Selamat membaca♡
1
2
0Perhatian!
Cerita ini berlatar distopia Indonesia. Segala kejadian, organisasi, latar tempat dan waktu, serta kesamaan tokoh hanya kebetulan belaka. Seluruh cerita hanya fiksi tidak berkaitan dengan kenyataan.Bab 13: Sky House
Mengatakan sakit saat dirimu terluka bukan berarti lemah. - Devan
***
"Ada yang lebih indah dari sunset." Milan masih menatap Keyra.
"Apa?" Tanya Keyra tanpa mengalihkan pandangan.
"Makhluk di samping lo." Milan menahan senyum.
"Narsis!" Cibir Devan.
Keyra mengalihkan pandangan ke kiri tatapannya langsung bertemu dengan milik Milan. Mereka bertatapan sejenak.
"Iya Key, sampai lo gak bisa ngalihin pandangan lo dari dia. Sampai lo gak bisa ngeliat perasaan gue. Tatapan lo ke Devan sama persis seperti tiap kali lo ngeliat sunset." Milan bergumam dalam hati.
Keyra segera mengalihkan pandangan. Saat menghadap ke depan gadis itu tersenyum tipis. Tanpa menyadari apa yang dikatakan Milan lewat tatapannya.
***
Mobil Keyra sampai di depan sebuah rumah dengan sistem keamanan ketat. Keyra menghentikan mobilnya saat di depan gerbang. Gadis itu membuka kacamata hitamnya sebentar lalu menghadap ke tiang kiri gerbang. Sensor pengenal wajah mengenalinya, sedetik kemudian pintu gerbang terbuka otomatis. Keyra menjalankan mobilnya melewati halaman rumah menuju dinding rumah yang telah disulap menjadi vertical garden.
Tembok dinding selebar tiga meter terbuka, dindingnya masuk lalu bergeser ke kiri. Vertical garden tersebut hanya kamuflase. Rumor yang mengatakan bahwa markas milik The Killers berada di puncak gunung hanya bualan belaka nyatanya Sky House hanya sebuah rumah di sebuah perumahan tidak jauh dari jantung kota.
Mereka bertiga tidak tahu bagaimana orang-orang dapat menyebarkan rumor tersebut. Bisa jadi ada orang yang mendengar mereka menyebutkan sky house disalah satu pembicaraan mereka. Rumor-rumor itu menyebar dengan sendirinya. Entahlah mana yang benar dan mana yang hanya berupa karangan belaka.
Keyra masuk melewati tembok dinding diikuti oleh Devan dan Milan. Ketiga orang itu turun dari kendaraan lalu menuju tembok kanan dinding ada pintu yang menghubungkan garasi dengan rumah. Mereka menuju ruang santai yang sering dijadikan tempat berkumpul dan kegiatan lainnya.
Keyra duduk di sofa menyandarkan punggung ke sandaran sofa, sementara Devan duduk di sofa depannya. Milan duduk di bantal duduk berwarna abu-abu. Keyra melepas ikatan rambut lalu memasang kembali di tangan kirinya.
"Kenapa sidik jari korban gak ada di database kita?" Keyra bergumam pelan, lebih ke berbicara pada diri sendiri.
"Ada kemungkinan dia gak pernah mendaftarkan dirinya ke kependudukan." Devan menyahut, laki-laki itu mendengar gumaman Keyra."Atau dia memakai identitas palsu." Keyra mengangguk-anggukkan kepala, bisa jadi.
"Tato tadi..." Milan bersuara pelan menatap Keyra dan Devan bergantian.
Devan menegakkan tubuhnya mendengar perkataan Milan. Keyra menghela napas. Cepat atau lambat pembicaraan ini harus di lakukan. Gadis itu menarik napas sekali lagi lalu menegakkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Killers 120: The Thrilling Fight [on Going]
Novela Juvenil⚠️Plagiat dilarang mendekat⚠️ Apa yang terlintas pertama kali saat mendengar The Killers? Para pembunuh? Ya, mereka adalah para pembunuh. Tapi mereka bukan pembunuh kebanyakan. Mereka adalah para pembunuh kejahatan. Tiga remaja yang memiliki sepoto...