Di hadapan pusara Nathan dan Nichole yang berdampingan, Joshua menangis keras dalam dekapan Rose. Tangisnya terdengar pilu dan menyakitkan, juga sarat akan ketidakrelaan. Joshua tidak rela, sangat tidak rela."K-kenapa, Rose? kenapa Tuhan selalu ambil orang-orang berharganya kakak?!"
"Kenapa, kenapa Tuhan jahat sama kakak?? kenapa Dia selalu ambil orang-orang yang kakak sayangi, Rose?? dulu Mina, sekarang Nichole dan Nathan,"
"Apa kakak pernah berbuat dosa besar sampai Tuhan enggan ngasih kakak kesempatan untuk menjadi suami maupun ayah??! kenapa, Rose?! kENAPA??!!!!"
Rose menggeleng-gelengkan kepalanya kuat, ia tidak mampu berucap barang sepatah kata untuk menanggapi kemarahan Joshua pada Tuhan dan takdir. Bibirnya ia gigit kuat, demi menahan isak tangisnya yang disebabkan kondisi Joshua sekarang.
"Rose, anak-anakku..... dua bintang kecilnya kakak, kenapa? kenapa Tuhan jahat- hikss"
Joshua hancur, sepenuhnya hancur. Rasa amarah, kesedihan, juga kekecewaan menyatu di hatinya. Joshua yang sekarang, tak jauh berbeda dengan Joshua pada beberapa tahun silam.
"Rose, apa kakak nggak pantes jadi seorang suami dan ayah? apa kakak buruk dalam menyandang status itu?"
"Kenapa Tuhan ambil kebahagiaan kakak, Rose? apa kakak nggak pantes??"
Racauan dan pertanyaan yang sama terus terlontar dari bibir Joshua. Pria itu mencurahkan semuanya, melepaskan setitik besar keperihan di dadanya.
Masih berusaha menahan tangis, sejujurnya Rose terikut sakit karena melihat Joshua yang demikian. Kesedihan meliputi, semuanya begitu rumit──juga pelik.
"Kak Shua, udah kak.... cukup, jangan gini- hikss" mau ditahan bagaimana pun, pada akhirnya Rose menyerah dan justru ikut menangis.
Sepasang kakak beradik itu menangis pilu didalam dekapan satu sama lain, berbagi rasa yang tersirat dan yang tampak. Keduanya bersedih, dengan nisan-nisan yang menjadi saksi bisu atasnya.
Menit demi menit terlewat, Rose melepaskan dekapannya terhadap Joshua. Kemudian ia menengadah──memandang langit, dan didapatinya hamparan nirwana beserta awan-awannya itu berwarna abu-abu gelap, pertanda mendung yang akan hujan, deras.
"Kak Shua.... udahan yuk, kita pulang, ya. Sebentar lagi kayaknya mau hujan, pulang yuk" ajak Rose.
Namun gelengan lemah Joshua berikan, "Kakak masih mau di sini, Rose. Kalau mau, kamu bisa pulang duluan,"
"Enggak, kak.... kita pulang sama-sama aja, yuk. Bentar lagi hujan, aku khawatir kalau ninggalin kakak sendirian, aku takut kakak kenapa-napa nanti"
"Nggak, dek. Percaya sama kakak, kakak pasti baik-baik aja"
"Tapi perasaan aku nggak enak, kak.... kita pulang aja ya, please~"
"No, i will stay here. Kakak masih mau disini, kakak mau nemenin anak-anak kakak sampai puas. Kamu pulang duluan aja, ya. Trust me, i will be okay-" Joshua berikan kunci mobilnya pada Rose, "Nih, bawa pulang mobil kakak, nanti kakak pulangnya naik taxi aja"
Menghembuskan nafas kasar Rose lakukan, ia kalah berdebat dengan Joshua. Sekarang mau apa lagi? maka satu-satunya yang Rose lakukan adalah menurut pada kakaknya itu.
"Oke, aku pulang, kukasih kakak ruang untuk sendiri-" Rose dorong pelan tangan Joshua yang menyodorkan kunci mobil, "Aku aja yang pulang pakai taxi, kakak tetap bawa mobil. Sepeninggalnya aku, aku harap kakak jaga diri baik-baik dan jangan melakukan hal-hal berbahaya kayak dulu yang bikin aku takut setengah mati. Kalau hujan, kakak harus neduh, jangan sampai kebasahan. Terus, kalau bisa kakak jangan kelamaan disini, harus cepat pulang-"
KAMU SEDANG MEMBACA
patibrata.
ФанфикPatibrata ; dalam bahasa Sansekerta berarti sehidup semati. © 2021