Bab 8 : Pesan Ibu

16 2 0
                                    

Part 8

Rumah

1 April

Pagi itu aku sudah siap akan berangkat kantor. Tadi Mas Dika chat katanya udah di jalan menuju kesini. Aku lantas duduk di kursi teras sambil memainkan handphone yang baru dua bulan ini kubeli.

Ibu yang sudah duduk di teras sambil merapikan meja, mengajakku berbincang sejenak.

"Ada apa, bu? Bapak udah berangkat?" tanyaku.

"Udah tadi," jawab ibu singkat.

Aku lihat wajah ibu yang agak ragu ingin menyampaikan sesuatu.

"Lina, kan tanggal pernikahanmu dengan Dika tinggal sebentar lagi. Ada baiknya kalian jangan ketemu dulu, supaya tidak menjadi omongan orang-orang"

Aku mendengarkan baik-baik. Mungkin ibu dan bapak risih juga lihat aku kesana kemari selalu sama Mas Dika, sementara kami belum menikah.

"Iya, bu. Nanti aku sampaikan ke Mas Dika," jawabku mantap.

"Ya sudah, ibu cuma mau bilang itu. Syukur kalau kamu mau nurut sama permintaan bapak ibu tadi"

Aku mengangguk tanda patuh. Kemudian ibu berjalan masuk rumah.

Tak lama kemudian Asifa tiba-tiba muncul dari dalam rumah, sudah rapi dan kulihat lebih cantik dari biasanya.

"Wow, kamu tumben cakep bener pagi ini. Mandi berapa kali?" tanyaku meledek.

"Sssssttt, mbak Lina ngga tau kan? Aku kemarin baru aja jadian," ujarnya dengan mata berbinar-binar.

"Hah, kok kamu nggak cerita-cerita sih? Siapa dia?"

"Iyalah, lagian kan masih baru kemarin. Dia itu orang yang kerja di kantor tempatku magang. Ah, nanti deh aku kenalin sama mbak. Dia juga nanti mau jemput aku kesini," katanya sambil berseri-seri.

Aku cuma senyum-senyum aja menanggapi tingkah adikku yang aku tahu masih labil itu. Asifa lantas duduk disebelahku.

HPku tiba-tiba berdering, Bu Tina atasanku rupanya yang menelepon. Sekedar menanyakan kesiapanku untuk presentasi nanti di kantor.

Saat aku menerima telepon itu, kulihat ada laki-laki yang mengendarai motor berhenti di depan pagar rumah. Mengenakan helm dan jaket. Aku yakin itulah cowok barunya Asifa.

Benar saja, Asifa lantas beranjak berjalan mendekatinya.

Di saat bersamaan, kulihat juga Mas Dika datang dengan mobil, berhenti persis di belakang motor cowok Asifa. Aku yang sudah selesai menerima telepon, berjalan bergegas menuju mobil Mas Dika.

Mas Dika masih duduk di balik setir mobilnya. Sementara aku sudah berdiri diantara mobil dan motor yang ada dihadapanku.

"Eh mbak Lina, kenalkan. Ini cowok yang aku ceritain tadi...," kata Asifa bersemangat.

Asifa mengajak cowok itu turun dari motor gagahnya, dan melepas helmnya.

Rambutnya agak pirang, nampaknya blasteran bule.

Pinter juga ini anak nyari cowok, pikirku. Aku bahkan sampai senyum-senyum sendiri.

"...namanya Fred," kata Asifa singkat.

Wait, who?

HATIKU MASIH DI PARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang