0.07

66 3 4
                                    

Hyunjin sudah tak keluar dalam waktu yang cukup lama dan tak ada tanda-tanda pemuda itu akan segera menampakkan batang hidungnya. Itu membuat Robin yang berusaha menunggu pemuda itu di luar memutuskan untuk mulai bergerak. Robin keluar dari mobil dan memperhatikan keadaan sekitar Diamond Villa di depannya. Tak ada tanda-tanda keributan atau telah terjadi perkelahian di dalam, suasananya terlampau sepi namun itu justru terasa mengganjal bagi Robin.

Setelah memutuskan untuk bergerak, Robin memilih tempat di mana merupakan titik buta CCTV, dengan keahliannya ia berhasil melompati tembok yang begitu tinggi dan memasuki Diamond Villa secara sembunyi-sembunyi.

Di tengah langkahnya, ia secara kebetulan melihat sosok Hyunjin yang tampak lemas tengah di papah oleh dua orang pria. Tanpa berpikir lama Robin langsung mengikuti ke mana Hyunjin di bawa pergi.

Sementara itu di sisi lain, Hyunjin sudah dalam keadaan setengah sadar. Ia pasrah membiarkan dua orang anak buah Shin menuntunnya memasuki sebuah kamar di lantai paling atas Mansion Shin. Ruangan yang sejatinya pernah menjadi kamarnya dulu itu masih memiliki penampilan yang sama. Tampaknya Shin tak berniat menyentuh atau merubahnya sama sekali.

Bahkan, meski Hyunjin dalam keadaan setengah sadar ia masih bisa mengenali dengan jelas di mana ia berada saat ini. Salah satu tempat yang paling ia benci hingga saking bencinya ia tak bisa menahan amarahnya yang meledak saat mulai memasuki kamar itu. Dengan sisa-sisa kesadaran yang tersisa, Hyunjin menendang dua pria yang memeganginya, begitu tubuhnya bebas tubuhnya langsung nyaris ambruk. Ia menatap pemandangan di depannya itu dengan sorot mata yang sangat tajam. Berbagai macam adegan tentang saat-saat dirinya menjadi budak nafsu Shin muncul dalam pikirannya bagaikan kaset rusak. Itu membuat memori lama yang ingin ia kubur dalam-dalam kembali muncul ke permukaan.

Salah satu pria yang membawanya berucap, "Tuan muda, jangan berontak lagi. Ketua ingin kau untuk tinggal di sini."

Hyunjin tak mempedulikan ucapan itu. Ia menghela napas panjang. "Haah..." Ia berusaha sekuat mungkin untuk menahan kesadarannya yang hampir menghilang dan ia gagal mempertahankan kesadarannya kemudian. Hyunjin terhuyung, tubuhnya jatuh dan sebelum dua pria di depannya bereaksi untuk menangkapnya Robin telah datang menyelamatkannya terlebih dulu.

Robin menatap kedua pria yang semula membawa Hyunjin itu dengan tatapan tajam.

"Siapa kau?" Tanya kedua pria itu secara bersamaan.

Robin tak ada kemauan untuk menjawabnya, ia memilih langsung memukul wajah keduanya dengan teramat keras bahkan tanpa memberikan kesempatan keduanya untuk menghindar. Ia dengan mudah merobohkan dua orang lawannya bahkan hanya dengan satu tangan.

Setelahnya, Robin langsung memfokuskan perhatiannya pada Hyunjin yang tak sadarkan diri dalam rangkulannya.

"Hwang Hyunjin. Kau mendengarku?"

Sayangnya, tak ada sahutan berarti yang menyambut pertanyaan Robin itu karena Hyunjin telah dalam keadaan tak sadarkan diri.

Robin bisa melihat pergerakkan dada Hyunjin yang naik turun secara perlahan dan deru napas pemuda itu yang semakin melemah lama kelamaan. "Napasnya melemah, apa yang terjadi?"

Beberapa saat yang lalu.

"Lepaskan Jimin atau aku tak akan sungkan lagi!"

Ancaman yang keluar dari mulut Hyunjin itu tak lantas membuat Shin menyerah. Shin justru semakin menantang Hyunjin dengan memanggil puluhan orang anak buahnya untuk mengelilingi pemuda itu.

"Jika kau bisa mengalahkan mereka semua aku mungkin akan memikirkannya." Ujar Shin.

Hyunjin yang mendengar tantangan itu pun lantas membalas, "Tepati kata-katamu!" Ia bisa melihat semua orang yang mengelilinginya tapi ia tak bisa menghitung seberapa banyak jumlah mereka.

Ruangan tempat mereka berada merupakan ruangan yang luas tapi kini ruangan itu telah penuh oleh orang-orang Shin. Hyunjin tak yakin akan seberapa besar persentase kemenangannya tapi ia hanya akan berusaha agar ia tak kalah. Jimin masih menunggunya untuk menyelamatkannya.

Di saat pertarungan di mulai, Hyunjin masih bisa bertahan dan bahkan sedikit unggul meski beberapa orang mengeroyoknya secara bersamaan. Ia bisa menghindari hampir semua serangan mereka dan bahkan terkadang menangkisnya. Saat kemenangan sudah hampir terlihat di depan mata, tiba-tiba sebuah jarum suntik menusuk ke lehernya. Hyunjin lengah dan ia tak bisa menyadari sejak kapan Shin telah mengarahkan jarum suntik itu ke arahnya.

Obat dalam suntikan itu bekerja dengan cepat. Pada saat itu, perlahan-lahan pandangannya memburam dan semua tulang di tubuhnya menjadi lemas secara bersamaan. Hyunjin langsung terhuyung dan di depannya Shin tersenyum senang memperlihatkan kemenangan yang berada di tangannya.

"Kau masih terlalu naif, Hyu."

Tbc

DIAMONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang