Gavin bersyukur karena semalam ia tidak bisa tidur hingga tidur terlalu larut dan bangun kesiangan.
Gavin bersyukur karna hari ini turun hujan jadi ia bisa berteduh di halte bus dan tidak sengaja bertemu dengan Ghania.
Gavin juga bersyukur karena mobil yang mengantarkan Ghania mogok.
Gavin bersyukur atas takdir yang telah mempertemukannya dengan Ghania.
Dan mungkin ini adalah hari keberuntungan bagi Gavin, karena walaupun nanti ia telat datang ke sekolah, bahkan sangat telat karena harus mengantarkan Ghania dulu, tapi Gavin gak keberatan sama sekali.
Sekarang Gavin sedang mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, ia harus ekstra hati-hati karna Ghania ikut serta di atas motor Gavin.
Betapa senangnya Gavin bisa membonceng Ghania. Meskipun harus melewati perdebatan yang lumayan panjang, tapi akhirnya Gavin berhasil membujuk Ghania agar mau di antar oleh Gavin.
Gavin terus mengendarai motornya menuju SMA Harapan.
Sesampainya disana, gerbang SMA Harapan telat tertutup begitu rapat.
Lucu rasanya bagi Gavin melihat wajah panik Ghania. Sepertinya ini pertama kalinya Ghania telat datang ke sekolah.
Akhirnya Gavin menuntun Ghania menuju bagian samping SMA Harapan.
"Ngapain?" tanya Ghania.
"Mau masuk kan?" tanya balik Gavin.
Ghania hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Naik." perintah Gavin.
"Gak bisa." tolak Ghania.
"Kenapa? Ini itu udah tembok paling pendek." ucap Gavin bingung, setaunya Ghania bukanlah cewek manja, tembok segini doang pasti Ghania bisa manjat apalagi dengan di bantu Gavin.
"Bukan masalah pendeknya tembok itu. Tapi rok gue juga pendek. Gimana sih!" kesal Ghania sambil mencoba marik kebawah rok yang dikenakannya.
Gavin melihat ke arah rok yang digunakan oleh Ghania. Kemudian Gavin tersenyum dan mengambil celana olahraga miliknya di dalam ransel nya dan memberikannya kepada Ghania.Ghania yang mengerti maksud Gavin langsung menggunakan celana Gavin di dalam rok nya.
Tanpa disuruh lagi Ghania langsung memanjat tembok yang dibantu oleh Gavin, setelah memanjat, Ghania langsung melompat. Begitu berhasil mendarat dengan selamat, mata Ghania tidak sengaja menangkap sosok guru BK yang sedang berkeliling. Tanpa pikir panjang, Ghania langsung berlari ke kelasnya.
***
"Lo masih waraskan?" tanya Gerald yang duduk di samping Gavin-Karna mereka duduk sebangku-
Lamunan Gavin langsung buyar. "Kenapa emang?" tanya balik Gavin yang merasa sedikit tersinggung dengan pertanyaan Gerald.
"Ya abisnya dari pas masuk kelas lo senyam senyum gak jelas." jawab Gerald santai.”Gue kan jadi agak takut.” lanjut Gerald pelan dan hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.
"Gue itu habis di pertemukan sama calon masa depan gue." jawab Gavin cengengesan.
"Siapa?" tanya Gerald penasaran.
"Gak usah kepo. Entar juga lo tau pas gue ngirim surat undangan pernikahan gue sama dia." jawab Gavin begitu percaya diri.
"Pagi-pagi udah sarapan harapan aja." sambar Adit, dari belakang bangku Gavin dan Gerald.
"Doain aja semoga gak jadi harapan semata." balas Gavin dengan malas karena perkataan Adit seakan menghapus harapannya.
Mendengar jawaban serta wajah Gavin, Adit dan Gavin langsung tertawa dan obrolan mereka terus berlanjut membahas hal yang tidak penting sampai yang paling tidak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernah Hadir Dan Masih
Teen FictionPenyesalan Ghania ketika pertama kali punya pacar adalah ngenalin doi ke temen sendiri. "Terima kasih pernah hadir, meski kita tidak bersama lagi, tapi rasa ini masih untukmu."