(A/N: Winter belum muncul disini)
"Gimana? Lo jadi ikut bareng kita ga?"
Umji merangkul bahu Karina ketika mereka berjalan di koridor sekolah. Jam pembelajaran baru saja selesai setengah jam yang lalu. Karina sedang mempertimbangkan tawaran Umji dan Yujin yang mengajaknya untuk ke sebuah club malam nanti.
"Tapi kita ga bakalan bisa masuk. KTP juga belum punya." Karina berusaha menolak ajakan mereka, karena ia tahu sekali, keluarganya akan murka jika mengetahui Karina pergi ke klub, bahkan kakaknya saja tak pernah berani menginjakkan kaki di sana.
"Don't worry, kakaknya Yujin manajer di sana, kita bisa masuk lewat pintu belakang. So, ntar malem gue jemput ya." Umji tersenyum lebar ketika Karina pasrah mengangguk terhadap ajakannya.
Di perjalanan pulangnya, Karina berpikir keras akan alasan apa yang akan dia berikan ketika meminta izin kepada orang tuanya. Orangtuanya pasti akan menanyakan kemana dan dengan siapa Karina akan pergi, terlebih jika Karina memakai baju terbuka dan aneh-aneh. Kini ia sedikit menyesali mengiyakan ajakan Umji dan Yujin.
Karina jadi teringat dengan saran Yujin untuk membawa baju ganti di dalam tasnya nanti, dan beralasan untuk pergi belajar bersama dengan orangtuanya. Ia menarik nafas dalam dan membulatkan niatnya untuk pergi ke klub.
===
Tepat pukul sembilan malam, Karina, Umji dan Yujin sudah berada di dalam klub yang cukup padat itu. Untung saja kakak Yujin adalah manager di klub ini, jadi mereka bisa mendapatkan akses VIP lounge yang berada di lantai dua.
"Malam ini, kakak gue yang traktir, kalian bebas mau minum apa aja." Yujin berteriak kepada Karina dan Umji.
Karina melihat ke arah botol-botol minuman yang tersedia di atas meja. Karina adalah seorang yang penurut dan tidak pernah bertingkah laku aneh, melihat botol-botol minuman keras secara langsung adalah hal pertama baginya. Bahkan Karina juga tak pernah mencicipi minuman beralkohol sekalipun.
"Let's toast!" Umji memberikan gelas berisi entah minuman apa kepada Karina.
"Gue minum soda aja boleh ga?" Karina menolak pemberian Umji yang kemudian malah ditertawakan olehnya.
"Karina-dear, ini klub malam, cemen banget lu minumnya soda. Udah cobain dulu, ini enak kok," Umji berusaha meyakinkan Karina yang masih tampak ragu.
"Lo bakal suka kok, Kar. Percaya sama gue." Tambah Yujin yang sudah meneguk tegukan ke dua dari gelasnya.
Karina yang tak enakan akhirnya menerima gelas dari Umji. Ke tiga gelas mengacung di udara dan beradu di tengah hingar bingar musik yang menghentak klub pada malam itu.
Karina hanya menyesap minuman itu sedikit dan langsung memutuskan kalau dia tak akan meminum minuman beralkohol lagi. Rasa pahit langsung menghampiri lidahnya begitu ia meminumnya, lalu tenggorokannya terasa seperti terbakar hebat. Apakah ini sensasi yang dialami oleh orang-orang yang meminum minuman ini? Karina lalu mengedarkan pandangannya ke lantai bawah di mana orang-orang tengah bergoyang mengikuti irama.
Mata Karina berhenti pada satu sosok yang sedang berbicara dengan Umji tak jauh dari panggung.
'Itu kaya Jeno. Dia ke sini juga?' Karina bertanya dalam hati, lalu tak lama pandangan mereka beradu untuk beberapa detik sebelum Karina membuang pandangannya ke arah lain.
"Gue mau ke bawah. Lo di sini aja apa gimana?" Yujin sudah berdiri ketika ia menanyakan hal itu kepada Karina.
"Gue disini aja."
Setelah mendapatkan jawaban dari Karina, Yujin menuruni anak tangga dengan segera bergabung di lantai dansa dengan segerombolan orang asing.
Tak lama, Karina melihat Umji berjalan kembali ke meja mereka. Wajahnya lebih ceria setelah berbicara dengan Jeno.
"Jeno kayanya suka sama lo deh." Tiba-tiba Umji berkata setelah duduk di hadapan Karina. "Lo ga punya pacarkan?"
Ditanyai dengan tiba-tiba seperti itu membuat Karina mengedipkan mata beberapa kali karena terkejut, dan tanpa sadar, ia mengerutkan hidungnya.
Terhitung ada beberapa siswa yang mendekati dirinya sejak awal semester hingga saat ini, tapi belum ada satupun yang benar-benar klik untuknya. Bahkan salah satu kakak kelasnya terang-terangan menyatakan cinta setelah upacara bendera selesai dan berakhir ditolak oleh Karina.
Karina mengakui kalau Jeno adalah sosok yang mampu membuat Karina salah tingkah ketika mereka beradu pandang, pernah juga Jeno membelikan sandwich di kantin sekolah ketika ia tahu Karina sedang sibuk membantu wali kelasnya memilah formulir registrasi ekskul dan menginputnya ke dalam data base sekolah.
"Jeno baik kok, tenang aja." Umji tersenyum, meyakinkan Karina, tapi entah kenapa, Karina merasa senyum yang diberikan Umji untuknya seperti memiliki maksud lain.
(A/N: buat yang udah baca dan vote cerita ini, makasi banyak dan have a good day!)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTIDOTE
FanfictionBagi Karina, hidupnya telah hancur saat 'hal' itu terjadi. Tak ada seorang pun yang mengulurkan tangan padanya, bahkan keluarganya sendiri. Ia menutup diri dan merutuki dirinya sebagai manusia 'kotor' yang tak pantas untuk bahagia. Lalu, seseorang b...