Everyone loves money.
Begitu pula Dara, tentu saja.
Namun, acap kali Dara tergoda untuk pakai uang yang setiap bulan Miko kirimkan ke rekeningnya, entah mengapa rasanya dia selalu dihantui oleh pemikiran bahwa, emangnya dia nih udah ngasih apa sih buat Miko?
Please!
Di apartemen Dara kan memasak tiap hari. Iya, memang. Tetapi, bukankah dia sendiri juga butuh makan? Dara jelas-jelas masak karena, itu lebih ekonomis daripada beli-beli di luar. Toh, selama ini kayaknya dia juga jarang kok misalnya masak-masak secara khusus gitu buat Miko, kecuali ya ... yang semur bandeng kemarin, itu pun bukan berdasar pada keingian Miko, tapi lebih ke request dari Mbah Nung.
Lalu, apa? Cuci baju? Dara pernah bilang kan jika Miko punya langganan laundry sendiri? Jadi, pria itu nyaris nggak pernah tuh titip-titip supaya Dara cuciin.
Beberes rumah?
Saat weekend, setelah mengitari jogging track di kawasan komplek apartemen biasanya sebelum pria itu pergi jalan buat main fun football bareng Mas Linggar atau nge-gym, Miko pastilah bakal lebih dulu meluangkan waktu guna mengelap-lap atau ya menyedot debu di seluruh ruang apartemen hingga kotoran-kotoran tandas tak bersisa. Menyisakan Dara yang lantas kebingungan mau memakai hari liburnya buat apa?
Actually, Dara lumayan sering sih bikinin kopi atau teh untuk sekadar menemani Miko baca berita pagi selagi menungguinya bersiap-siap sebelum mereka pergi ke kantor bersama.
Hanya saja, ya ... memang sebatas itu doang. Jadi, ya kali Dara bisa tega ambil uangnya?
Mana kalau kata Mbak May, "In all relationships there is what we call 'give and take'. Apalagi dalam pernikahan, Ra. Dua orang selalu butuh an equal balance. Jangan sampai yang satu kerjaannya cuma bisa ngasih-ngasih terus dan yang lainnya terlalu banyak menerima. Nggak bakal berhasil. Percaya deh, that the more time and energy we invests in the relationship, the better things are going to get."
Sudah dibilangin begitu, masa Dara nggak tahu diri juga?
Bagaimana pun Miko adalah orang pertama. Dara nggak pernah memiliki pengalaman dalam berhubungan seserius itu dengan seseorang sebelumnya. Jadi, ya ... bisa dikatakan dia buta dalam banyak hal. Maka, setiap nasihat yang dia dengar tentu berharga.
Lagi pula, setelah Dara berada di dalam ruang bawah tanah yang mendadak benderang—agaknya, Prita berhasil menemukan saklar yang ditanam untuk kemudian menyalakan lampunya—tiba-tiba dia merasa kalau jangan-jangan Miko nih sebetulnya cuma serasa sedang buang receh ke rekeningnya? Pria itu mungkin hanya mengirimkannya dan langsung melupakannya. Masa bodo mau Dara apakan toh, bagi Miko itu nggak seberapa!
Iya, bisa jadi kan?
Karena, kala Dara melihat melalui mata kepalanya sendiri betapa basement yang Miko sebut realitasnya lumayan melenceng jauh dari ekspektasinya.
Oh, iyalah!
Dari luar tempat ini tadi tampak begitu gulita. Udah macam lubang sumur tua gitu lah. Tetapi, ketika makin masuk ke dalam ternyata sama sekali nggak ada aura kegelapan. Pengap yang kerap kali menghantui di basement, nggak hadir di sana. Tempat itu juga nggak terkesan menyeramkan macam kebanyakan basement yang sering kali Dara temukan. Sungguh, dibanding basement itu justru lebih terkesan kayak mini galeri sih.
Kenapa?
Soalnya, cukup banyak foto-foto berbingkai kaca yang tergantung di dinding. Di sudut juga ada semacam theater mini gitu. Lengkap dengan sebuah televisi layar lebar yang menempel di tembok. Sofanya berwarna merah khas Cinema. Dan, mungkin hanya muat diduduki oleh dua orang. Prita sedang berdiri di sana, sambil sesekali mengelus permukaan punggung sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semestinya Cinta ( Selesai )
ChickLit-Sandara- Selama ini dia kenal Miko sebagai laki-laki yang selalu ngomong: "Pagi, Dara!" "Udah di-follow-up, Dara?" "Deadline nih. ASAP, ya Dara!" Nggak pernah dia bayangkan kalau dari mulut Miko ternyata juga bisa keluar kalimat: "Sandara, this day...