kenal pemuda cebol di hadapannya ini.

"Darrel?"

"Lu ngapain kesini?" Tanya Darrel lagi. Kali ini auranya sedikit dingin, entah kenapa pertanyaan Darrel terasa sedikit mengintimidasi.

"Nyari angin.."

"Bohong!" Darrel melotot, cowok cebol itu cemberut kesal.

"Bener kok.."

"Lu pasti ikutin Andra kan? Gak boleh!"

Sigit sedikit memiringkan kepalanya heran. Ia seperti sedang di musuhi oleh seekor kelinci kecil.

"Kenapa gak boleh? Suka-suka saya dong!"

Darrel semakin kesal, ia menghentakkan kakinya dan mendekat kearah Sigit. "Lu ganggu Andra, lu bakal terima akibatnya!"

"Lu mau apa?" Tanya Sigit merendahkan. Darrel hanya terdiam, dia bingung.

Mau apa ya?

"Mau pukul!"

"Coba.." ucap Sigit menantang, ia mendekatkan wajahnya kearah Darrel dan menunjuk pipinya santai.

MY BAD CASANOVA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang