Arrogant

664 123 6
                                    

The horizon tries but it's just not as kind on the eyes

"Aku merasa senang ketika mendengar kau mengundangku makan malam, Chenle-ssi."

Chenle hanya memandang Mark yang baru saja datang dengan datar. "Nikmati selagi bisa."

"Ho~ terdengar seperti ancaman."

Chenle terkekeh pelan, kekehan yang hampa. "Terserah padamu ingin menganggapnya apa."

Mark tersenyum, senyum yang dibuat untuk tampak ramah, tapi Chenle tahu itu bukanlah senyuman yang ramah.

"Kita hanya berdua?" Mark menyapu seluruh sudut ruang makan dengan antusias. Berlainan dengan Mark, Chenle memandang pria itu dengan malas. "Tentu saja tidak."

"Apa?!" Tatapan tajam Chenle berikan kepada ayahnya. Tangan lelaki itu terkepal erat.

"Ayah bahkan tidak menerimanya, kenapa kau marah?"

Chenle mendengus. "Mark Lee itu tidak tahu diri."

Ayah Chenle menghela nafasnya dengan sedikit panjang. "Dia yang mengajukan lamaran. Mark Lee. Tidak melalui perantara, langsung kepada Ayah."

Chenle berdecak sinis. Senior tidak tahu diri itu tahu apa tentang Chenle? Mereka hanya pernah bertemu beberapa kali di bangku menengah atas dan itu hanya bertukar omong kosong. Lagipula, pria seperti Mark Lee sudah sangat jelas tidak berada di level yang sama dengan dia dan Jisung. Hanya Jisung yang bisa bersamanya.

"Jika Ayah bertemu dengannya lagi, katakan kepadanya, bahkan jika dunia menjadi gila, aku tidak akan pernah meliriknya."

"Oh, begitukah?" Mark mendengus pelan, dengusan yang terdengar sedikit sinis. "Lalu di mana suamimu?"

"Mengerjakan pekerjaannya, akan turun lima belas menit lagi." Chenle mengambil serbet dan membukanya. "Jangan bertingkah seolah kau peduli kepada Jisung."

"Benar, aku tidak peduli dengan suamimu." Mark turut mengambil serbet. "Aku datang ke sini untuk mengingatkanmu bahwa hidup dan matimu ada di tanganku."

Chenle tertawa kecil, menertawakan pernyataan Mark. "Oh ya?"

"Posisimu, jabatanmu, itu hidup dan matimu bukan? Ah, bukan hanya hidup dan matimu, tapi ayahmu juga."

Chenle melirik Mark dan mengendikkan bahunya dengan ringan. "Kehilangan posisi itu bukanlah segalanya."

Mark menyeringai. "Begitukah? Bagaimana jika... kau kehilangan Jisung?"

Perkataan itu membuat Chenle terbakar amarah, tapi dia tidak bisa menunjukkan amarahnya. Amarah di depan musuh sama seperti bom bunuh diri.

"Apa kau melakukan semua ini bukan atas kematian Tuan Noh, melainkan karena aku menolak lamaranmu bertahun-tahun yang lalu, Mark-ssi? Bukan karena aku menyingkirkan seseorang yang kau anggap ayah, tapi penolakanku?" Chenle menatap Mark, hidangan baru saja disajikan dan Chenle tidak bisa memakan makanannya jika Jisung belum hadir, sebuah kebiasaan sejak dulu sekali.

Mark terkekeh. "Bagaimana jika iya?"

"Kalau begitu kau tidak sekuat yang semua orang pikirkan." Chenle membalas. "Mungkin lebih payah dari Jisung." Lelaki itu terkekeh pelan seusai berbicara.

Mark mengerutkan dahinya. "Lebih payah dari Jisung? Kenapa?"

"Masalah sekecil itu kau jadikan masalah besar."

"Oh... Hahahaha! Chenle-ssi, bukankah wajar jika seseorang yang selalu mendapatkan keinginannya marah ketika tiba-tiba dia tidak bisa mendapatkannya? Kau tahu itu lebih baik dariku." Mark menuding Chenle dengan pisau di tangannya sebelum dia beralih memotong daging di piringnya menggunakan pisau tersebut.

"Hm, itu benar." Chenle mengakui. "Tapi Mark-ssi. Apa kau tahu apa yang membuatku menolakmu?"

"Ah, akhirnya... jawaban yang kutunggu selama bertahun-tahun." Mark meletakkan peralatan makannya dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Kau tidak tahu siapa aku. Yang kau tahu aku hanyalah orang yang kau anggap 'sama gilanya denganmu', 'sama kuatnya denganmu', dan kau terus memercayai imajinasimu bahwa kita akan menjadi pasangan yang kuat." Chenle menoleh ketika mendengar langkah orang lain di ruang makan. Tangannya terulur kepada orang tersebut, menyambut kedatangannya.

Jisung yang baru datang menyambut tangan Chenle dan berdiri di belakang kursi suaminya. "Oh, halo, Sunbae."

Chenle tersenyum kecil melihat rahang Mark yang mengeras. Lihat? Akar permasalahannya sangat kecil, tapi pria ini berani sekali membuatnya menjadi masalah besar.

"Duduklah, sayang." Chenle menepuk pelan tangan Jisung dan melepasnya.

"Kembali ke topik pembicaraan. Mark-ssi, kita tidak pernah menghabiskan waktu bersama. Bagaimana aku mau menikahi orang yang di pertemuan pertama sudah memberikan kesan tidak nyaman?" Chenle meraih pisau dan garpunya, memulai makan malamnya dengan tenang karena Jisung sudah hadir.

"Jika dibandingkan dengan Jisung yang selalu bersamaku selama bertahun-tahun pengetahuanmu terhadapku tidak dapat dibandingkan. Sekarang, kau masih marah karena hal sepele itu? Bukankah itu salahmu sendiri, Mark-ssi?"

Chenle meraih gelasnya dan minum seraya memperhatikan Mark yang terdiam.

"Haha... Hahahah! Ah... aku mengerti. Kalian ingin menyudutkanku. Hahah, maaf, tapi aku tidak merasa tersudut sedikit pun." Pria itu tiba-tiba tertawa geli.

Mark meletakkan peralatan makannya dan melempar serbet ke atas meja. "Hidangan yang lezat. Aku akan menunggu undangan lainnya." Pria itu berucap seraya tersenyum, tapi senyumnya menunjukkan amarah.

"Oh? Sudah ingin pergi, Mark-ssi?"

Mark hanya memandang Chenle sebelum dia pergi, tidak mengucapkan sepatah kata pun sebagai salam perpisahan.

Jisung yang sebelumnya hanya memperhatikan akhirnya membuka mulutnya. "Dia tidak akan berhenti."

"Kelihatannya begitu." Chenle membalas. Lelaki itu menoleh ke kanannya, memandang Jisung dan meraih tangan pria tersebut untuk dia genggam.

"Apa yang akan kau lakukan?"

Chenle mengusap punggung tangan Jisung dengan lembut. "Menyiapkan daging ini untuk dimasak." Chenle kemudian menarik kembali tangannya untuk memulai kembali acara makan malamnya. "Bon appétit, mon cher."

Jisung tersenyum kecil. "Bon appétit."

"Omong-omong, kau tidak marah dengan Mark Lee?"

Jisung mengerutkan dahinya. "Karena dia ingin memilikimu?" Dia balik bertanya dan Chenle mengangguk sebagai jawaban.

"Tidak. Karena aku tahu kau hanya ingin bersamaku. Jadi apa gunanya marah?"













Flame [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang