Chaos

1.2K 166 1
                                    

We are sick, fucked up, and complicated

We are chaos, we can't be cured

"Yak! Anak baru! Berani-beraninya nilaimu melebihi nilaiku! Kau juga, Park Jisung!"

Chenle yang dihampiri hanya memandang si perundung dengan datar dan tetap melanjutkan makan siangnya. Berkebalikan dengan Jisung yang menunduk takut dan tidak sanggup menyentuh sendoknya hanya dengan melihat tatapan perundungnya.

"Yak! Aku berbicara denganmu!"

Chenle tetap melanjutkan acara makannya, sampai si perundung membalikkan kotak makannya dan merebut sumpit di tangannya untuk dilempar. Chenle menoleh dan memandang si perundung yang menyeringai puas.

"Yak, dengar, kau tid- Hk! Ahk... Hak..."

"AAAAAAAKK!"

"Chenle-ya, apa yang kau lakukan?!"

"AAAAAKKK PANGGIL SONSAENGNIM!"

"CHENLE, LEPAS, LEPAS!"

Chenle yang menjadi bahan keributan hanya diam dan memandang si perundung yang kesulitan mengambil nafas dalam cengkeramannya. Jisung menyentuh tangan Chenle yang terbebas dan menggenggamnya. "Chenle-ya, lepas! Sonsaengnim akan menghukumu! Chenle-ya!"

"Jisung-ah." Chenle memanggil dengan tenang. "Kau memaafkannya?"

"A-apa?" Jisung merasa bingung.

Chenle mengeratkan cengkeramannya pada leher si perundung. "Apa kau memaafkannya?" Kali ini suara Chenle lebih tajam dan gelap.

Jisung yang merasa bahwa anak di tangan Chenle akan berada dalam bahaya jika dia menjawab tidak menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Ya, ya, aku memaafkannya!"

"Hm? Semudah itu?" Chenle berdecih.

"Zhong Chenle!"

Chenle menoleh kepada gurunya yang tiba. "O-ow." Dia berucap dengan santai. Tangannya dilepaskan dari leher si perundung dan dia meraih sumpit serta kotak makannya yang tergeletak di lantai.

Sang guru mendekati Chenle, meminta anak lain untuk membawa si perundung ke ruang kesehatan, kemudian memandang Chenle dengan heran dan ngeri yang bercampur. "Zhong Chenle, kenapa kau melakukannya?"

Chenle merapikan sumpit dan kotak makannya dengan tenang. "Dia mengacaukan makananku, seperti yang bisa ssaem lihat." Chenle melirik tumpahan makanannya yang berceceran di lantai.

Jisung yang memperhatikan memandang Chenle dengan kedua matanya yang terbelalak. Chenle hampir mengambil nyawa seseorang. Seorang anak yang hanya menempati kelas akhir sekolah menengah pertama hampir mengambil nyawa seseorang. Leher perundungnya terlihat seperti tusuk gigi yang bisa dipatahkan kapan saja oleh tangan Chenle tadi.

Sekujur tubuh Jisung meremang. Chenle begitu berbeda dari yang lainnya.

"Pecat dia. Dia sudah terlalu banyak menyusahkan karena kecerobohannya, aku tidak menolerirnya lagi. Namun, sebelum kau memecatnya, berikan aku daftar kandidat yang bisa menggantikannya terlebih dahulu."

Chenle melirik Jisung yang sibuk melukis di balkon untuk sesaat sebelum kembali fokus kepada sekretarisnya yang sibuk mencatat. "Dan untuk masalah serangga... aku harap semuanya sudah siap."

Jisung yang berada di balkon berhenti menggoreskan cat di kanvas. Sekujur tubuhnya meremang mendengar suara Chenle yang gelap. Serangga... Jisung tahu dengan jelas apa yang akan terjadi kepada serangga itu. Namun, Jisung tidak bisa bersimpati. Simpatinya selalu berlabuh di mana Chenle berada. Jika orang tersebut merupakan lawan Chenle, Jisung tidak bisa bersimpati.

"Kurasa sudah cukup." Chenle memberikan tanda kepada sekretarisnya untuk pergi.

Chenle melepaskan bootsnya dan bangun untuk menghampiri Jisung, berdiri di belakang pria tersebut. Matanya memandang lukisan Jisung yang belum selesai.

"Ini bagus."

Jisung menoleh dan tersenyum. "Terima kasih. Akan lebih bagus jika sudah selesai nanti."

"Ini aku?"

Jisung mengangguk. "Untuk simpanan pribadi, bukan untuk pameran."

Chenle membungkuk, kedua tangannya melingkari leher Jisung, dia memeluk leher suaminya. "Hm," kepalanya dimiringkan, memandang lukisan yang baru menampakkan seperempat wajahnya dengan serius. "Aku lebih menyukai ini tidak selesai daripada diselesaikan."

Jisung mengerutkan dahinya. "Kau bahkan belum tahu akan jadi seperti apa ketika sudah selesai."

"Ya, tapi ini juga sudah memuaskan."

"Jadi tidak perlu kulanjutkan?"

Chenle melepas pelukannya, "Kau ahlinya, kau yang menentukan."

Jisung meletakkan kuas dan paletnya, kemudian berbalik kepada Chenle dan mengecup kedua mata Chenle. "Aku akan membuatmu terlihat menawan."

Chenle membalas suaminya dengan kecupan di hidung Jisung. "Hm."









Flame [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang