15. Dendam.

12.4K 1.6K 147
                                    

Hampir lima menit lalu Dara tadinya masih mengiris-ngiris satu papan tempe yang kata Mama sih bakal digoreng buat bikin orem-orem, sebelum akhirnya terpaksa diusir gara-gara Mama keburu berhasil memindai penampakan satu plaster yang menempel, menutupi bekas suntikan infus yang padahal udah coba Dara sembunyikan dengan terus membelakangi ibu mertuanya.

Namun, ya Mama Asmita jelas nggak senaif ibunya. Beberapa kali siasat white lies Dara justru selalunya terjun di jurang kegagalan. Maka, daripada kekeuh membantu di dapur dan malah berpotensi mambuat kasus soal infus tersebut merembet ke mana-mana, Dara pun mengalah—menuruti titahan Mama untuk segera beristirahat, kendati di rumah sakit Dara udah ngaso nyampe gempor.

Meninggalkan dapur, Dara berniat duduk sejenak di sofa ruang keluarga eh, tahu-tahu udah ada Mbah Nung di sana. Yang ... em, kapan kira-kira Simbah pulang? Kayaknya pas Dara datang tadi beliau belum ada kelihatan di rumah deh?

Dara sontak celingak-celinguk tak tentu arah.

Duh, dia bingung! Jelas!

Haruskah dia tetap berjalan menghampiri dan ikut-ikutan duduk? Atau, mending langsung ngeluyur ke kamar aja? Tapi, di kamar kan ada Miko, serta setelah melalui perjalanan yang penuh drama lantaran Miko yang ujug-ujug pengen combro sehingga mereka mesti putar-puter di nyaris seluruh pelosok jalanan Bintaro demi nyari tuh tukang gorengan yang ternyata nggak semua penjaja nyediain combro—sekaligus apa yang telah terjadi seharian ini, khususnya tadi saat di rumah sakit—Dara sih nggak yakin kalau dia pengen menjebakkan diri buat sekamar sama Miko.

Namun, jika dia memilih bergabung duduk bareng Mbah Nung yang sekarang sedang manggut-manggut sambil nontonin tayangan breaking news petang, kalau seandainya ntar Dara ditanya macam-macam bagaimana?

Oke. Beberapa hari ini Dara bisa lolos karena, kebetulan Simbah lagi nginep di tempat Pakde Kuncoro. Akan tetapi, hari ini tentu nggak ada celah tersisa. Gimana bila tiba-tiba beliau mulai ngebahas soal apartment Miko yang kebakar gara-gara bandengnya Dara?!

Hish!

Apa mending dia balik ke dapur aja? Lebih baik Dara berdiri di belakang punggung Mama sampai jam makan malam tiba, meski nggak ngapa-ngapain daripada dia diam di sana kan?

Ya, betul betul!

Dara baru mengangkat satu tumitnya sewaktu suara Mbah Nung yang super-tegas nan nyelekit keburu menghentikan semua niatnya dengan menukas lugas, "Nggak usah ke dapur! Ntar malah bikin kebakaran juga di sini. Mau tinggal di mana lagi coba nanti Asmita sama Miko?"

Dara refleks menjapit bibir bawahnya keras dengan gigi seri. Tuh kan!

Iya sih Dara memang salah. Masih berani berkeliaran di rumah Mama dengan kepala terangkat itu ... mungkin dapat dianggap keterlaluan—utamanya boleh jadi bagi Simbah. Cuman ....

"Asmita dari umur 7 tahun bahkan sudah mampu bikin gudeg sendiri. Padahal dia cewek satu-satunya. Ndak manja. Jago masak, jago berkebun. Paling penting, dia ndak pernah tuh bikin kebakaran," sindirnya.

"Miko sejak kuliah sudah sering ambil kerja sambilan. Walaupun orang tuanya jelas mampu, dia ndak pernah mau nyusahin. Umur baru 24 saja dia sudah sanggup beli apartemen pakai uang hasil kerja kerasnya sendiri. Susah-susah ngumpulin duit bertahun-tahun, sudah dibikin bagus-bagus eh, sekarang malah jadi abu," lanjut Mbah Nung membuat Dara semakin merasa nggak enak hati.

"Maula memang gagal melulu jadi PNS. Tapi, dia otaknya ndak sebodoh itu lho ya. Dia ini mampu ngelakuin semua kerjaan rumah dengan baik karena, Asmita mendidiknya dengan benar. Ndak tahu deh tuh gimana cara orang tua ngedidik anaknya yang bisa-bisanya teledor banget sampai bikin rumah orang kebakaran!"

Semestinya Cinta ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang