Arc 1 - Chapter 5 (Persistenza dan mitos kelas terkutuk)

26 1 0
                                    

Sesuatu telah membuatnya merasakan fenomena ini, apakah ini hanya perasaannya saja?

Entah kenapa, tidak diketahui jelas alasannya, ketika Tenza melihat wajah laki laki paruh baya yang berdiri di depan kelas ini membuatnya merasakan sesuatu yang familiar.

'Apakah Aku mengenalnya? apakah Aku pernah bertemu dengannya?' Segala pertanyaan muncul di benaknya seketika. Walaupun penglihatannya tidaklah rabun, Tenza mencoba untuk meruncingkan tatapannya mencoba untuk lebih menaruh perhatiannya terhadap pria yang mengenakan seragam hitam yang baru saja datang itu.

"... Kamu dari italia?" Tanya pria itu dengan lembut.

"B.bukan pak, saya dari indonesia." Jawab Tenza dengan cepat dan sedikit gagap, sekaligus mengendurkan tatapannya terhadap pria itu.

"Oh begitukah?" Laki laki setengah baya itu menanggapi jawaban Tenza. Guru itu melipat sikunya, mengangkat kedua tangannya naik ke atas, disejajarkannya kedua tangannya terhadap dagunya, lalu...

'Pok..pok' Suara tepukan dari guru itu, cukup keras sehingga menggema keseluruh kelas, cukup untuk mengambil perhatian dari semua murid yang ada di kelas ini.

"Baiklah semuanya kembali ke tempat duduk kalian masing-masing, kita akan memulai pelajaran hari ini." Perintahnya sambil menatap kepada muridnya yang sedang berkumpul di dekat Tenza saat ini.

Semuanya berdiri lalu menyebar, berjalan kembali ke tempat kursi mereka masing masing, terkecuali Tenza. Karena sedari tadi semuanya berkrumun berbincang kepada Tenza di tempat dia duduk saat ini, karena penasaran terhadap dirinya yang baru saja masuk.

Semuanya kembali ke tempat duduknya masing masing, ketika Tenza hanya melamun karena ia mengingat sesuatu. Sesuatu yang familiar baginya, Tenza mencoba untuk mengingat riwayat hidupnya selama ini, berharap menemukan sesuatu yang membuatnya merasakan kejanggalan ini. Apakah sebelumnya dia pernah bertemu dengan pria paru baya itu.

"Ada apa Tenza?" Tanya ramah dari guru dengan rambut pirang coklat, memecahkan Lamunan Tenza yang sudah terlalu dalam.

Sedari tadi guru itu menyaksikan Tenza yang tenggelam dalam lamunannya.

"Bukan apa apa pak." Tenza mengedip dan kesadarannya kembali secara tiba tiba, lalu menjawab pertanyaaan gurunya diiringi dengan menggelengkan kepala dan kedua tangannya.

Tenza menatap gurunya yang berdiri di depan kelas, wajahnya terlihat cukup ramah. 'Apakah sebelumnya aku pernah bertemu dengan guru itu?' Pikirnya yang masih berusaha untuk mencari tahu.

"Baiklah semua, karena ada murid baru di sini maka bapak akan mengulangi pelajaran kemarin."

"" baiklah pak."" Semuanya menjawab serentak seruan guru itu terkecuali Tenza.

Guru itu Menghidupkan layar monitor dengan remote yang sedari tadi dia bawa di dalam sakunya. Kemudian pria itu merendahkan tubuhnya, telapak tangannya ditaru di atas meja, menumpu tubuhnya yang tinggi dan salah satu tangan lainnya menggapai sebuah book tab yang  sebelumnya ditaruh  di kolong meja guru.

"Semuanya keluarkan book tab di kolong meja kalian." Kata Pria tinggi itu sambil membenarkan posisi berdirinya dan mendekapkan Book tabnya di antara dada dan perutnya.

Semuanya termasuk tenza mengeluarkan book tab yang ada di kolong meja mereka masing masing.

Sedari tadi Tenza masih melamunkan hal yang sama, Karena fenomena Deja Vu yang tidak jelas ini. Tenza masih mencoba coba untuk mengingat riwayat hidupnya, akan tetapi dia tidak berhasil untuk mendapatkan menjawabannya. Tenza meraih Book tab yang ada di kolong mejanya dengan tetap pikirannya yang terlelap dalam lamunannya itu.

ELIKYA Number Zero : The Unknown Brave HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang