Chapter I

1.3K 87 4
                                    

Karina sedang terburu-buru sekali pagi ini. Hari ini dia ada upacara pertama sekaligus pembukaan masa orientasi pengenalan sekolah untuk siswa baru. Jam sudah menunjukkan pukul enam lebih empat puluh lima menit, dan upacara dimulai pada pukul tujuh. Sang ayah yang sudah menunggunya di dalam mobil membunyikan klakson bertubi-tubi membuat Karina berdesis kesal dan berlari turun ke ruang makan untuk menyabet kotak bekalnya. Ia tak punya waktu lagi. Ia harus sesegera mungkin keluar rumah. Ia bahkan tak memakai sepatu dengan benar. Mulutnya menggigit roti yang dengan cepat diberikan oleh sang kakak sebelum ia keluar.

Lagi, klakson itu berbunyi, membuat Karina melihat ayahnya dengan sinis. Sang ayah hanya terkikik melihat Karina. Setelah Karina memasang sabuk pengaman, mobil yang dikendarai ayah melaju dengan cepat. Sementara Karina memastikan penampilan dirinya. Ia mematut dirinya di layar gawai miliknya. Rambut kuncir kudanya dirapikan kembali, dasi yang tadinya miring sekarang sudah lurus seperti penggaris, sepatu sudah ia pakai sebagaimana seharusnya. Setelah dirasa, penampilannya telah rapi, ia mengunyah roti yang sedari tadi di mulutnya.

Saat Karina pikir ia belum terlambat ketika mobilnya tiba, disitulah ia salah. Pintu gerbang sekolah telah ditutup. Petugas keamanan dan sepertinya beberapa anggota kesiswaan juga berjaga disana. Karina mendengus kesal sebelum ia turun dari mobil.

"Semangat hari pertamanya, anak ayah!" sang ayah teriak dari dalam mobil, Karina hanya mengangguk sambil tersenyum tipis dan mengisyaratkan ayahnya untuk segera pergi.

Karina berlari kecil ke arah pagar sekolahnya. Ia melihat siswa yang memakai atribut kesiswaan menghampirinya dengan wajah sok tegas.

"Baru hari pertama udah telat. Gimana sih?!" Karina sempat melihat nama yang terukir pada name tag siswa itu, Jung Soo Jung.

"Maaf, Kak." Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Karina sambil membungkuk dengan sesal.

"Buruan masuk." Perintah kakak kelasnya itu.

Setelah pintu gerbang dibuka untuknya, Karina segera berlari karena dari kejauhan ia dapat melihat para siswa baru tengah bersiap untuk berbaris di lapangan utama. Karina meletakkan tas miliknya di dekat pohon tak jauh dari lapangan lalu segera membaur di bagian belakang barisan.

===

Setelah 3 hari, akhirnya masa pengenalan lingkungan sekolah selesai. Ia mendapati dirinya berada di kelas 10-2, begitu tiba di kelasnya, ia melihat beberapa siswa sudah menduduki kursi. Ia melihat satu kursi dengan posisi yang menurutnya pas, paling belakang, tepat di samping jendela dimana ia bisa melihat pemandangan luar sekolah dari lantai 2.

Siswa di kelasnya lumayan banyak, ada sekitar 38 murid dalam satu kelas dengan jumlah murid laki-laki dan perempuan yang seimbang.

"Kenalin, gue Umji." Tiba-tiba seseorang mengulurkan tangannya pada Karina, saat ia tengah melamun sambil melihat pemandangan lapangan sekolah. "Kursi sebelah lo, kosongkan?" Karina mengangguk, tak lama, gadis tersebut duduk di samping Karina.

"Gue Karina." Jawabnya singkat.

Ketika masa pengenalan sekolah, Karina tergabung dalam sebuah kelompok dengan jumlah sepuluh orang, dan semuanya perempuan. Walaupun tidak begitu dekat, namun ia mengenal mereka, namun sayang, diantara mereka bersepuluh, hanya Karina yang sendiri di kelas itu.

"Hari ini kita bakal belajar apa aja ya?"

Karina sempat menaikkan alisnya dengan refleks. Harusnya semua siswa yang mengikuti masa pengenalan sekolah sudah mendapatkan jadwal mata pelajaran apa saja dari hari Senin hingga Jum'at, aneh rasanya jika Umji tidak mengetahui jadwal pelajaran mereka.

"Ada sejarah, matematika, sains sama budaya." Karina menjawab mata pelajaran hari ini sesuai dengan urutannya.

Umji hanya mengangguk paham, lalu ia mengeluarkan ponsel dan wireless earphone miliknya sebelum ia mengenakan earphone tersebut pada telinganya.

Sepuluh menit kemudian, bel tanda masuk berbunyi. Semua siswa yang ada di kelas Karina secara teratur duduk di kursi masing-masing sambil menunggu wali kelas mereka yaitu Ms. Park untuk masuk dan memberikan arahan pagi.

Setelah Ms. Park masuk, dan kegiatan dimulai dengan doa pagi. Ms. Park langsung memberikan arahan kepada kelasnya.

"Okay, baik. Langsung aja, hari ini kita akan memilih ketua kelas dan juga sekretaris untuk membantu saya dalam beberapa hal terkait administrasi di kelas ini. Apakah ada kandidat yang bersedia maju sebagai ketua kelas?"

Tidak ada satupun siswa yang berani mengangkat tangan mereka. Hingga seseorang yang duduk di bangku paling belakang dengan baju sedikit berantakan, bangkit dari kursinya dan menunjuk dirinya.

"Saya, Miss. Saya mengajukan diri sebagai ketua kelas."

"Great! Ada kandidat lain? Kalau tidak ada, kita akan putuskan kalau Jeno yang akan menjadi ketua kelas 10-2." setelah menunggu beberapa detik dan tidak ada seorang siswa pun yang mengajukan diri. "Okay, selamat Jeno, kamu jadi ketua kelas. Untuk sekretarisnya, langsung aja saya pilih Karina. Kalian berdua nanti temui saya ketika jam istirahat ya. Selesai. Selamat belajar."

Ms. Park keluar dari kelas setelah mengatakan itu. Pemilihan semena-mena ini masih mengagetkan bagi Karina, hingga ia terdiam selama beberapa detik, lalu ia melihat Jeno yang melayangkan senyum kepadanya. Sontak hal itu membuat Karina memalingkan pandangannya dan membuka buku pelajaran sejarah yang sedari tadi sudah dikeluarkan dari tasnya. 

ANTIDOTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang