Arc 1 - Chapter 20 (Rencananya akan aku mulai sekarang)

16 0 0
                                    

"Jadi...ee..apa yang Bapak ingin katakan kepada saya?" Tenza akhirnya dapat berbicara, setelah sekian lama membeku atas negosiasi Nick kepada Pak Leone, akhirnya Tenza dapat berbicara.

Di samping Tenza terdapat temannya Nick yang sudah selesai dengan urusannya dan di depannya terdapat Pak Leone yang memanggilnya ke dalam ruang guru ini. Beberapa guru seperti Pak Bailey sudah keluar dari sini karena mereka harus mengajar di kelas lainnya. Suasana di ruangan ini kian menghening dimakan waktu.

"Ahh tentang hal itu..." Pak Leone menggaruk rambutnya, senyum masam terpampang di diwajahnya. Tenza hanya menatap sambil menunggu jawaban darinya dan untuk Nick, dia hanya menunggu Tenza selesai dengan urusannya.

"Maafkan saya, sebenarnya saya memanggil nak Tenza hanya karena ingin memberikan formulir tujuan yang lupa saya berikan sebelumnya." Katanya sambil tersenyum kecut.

"Hanya itu?" Tenza mengkerutkan keningnya ketika mendengar alasannya, itu karena hal ini cukup aneh. Seharusnya saat ini adalah ketika Tenza dan Pak Leone berbicara tentang 'apakah dia memiliki keterpaksaan masuk ke Elikya oleh kedua orang tuanya atau tidak.' Tapi entah kenapa pada pengulangan ini berbeda, tenza mencoba untuk mencari jawabannya. 'Apakah karena ada Nick disini?' Pikirnya.

Dan tentu saja Tenza tidak memiliki keterpaksaan seperti yang ia pikirkan sebelumnya, karena mendiang ibunya telah meninggal dan ayahnya yang entah kemana meninggalkan mereka berdua.

Tapi bukan itu yang terpenting, Tenza masih mengingat tujuannya. Tujuannya saat ini adalah menyelamatkan Reina dari pembunuhan besok sekitar tengah malam, dan untuk saat ini hal seperti ini bukanlah yang terpenting. Selama tidak mengganggu rencananya hal ini bukanlah masalah untuknya.

"Maafkan saya." Kata Pak Leone menanggapi Tenza yang mengkerutkan keningnya. Pria paruh baya itu merasa tidak enak kepada muridnya karena hal ini, dia hanya bisa meminta maaf kepadanya.

"Eee..baiklah." Tenza tidak tahu harus berkata apa. "Jika begitu...Kami izin keluar dari sini." Nick menambahkan hal itu lalu berdiri dari tempat duduknya. Tenza menoleh kearah Nick, lalu menyusulnya dengan berdiri juga.

"Ahh...ada satu hal lagi." Pak Leone memberhentikan mereka berdua, seketika Tenza dan Nick kembali memperhatikan Pak Leone. "Tolong ajaklah Chad, dia adalah orang yang penyendiri. Saya pikir mengajaknya akan sedikit merubah sifat buruknya itu."

Nick dan Tenza yang mendengarnya hanya mengangguk, Tenza yang ingat akan luka lebam pada mata kirinya karena ulah Chad, tidak ingin melakukannya dan Nick yang tidak tahu apa apa hanya akan mencobanya.

Dengan begitu mereka berdua beranjak dari sana lalu keluar melewati pintu aluminium yang mereka lewati sebelumnya.

Saat ini mereka berdua berdiri di depan pintu masuk yang berada di lorong, terlihat sudah lumayan sepi disini. Beberapa murid ada yang sudah pulang ke rumahnya, ada juga yang sedang berada di dalam kelas tujuannya dan mungkin beberapa murid lainnya sedang berada dalam perjalanan menuju sekolah, karena jadwal belajar yang mereka dapat adalah pada siang hari ini. Tenza tidak tahu apakah ada beberapa kelas yang menjadwalkan siswa di dalamnya untuk belajar pada siang hari, selalu ada kemungkinan untuk itu.

"Syukurlah kita dapat pergi besok." Tenza memulai kekosongan topik di lorong yang hening.

"Tentu saja, bukankah sudah kukatakan kemungkinan berhasilnya cukup besar." Tutur Nick dengan nada yang terdengar sombong.

"Meskipun kau terpojok sebelumnya?" Tenza diam diam memicitkan matanya.

"Itu memang rencananya, waktu, kondisi dan kemungkinan lainnya sangat menentukan keberhasilannya......." Nick tiba tiba terdiam, sesuatu muncul dalam kepalanya. Matanya tampak kosong tiba tiba. Dia memutar kepalanya tiba tiba ke arah Tenza.

ELIKYA Number Zero : The Unknown Brave HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang