0.02

203 19 0
                                    

Suasana tenang perpustakaan adalah salah satu hal yang paling ia sukai sejak ia mengenal betapa sulit dan kerasnya kehidupan. Oleh karena itu, Hyunjin selalu rutin mengunjungi perpustakaan kota untuk membaca buku atau sekedar hanya untuk sejenak memejamkan mata.

Sebenarnya, Hyunjin tak terlalu suka membaca. Ia lebih suka menjadikan perpustakaan sebagai tempat beristirahatnya. Ia hanya terkadang membaca beberapa buku hanya untuk mengalihkan pikirannya, kemudian ia menjadi terbiasa dengan itu dan menjadi lebih sering melakukannya.

Jarum jam di dinding kayu berwarna cokelat itu terus bergerak maju. Telah terhitung tiga jam sejak Hyunjin mendudukkan dirinya di bangku perpustakaan dan tertidur lelap di sana. Ia melakukannya tepat setelah menyambar asal sebuah buku tebal dari rak dan menjadikan buku tebal itu sebagai bantalan untuk meletakkan kepalanya di atas meja. Setelahnya, ia jatuh tertidur dan belum bergerak sedikit pun dari posisinya.

Seorang penjaga perpustakaan yang melihatnya tampak ingin membangunkan tapi tak tega melihat bagaimana lelapnya ia yang tertidur. Kehadiran Hyunjin pun bukan sesuatu yang baru bagi mereka hingga penjaga perpustakaan pun memilih untuk membiarkannya.

Hari telah menjelang sore saat akhirnya Hyunjin membuka matanya dan terjaga. Ia tertidur begitu lama dengan posisi yang kurang nyaman hingga membuat otot leher dan punggungnya terasa pegal. Ia bahkan tak bisa mengeluh untuk itu.

"Kau akhirnya bangun." Seorang penjaga perpustakaan tersenyum menyapa Hyunjin.

Hyunjin yang menyadari kesalahannya karena telah menggunakan perpustakaan umum sebagai tempat tidur siangnya pun hanya bisa membalas dengan sebuah senyuman canggung. Ini bukan pertama kalinya ia datang ke perpustakaan tapi ini pertama kalinya ada seseorang yang menyapanya.

"Sepertinya kau menikmati waktumu di sini. Awalnya aku ingin membangunkanmu tapi kau terlihat sangat nyaman dalam tidurmu jadi aku tak melakukannya. Kuharap punggungmu baik-baik saja." Ujar penjaga perpustakaan lagi.

"Terima kasih."

Setelah beberapa percakapan singkat di antara mereka, Hyunjin pun berpamitan untuk pulang. Ia masih memiliki pekerjaan paruh waktu yang harus diselesaikan sehingga tak bisa membuang waktu lebih lama di perpustakaan.

__;

Udara terasa lebih dingin dari biasanya dan membuat perasaan Hyunjin menjadi tak nyaman karenanya. Ia pun mulai memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket yang dikenakannya. Saat ini, ia tengah dalam perjalanan kembali ke rumah seusai menyelesaikan pekerjaan paruh waktunya.

Jam telah menunjukkan pukul 3.00 pagi dan Hyunjin masih harus melewati jalanan sempit dan gelap yang berada di sekitar tempatnya seorang diri. Saat ia lengah untuk sesaat, seorang pria berpakaian serba hitam tiba-tiba telah muncul menghadang langkahnya. Ia mengenyit melihat orang itu yang muncul entah dari mana.

Mencoba untuk tak terlibat masalah di saat tubuhnya yang tengah lelah, Hyunjin pun berputar arah. Ia membalik tubuhnya dan kemudian hanya bisa menghela napas tak percaya saat melihat sosok pria berpakaian hitam yang lain juga telah menghadang jalur pelariannya. Ia jelas tak bisa lolos dengan mudah, padahal ia benar-benar sedang tak ingin berkelahi saat ini.

Hyunjin pun mencoba bertanya dengan baik. "Apa yang--" dan sebelum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tubuhnya telah terpukul telak dengan bunyi suara buk yang keras.

Tubuhnya langsung terhuyung karena pukulan itu menghantam titik sensitif kepalanya. Sebelum roboh, ia masih bisa merasakan seseorang yang mencoba menahan berat tubuhnya dan kemudian kesadarannya benar-benar menghilang.

Melihat Hyunjin yang telah kehilangan kesadarannya, salah satu pria memerintah pria lainnya. "Bawa dia." Suara pria itu terdengar begitu ringan dan datar.

Kemudian, ia tampak mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya. Ia mulai melakukan sebuah panggilan.

"Kau dapat?"

Suara dari seberang itu terdengar begitu penasaran dan antusias hingga ia bahkan bisa membayangkan bagaimana ekspresi si pemilik suara. Ia pun menjawab dengan pasti. "Ya. Saya akan langsung membawanya ke Kediaman Nona."

"Kerja hebat Robin!"

Panggilan pun terputus dan sosok pria yang dipanggil Robin itu akhirnya memperlihatkan wajah di bawah topi yang dikenakannya saat ia mendongak, melihat lampu temaram yang berada di ujung jalan, tak jauh di depannya.

Robin memiliki ekspresi datar yang dingin dan saat ia berbalik untuk pergi, bayangan punggung tegapnya perlahan-lahan menghilang di dalam kegelapan.

Tbc

DIAMONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang