( 𝟶,𝟿 )

1.4K 165 9
                                    


Sekarang adalah hari ke-5 Nichole menjalani perawatan di rumah sakit, dan selama itu juga belum ada tanda-tanda kesadaran darinya.

Joshua duduk di sofa kamar rawat Nichole, manik jelaganya bergantian untuk fokus pada layar monitor laptop dan tumpukan berkas-berkasnya. Menjadi seorang presdir, walau sekarang ia mengambil cuti, tetap saja pekerjaan kantornya menumpuk dan terus bertambah.

Selagi fokus mengerjakan pekerjaannya, sesekali Joshua alihkan pandangannya pada Nichole yang terbaring dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuh, setiap menitnya Joshua akan melirik sebentar untuk sekedar melihat kondisi Nichole.

Ketika memandangi putra bungsunya itu, binar matanya redup tak berarti. Kesenduan selalu menghiasi iris kelamnya sejak hari dimana Nichole kecelakaan.

"Nichole...... kamu kapan bangun, nak? Sampai sekarang Ayah nggak punya keberanian untuk ngasih tau Nathan tentang kondisi kamu yang sebenarnya" lirihnya.

Deru mesin pendingin ruangan, bunyi alat patient monitor, dan suara ketikan keyboard laptop menemani kesendirian Joshua.

Dimana Nathan? beberapa saat yang lalu pemuda itu izin keluar untuk membeli jajanan di cafetaria rumah sakit.

Sekedar memberitahu──kamar rawat yang ditempati Nichole adalah kamar rawat tipe kelas atas, sebutan simpelnya VVIP. Kamar rawat Nichole dikhususkan untuk satu pasien dengan fasilitas medis dan perlengkapan yang memadai, Joshua rela membayar sebanyak apapun biayanya demi perawatan Nichole yang terjamin.

back to plot >>>

Menit demi menit telah berlalu, dan Nathan belum juga kembali dari cafetaria. Joshua menghentikan pekerjaannya, kemudian menilik arloji yang melingkar di lengannya.

"Udah lebih 20 menit, kok Nathan belum balik ya?" monolognya cemas.

tok tok tok

Pintu kamar rawat Nichole tiba-tiba diketuk, dan hal itu membuat Joshua terkesiap.

tok tok tok

Pintu kembali diketuk, lantas pria yang merupakan kepala keluarga Andreas itu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Pintu dibukakannya, tampaklah seorang perawat perempuan berdiri dibalik pintu dengan senyuman ramah.

"Permisi, apa benar anda yang namanya Bapak Joshua Andreas?" tanya perawat itu.

"Iya, benar. Ada apa, Ners?"

"Bapak memiliki anak kembar laki-laki, benar?"

Joshua mengernyitkan keningnya, agak heran mengapa perawat dihadapannya ini bertanya-tanya. Walau demikian, ia tetap menanggapinya. "Benar...... anak saya kembar laki-laki, salah satunya dirawat disini. Memangnya kenapa, Ners?"

Perawat perempuan itu sedikit mengintip kedalam, kemudian berdehem canggung. "Ehm..... tadi di area cafetaria ada anak remaja yang mimisan dan berakhir pingsan, rupa wajahnya mirip dengan anak Bapak yang itu" ucapnya sembari menunjuk Nichole.

Ucapan dari perawat itu membuat Joshua shock dan hampir kehilangan pijakan, refleks ia bertumpu pada gagang pintu demi menahan beban tubuhnya. Jantungnya seakan merosot ke mata kaki, rasanya terlalu mengejutkan.

patibrata.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang