Arc 2 - Chapter 13 - 1/2 (Musuh atau teman?)

3 0 0
                                    

'Tit...Tit...Tit..'

Kesadaran Tenza perlahan muncul, ditandai dengan indra pendengarannya yang mulai peka terhadap rangsangan suara yang masuk ke dalam otak. Diikuti dengan hawa dingin yang mengeliat di kulit wajah. Perlahan mata terbuka memandang langit kamar.

Terasa seperti bangun dari mimpi buruk, dengan kesadaran tipis mengingat hal hal yang terjadi di dalam mimpi.

'Benar juga..' Mengiggau dari dalam hati sambil menyingkirkan selimut yang membaluti tubuh, Mengangkat badan dengan tangan kanan yang menumpu pada kasur.

'Tit...Tit...Tit...' Alaramnya masih menyala.

melirik ke arah kanannya, tangan Tenza segera terulur dan menekan sebuah tombol di atas benda tersebut, menghentikan suara bising yang muncul. Tidak melepas tangannya dari jam alarm, memutar sedikit benda kotak tersebut, melihat waktu yang tertera dari sana.

Pukul 05.01 tanggal 13 agustus 2110. 

"Aku kembali lagi yah.." Nafas panjang terulur dari dalam bibir.

Dengan perasaan legah dan sedikit kecewa, Tenza melengkungkan alis. Entah kenapa tidak tercengang dengan kenyataan aneh, seakan dipaksa untuk terbiasa.

Meski begitu, terdapat harapan lain yang Tenza ingin itu terwujud. Mungkin dia dapat menanyakan hal itu kepadanya, hantu yang berkata dirinya dapat memundurkan waktu. 

Beberapa saat merenung, tiba tiba muncul pertanyaan lain masuk ke dalam kepala. Mengapa dia hanya memundurkan waktu beberapa jam?Tidak seperti sebelumnya, kali ini dimulai dari jam 5 pagi hingga jam 12 malam. Hanya sekitar 19 jam, tapi itu belum dihitung dengan lama waktu yang terjadi di dalam dimensi yang dibuat Lika.

Kesalahan Tenza di pengulangan ini adalah dia lupa menghidupkan stopwatchnya untuk mencari tahu kapan orang itu muncul. Ditambah lagi dia harus menyusun rencana untuk mengalahkan pria itu.

Dalam bidang kekuatan sudah dipastikan dia kalah telak, meski dirasa dia tidak sekuat Jason, tapi melihat dia yang mempunyai kekuatan yang dia sebut  sebagai 'otoritas' itu, Tenza rasa jika Jason dan pria yang tidak ia tahu namanya itu saling bertarung, pemenangnya adalah pria itu.

Dengan kata lain, Tenza menghadapi sesuatu yang lebih bahaya dari apa yang pernah terjadi sebelumnya. 

Sebenarnya penyihir itu apa? Lika tidak menjelaskannya secara terperinci, dia hanya mengatakan tentang dimensi buatan yang di dalamnya waktu tidak bergerak sama sekali dan memperingati Tenza untuk tidak menceritakan hal itu kepada siapapun.

Tenza menurunkan kedua kakinya dari atas kasur. Menyentuh permukaan lembut dari karpet bulu. Menggerakan kedua tangan menempel pada permukaan kasur. Menekuk sedikit siku lalu menghentakannya, segera menjaga keseimbangan dan berdiri. Mengadahkan pandangnya ke depan lalu melangkah mendekat ke arah pintu kayu coklat. 

Berjalan ke depan dengan setengah sadar. Menyentuh knop pintu logam yang menyengat telapak tangan dengan hawa dinginnya, memacunya untuk mengumpulkan kesadaran. Tiba tiba alisnya berkedut, dalam keadaan setengah sadarnya Tenza menyadari sesuatu.

Tenza tidak ingin memikirkannya, tapi Lika sepertinya menyembunyikan sesuatu. Entah hanya perasaannya saja atau memang benar begitu, untuk saat ini Tenza tidak bisa menyimpulkan secara gamblang. Terlalu banyak benang yang belum terhubung.

Memikirkan dan merisaukannya adalah hal yang tidak berguna, oleh karena itu...

"Shht...hei, apakah kau tahu? Seorang ibu yang ditemukan kemarin itu adalah tetangga ku loh."

"Benarkah?"

Untuk sekarang Tenza cukup Mengenakan seragam sekolah biru  dengan dasi hitam, perlengkapan lainnya dan bersekolah seperti biasa. Mendengarkan bisik bisikan gosip sepanjang lorong, tidak muak dengan celotehan mereka, karena beberapa kali mendengarkan hal yang sama membuatnya terbiasa. Atau mungkin Tenza hanya berusaha bersikap dewasa.

ELIKYA Number Zero : The Unknown Brave HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang