"Bagaimana jika kubilang tidak?"
Situasi tiba-tiba berubah menjadi lebih menegangkan saat Hyunjin telah menodongkan pistolnya ke arah Robin. Woori yang semula masih menyepelekan pemuda itu pun mendadak merubah raut wajahnya menjadi lebih serius. Tak ada lagi tawa yang keluar dari mulutnya dan tatapannya menghujani Hyunjin dengan begitu tajam.
"Hwang Hyunjin. Sepertinya kau sangat percaya diri bisa keluar dari tempat ini. Tapi, harusnya kau bertanya padaku, apa aku mengizinkanmu!?"
Tapi, tatapan tajam itu hanya sesaat. Ia kembali menampilkan senyuman saat menambahkan kalimat, "Aku tidak cukup baik untuk melepaskan kembali buruan yang telah susah payah aku dapatkan."
Matanya tampak menyipit dan senyumannya mengembang. Meski wajahnya cantik tapi itu tetap menakutkan. Hyunjin tak menyangka wanita itu mampu mengganti ekspresi wajahnya dengan sangat cepat. Itu membuatnya cukup terkejut saat melihatnya. Tapi, ia masih berusaha bersikap tenang.
"Aku tidak minta dilepaskan. Aku bisa melarikan diri jika aku ingin."
"Benarkah?" Woori bertanya seraya melangkah mendekatinya.
Jarak mereka menjadi begitu dekat hingga Hyunjin dapat mencium aroma parfum wanita bersurai hitam panjang itu. Senyum merekah di bibir yang berwarna merah menggoda dan aroma parfum lembut seolah memerangkapnya. Ia tak bisa melarikan diri.
Sementara itu, Woori tersenyum kecil melihat Hyunjin yang kehilangan kemampuan untuk merespon. Ia memainkan jari lentiknya di atas wajah pemuda itu kemudian mempertemukan tatapan mereka. Ia menggodanya secara terang-terangan. "Kau sangat menarik."
Tentu saja tak ada laki-laki normal yang bisa berkutik di hadapan seorang wanita cantik. Sayangnya, itu tak cukup berlaku bagi Hyunjin. "Menarik? Aku bahkan tak bermaksud untuk mencuri perhatianmu." Ia segera memutuskan kontak mata mereka. Ia memalingkan wajahnya dan menghentikan gerakkan tangan Woori dengan cara menahannya.
Mendapatkan penolakan secara tidak langsung, Woori tetap tersenyum. "Jadi kau ingin melarikan diri sekarang?" Ia kembali bertanya dengan maksud menantang Hyunjin. Tentu saja ia tak bisa membiarkan seseorang yang telah berada di tangannya dilepaskan begitu saja.
"Kau tidak akan melepas--" Kalimatnya terpotong. Sebuah benda kenyal telah mendarat di atas bibirnya dan berhasil membungkam mulutnya.
Woori adalah pelakunya. Ia mendaratkan ciuman secara mendadak dan bahkan menambahkan beberapa lumatan secara sepihak di sana. Meski itu tak berbalas tapi ia tetap tersenyum setelah mengakhirinya. Sikap Hyunjin yang tak memberontak dan bahkan terkesan menerimanya mau tak mau membuatnya cukup senang.
"Kau adalah milikku."
Klaim tanpa persetujuannya itu pun membuat Hyunjin merasa tak habis pikir. Ia melepaskan lengan Woori yang semula masih ditahannya, ia menggunakan tangan kanannya yang telah bebas untuk mengusap kasar permukaan bibirnya. Ia memberikan tatapan yang cukup intens saat ia mengatakan, "Maaf tapi, kau harus membayar mahal jika ingin memilikiku. Kau telah menciumku tadi, aku juga akan meminta bayaran untuk itu." Jeda beberapa saat, ia bergerak untuk semakin mengikis jarak di antara mereka. Itu membuat tubuh mereka hampir menyatu dan mereka dapat merasakan hembusan napas masing-masing. "Apa kau tertarik untuk membeliku alih-alih kau menyuruh orangmu untuk menyulikku?"
Ia tersenyum manis dan dengan semakin berani mendekatkan mulutnya ke sisi telinga Woori. Ia berbisik, "Jika kau membeliku tentu aku akan lebih patuh, noona."
Di sisi lain, Woori kehilangan kemampuannya untuk merespon. Sosok Hyunjin yang mendominasi terlalu sulit untuk ia lawan. Terutama saat belakang tengkuk lehernya terasa geli karena napas Hyunjin berhembus di sekitar sana. Itu membuat kedua pipinya bersemu merah.
Perubahan warna pipi Woori itu pun tak lepas dari mata Robin. Ia yang sejak awal telah menjadi satu-satunya penonton pertunjukan yang dilakukan keduanya tetap memilih diam. Ia menyaksikan semuanya tanpa terkecuali, termasuk ciuman sepihak yang dilakukan Woori. Meski tak kentara tapi, ia telah memperlihatkan sedikit perubahan pada wajah datarnya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAMOND
FanfictionIa seberharga berlian namun, Jika sudah hancur siapa yang bersedia menerimanya?