Arc 2 - Chapter 9 (Yang kedua kalinya)

27 1 0
                                    

Semuanya tampak sangat tidak jelas.

Semakin ia pikirkan dalam dalam, semakin buntu kepalanya untuk menemukan jawaban. Matanya termenung kosong menghadap langit kamar tidurnya. Melipat kedua tangannya ke bawah bantal yang ia tiduri.

Lagi pula dia tidak mempunyai satu petunjukpun yang dapat membantunya untuk mengungkap misteri ini.

Setelah beberapa saat dia menghela nafas. Menutup matanya berusaha mengosongkan kepalanya dari pikiran pikiran yang tidak perlu.

Matanya terbuka. Memandang kosong ke atas langit langit. Pupilnya bergetar kian memikirkannya.

"Aku tidak ingin hal itu tertimpa kepadaku." Ujarnya berharap penuh pada sesuatu yang tidak pasti.

Tenza tidak tahu secara spesifik, tapi waktu tidurnya sudah terlewat cukup lama. Dia sempat tertidur sebentar, tapi setelah itu dia terbangun lagi dan tidak bisa kembali memejamkan matanya. Dia sudah mencoba beberapa kali untuk tidur, meski tengah membaringkan tubuhnya di atas kasur yang sangat empuk, matanya tidak kian melemas dan mengantuk.

Sudah cukup lama waktu yang terbuang sia sia, apa yang sudah terjadi akhir akhir ini, ditambah dengan perkatan pak Leone, membuat batinnya menjadi tidak tenang. 

Terpaksa dia beranjak dari tidurnya, melepaskan kepalanya dari keempukan bantal yang hangat. Matanya menoleh ke sebelah kanan, melihat ke atas lemari kecil yang ada disebelahnya. Setelah itu mengambil smartphone miliknya yang tergeletak di atas lemari kecil.

Menghidupkan daya smatphonenya, matanya menatap ke pojokan layar. Ternyata sudah pukul 23.58. 

Biasanya aku tidak melakukan hal ini sekarang, tapi lihatlah ke arah jam tersebut. Aku selalu menghentikan waktu untuk sementara secara rutin.

Tenza tiba tiba teringat dengan ucapan pria Albino sebelumnya. Ketika dirinya berbicara di dalam apartemen mewahnya. Ada banyak misteri yang terjadi akhir akhir ini, ini bukanlah hal yang harus ia pecahkan, namun sisi lain dari dirinya memaksa untuk memecahkan misteri tersebut.

Aku biasanya melakukan hal ini di tengah malam tepat pukul 12...

Ucapannya benar benar terjadi. Isi kepala Tenza menjadi kacau saat mengetahui waktu benar benar berhenti oleh kepala dan matanya sendiri. Dimulai dari minggu ini, Tenza pernah mencari tahu lebih tentang penghentian waktu tersebut.

Sama seperti apa yang diucapkan pria tersebut, hasilnya dia mengetahui bahwa waktu selalu berhenti di jam 12. Dan akan kembali beberapa jam kemudian. Tenza pernah mencoba mengaktifkan stopwatch dari smartphonenya. Ternyata berhasil, stopwatchnya tetap berjalan meski waktu tengah berhenti.

Setelah mengetahui fakta itu, dengan menggunakan stopwatchnya, Tenza mencoba untuk menghitung seberapa lama penghentian waktu terjadi. Dia menemukan penghentian waktu itu terjadi dalam durasi 3 jam.

Dia teringat di hari keduanya, bersekolah tentang percakapan dirinya dengan Alex dan Reina. Tenza sempat mengatakan bahwa merasakan efek jet lag yang berkurang dengan sangat cepat, membandingkannya dengan apa yang ia rasakan dari rekaman kejadian sebelumnya.

Apakah penghentian waktu tersebut mulai terjadi semenjak saat itu? Sayangnya Tenza tidak terlalu memperhatikannya, tapi beberapa hari semenjak pengulangan waktu tidak terjadi. Efek jet lagnya telah menghilang.

Awalnya Tenza mengira pengulangan waktulah yang membuat efek jet lagnya berkurang drastis. Tapi sepertinya fakta itu tertepis oleh fakta yang lebih kongkrit. Tenza tanpa sadar mendapatkan kesempatan 3 jam untuk tetap menidurkan tubuhnya.

Sayangnya hal itu terus terjadi setiap malam, sehingga Tenza berada di titik selalu bangun dini hari dan merasa tubuhnya sudah mendapatkan tidur yang cukup.

ELIKYA Number Zero : The Unknown Brave HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang