Woori menutup panggilan teleponnya. Wanita itu berdecih sebelum ia mulai melemparkan ponselnya secara asal, beruntung Robin yang setia disampingnya memiliki refleks tubuh yang cepat dan membuatnya berhasil menangkap ponsel mahal itu.
"Menurutmu apa Hyu akan suka dengan sekolahnya?" Tanya Woori. Tiba-tiba wanita itu membahas soal Hyunjin lagi padahal kurang dari sejam berlalu sejak wanita itu membahas hal yang sama pada Robin.
Robin mendengarkan. Ia menatap punggung sempit Woori karena wanita itu berjalan di depannya. "Tuan muda pasti menyukainya." Jawabnya. Walau pun ia kurang berminat untuk membahas persoalan pemuda yang lebih muda darinya itu lagi tapi, tetap saja, ia tak bisa mengabaikan pertanyaan dari Woori. Jadi, ia hanya bisa menjawabnya dengan pikiran yang sederhana.
Tentang mengapa Robin menyebut Hyunjin sebagai 'Tuan muda' itu tak lebih dari sekedar formalitas karena walau pun tidak secara hukum tapi, Woori telah menjadikan Hyunjin sebagai bagian dari keluarganya.
Jika bukan karena sampai saat ini hak asuh Hyunjin masih berada ditangan Shin, Woori mungkin akan menjadikan Hyunjin sebagai anggota keluarganya secara resmi.
Robin tak berpikir banyak untuk itu. Woori memang sering memiliki ketertarikan pada hal-hal yang tak biasa, seperti wanita itu yang tertarik pada Hyunjin karena pemuda itu dibesarkan oleh musuh besarnya dan tentu saja, penampilan Hyunjin yang menarik adalah daya tarik utama yang membuat Woori sangat menginginkan pemuda itu agar menjadi miliknya. Woori terkadang selalu memiliki obsesi akan sesuatu yang ia sukai dan Robin telah mengetahui akan satu hal itu.
"Ku harap Hyu menyukai sekolahnya. Aku sangat ingin melihat dia tersenyum lagi. Uh, aku sangat merindukan senyuman cantiknya." Woori terus berbicara dengan nada riang. Wanita itu seolah melupakan kekesalannya sebelumnya.
Sebelumnya, Woori sangat kesal karena mendapat panggilan telepon dari sang Ayah-- Hendrick yang mendakwahinya dengan ceramah panjang. Tapi, mengingat tentang Hyunjin tampaknya mengembalikan kembali perasaan baik wanita itu.
Di sekolah sendiri, saat ini Hyunjin baru saja menyelesaikan pembelajaran pertamanya. Setelah datang ke kelas, Hyunjin telah mengenalkan diri dan pemuda itu disambut antusias oleh murid-murid yang lain. Tentu saja belum pernah ada yang mengenal Hwang Hyu di sekolah baru Hyunjin oleh sebab itu semua orang tampaknya hanya menganggap Hyunjin sebagai Lee Hyunjin, pemuda kaya dengan penampilan wajah cantik seperti seorang gadis.
Tentu saja sebenarnya penampilan Hyunjin lebih dari itu. Pemuda itu hanya sangat-sangat tampan dan menawan hingga sulit untuk mendeskripsikan bagaimana baik penampilannya. Penampilan Hyunjin membuat semua anak laki-laki dikelas kesal karena cemburu karena semua anak perempuan dikelas berlomba-lomba untuk bisa mengenalnya lebih dekat.
Saat tiba dikantin, kedatangan Hyunjin membuat tempat itu ramai. Semua orang seketika bertanya-tanya tentang siapa kah dirinya.
Melihat keramaian itu membuat Hyunjin teringat tentang kejadian tadi pagi saat pertama kali ia datang ke sekolah bersama Minho. Itu membuatnya kurang nyaman karena tampaknya tatapan semua orang terus tertuju padanya.
Hah, Hyujin hanya bisa menghembuskan napas. Berusaha tak peduli dan lebih memilih menghampiri meja kosong yang bisa ia duduki. Ia hanya ingin bersekolah dengan tenang dan sebisa mungkin tak ingin menarik perhatian.
"Sepertinya akhirnya ada orang yang bisa mengalahkan pesona Im Younghoon."
Hyunjin melirik pelaku yang baru saja berbicara-- Seo Changbin.
Changbin tampak tersenyum, dengan santai pemuda itu menaruh nampan miliknya di atas meja dan duduk tepat berhadapan dengan Hyunjin.
Hyunjin mengabaikan prilaku Changbin itu. Mereka memang telah berkenalan saat di kelas sebelumnya karena kebetulan pemuda itu duduk di samping bangku milik Hyunjin.
"Apa kau memiliki hubungan dengan Minho? Kau berangkat ke sekolah bersamanya bukan?" Di sela-sela mengunyah makanannya, Changbin menyempatkan diri untuk bertanya. Jujur ia sangat penasaran bagaimana caranya Hyunjin bisa bersama dengan pangeran es dari klub taekwondo itu.
Di sekolah Minho memang terkenal dengan sifat dinginnya. Pemuda itu sangat jarang berbicara dan sekalinya berbicara pemuda itu selalu mengatakan kata-kata kejam yang tak enak di dengar. Tapi, wajah tampan dan prestasi membanggakannya dalam taekwondo membuat banyak gadis tergila-gila padanya. Orang-orang pun mulai melabelinya dengan julukan pangeran es dari klub taekwondo karena dua hal itu.
"Kakaknya bekerja dengan kakakku." Hanya itu jawaban Hyunjin. Ia juga tak tertarik untuk membahas hal yang sama lebih jauh lagi.
"Sungguh? Yang kutahu kakaknya Minho itu bekerja dibawah naungan WE Corp, apa kakakmu juga bekerja di sana?" Changbin kembali bertanya. Kali ini, ia terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya.
Pertanyaan itu membuat kening mulus Hyunjin yang tertutup poni mengerut tapi tak ayal, pemuda itu hanya mengangguk mengiyakan. Siapa yang mengira jika anggukan singkat itu berhasil membuat suara seruan kagum Changbin keluar dengan begitu hebohnya.
"WOW!"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAMOND
FanfictionIa seberharga berlian namun, Jika sudah hancur siapa yang bersedia menerimanya?