Part 6
Marseille
8 Februari
Dengan mudah aku sampai di Marseille. Sebuah kota cantik di tepi Laut Mediterania. Bahkan akses menuju kantor perusahaan yang aku tuju juga sangat mudah karena dekat dengan Stasiun Saint Charles, tempat aku turun dari kereta tadi. Aku cukup berjalan melewati tangga untuk menuju ke arah kota, karena Stasiun Saint Charles ini memang terletak di perbukitan.
Singkat cerita aku sampai di perusahaan yang bernama Eder. Dari kejauhan gedung perusahaan ini sudah nampak, karena teks bertuliskan EDER yang terpampang jelas di rooftop gedung.
Aku kemudian masuk dan langsung menemui front office. Ia menanyaiku dengan Bahasa Inggris.
"Can I help u?"
"My name is Alina from Indonesia, I have to..."
Belum selesai aku bicara, wanita itu sudah menyodorkan berkas yang hendak aku ambil. Nampaknya ia sudah paham bahwa akan ada perwakilan dari Indonesia yang hendak mengambil berkas. Setelah aku cek berkas-berkas itu, aku mohon pamit.
"Wow, okay. Thank you." sahutku.
"You're welcome," jawab dia ramah.
Aku sudah tidak ada agenda lain, maka aku berniat untuk berjalan-jalan sebentar di kota itu. Aku sebenarnya masih agak trauma dengan kejadian di bandara tempo hari, jadi aku berusaha lebih berhati-hati dalam membawa barang bawaan, terutama berkas penting yang sedang kubawa.
Aku kemudian berjalan kaki menyusuri Kota Marseille dan mencari kafe yang bisa untuk beristirahat sejenak. Akhirnya mataku tertuju pada sebuah kafe yang viewnya langsung menuju ke arah laut. Setelah masuk dan memilih tempat duduk, aku memesan minuman.
Berhubung smartphoneku hilang, aku hanya bisa memandang keindahan Laut Mediterania dan sesekali iseng melihat berkas-berkasku. Entah angin apa yang lewat namun tiba-tiba aku teringat akan Fred.
Ah, aku tidak munafik. Memang sedari tadi dia selalu ada di kepala, entah kenapa. Hanya saja hati kecilku masih menegurku untuk segera melupakan wajahnya, tak lain dan tak bukan karena aku sudah punya Mas Andika, calon suamiku.
Tak lama kemudian, pelayan datang membawa minuman yang kupesan. Saat gelas kuangkat, aku lihat ada sebuah tisu yang menempel di dasar gelas. Setelah kulepas tisu itu, ada sebuah tulisan :
Je vous aime
Hatiku tiba-tiba berdegup kencang. Aku memang tak mahir Bahasa Perancis, namun aku tahu apa arti kalimat itu. Aku lantas celingukan mencari siapa pengirim tisu ini. Apakah ini tisu bekas pengunjung yang lupa dibuang? Ah rasanya tidak mungkin.
Aku kemudian mencari pelayan kafe yang tadi mengantar minuman, dan dengan bahasa yang terbata-bata aku tanya siapa yang menaruh tisu ini. Pelayan itu menjawab dengan singkat yang intinya dari seorang pria yang sedang berdiri di pinggir balkon kafe.
Aku menoleh ke arah balkon. Benar saja, ada seorang pria berjaket biru sedang berdiri disana.
Aku melangkah perlahan menuju pria itu.
Saat kulihat sosoknya meski dari belakang, aku tahu betul dia siapa.
Dialah malaikat penyelamatku kemarin.
Orang yang sejak kemarin selalu ada di benakku.
Fred.
"Hai..." sapaku.
Fred menoleh, tersenyum sangat manis padaku. Ah, aku meleleh dengan sikap dinginnya itu.
"Ini... dari kamu?" tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATIKU MASIH DI PARIS
General FictionAlina nyaris menjadi gelandangan saat bertugas di Paris beberapa bulan lalu. Dompet dan tasnya raib tiba-tiba di bandara Paris. Beruntung dia ditolong oleh seorang lelaki baik hati bernama Fred. Setelah semua urusan beres di Perancis, ia pulang untu...