Chapter 4 - Konsekuensi

540 96 8
                                    

A/N: Iya, udah ada Minjeong disini, tapi dikit.


1 tahun telah berlalu sejak kejadian itu. Banyak hal terjadi, terutama pada Karina. Setelah orang tuanya memenuhi panggilan kepala sekolah hari itu, Karina resmi dikeluarkan dari sekolah secara tidak hormat saat itu juga, padahal sebentar lagi kenaikan kelas, dan akibatnya Karina terpaksa tidak melanjutkan sekolahnya untuk sementara waktu.

Sejak kejadian itu, keluarganya pun menjadi acuh terhadap dirinya. Menganggapnya tak kasat mata. Karina tak lagi menjadi bagian dari keluarganya. Karina yang sebelumnya ceria, ramah, dan murah senyum, kini menjadi tertutup, pemurung dan penyendiri. Ia tak lagi sama dengan Karina yang dulu. Ia merasa dirinya kotor sejak saat itu.

"Karina, makan dulu yuk," suara sang nenek terdengar dari ruang makan.

Sudah sejak dua minggu lalu Karina tinggal di rumah sang nenek yang berada di Yongsan. Begitu mengetahui keadaan cucunya yang memprihatinkan, ia langsung memerintahkan Karina untuk tinggal bersamanya di sebuah desa di Yongsan, dan jauh dari kota. Karina tak melakukan penolakan, lebih tepatnya, ia tak berkomentar apapun. Toh, menurutnya, hidupnya tak berarti lagi.

Karina keluar dari kamarnya dengan tatapan kosong. Ia duduk dari salah satu dari dua bangku yang ada di ruang makan. Sup tahu dan tauge pedas dengan lauk ikan makarel panggang adalah menu hari ini yang dimasak oleh neneknya.

"Nenek sudah daftarkan kamu ke salah satu sekolah dekat sini." Setelah beberapa waktu keheningan yang terjadi di meja makan, akhirnya nenek angkat bicara. "Kamu bisa masuk sekolah mulai besok."

Karina menghentikan aktivitas makannya dan meletakkan sendok di atas meja. "Aku ga bilang kalau aku mau sekolah lagi." ucapnya dengan nada dingin dan tatapan sinis ke neneknya.

"Iya, nenek paham. Tapi setidaknya kamu harus selesaikan sekolah kamu terlebih dahulu." Sang nenek dengan lembut memberikan penjelasan kepada Karina. "Nenek sudah belikan seragam juga. Sayang sekali kalau seragamnya harus dikembalikan, harganya tidak sama dengan ketika nenek beli baru."

"Buang aja kalau gitu." Karina menyudahi makannya dan bangkit dari kursinya.

Sang nenek hanya dapat menghela nafas saat ia melihat punggung Karina berjalan menjauhinya dan menghilang dibalik pintu kamar miliknya.

Sementara itu di kamar, Karina berbaring menatap langit-langit kamarnya. Ia sudah lupa bagaimana rasanya bersekolah. Ia bahkan sudah tak dapat merasakan segala macam emosi dalam dirinya. Ia menutup diri terhadap apapun yang ada di kehidupannya.

"Karina, baju seragamnya nenek gantung di handle pintu kamarmu ya. Besok pagi-pagi sekali nenek sudah harus ke pasar dan berjualan karena besok ada pesta rakyat di dekat pasar."

Karina tak menjawab, ia memejamkan matanya dan perlahan ia mulai tertidur.

===

Waktu menunjukkan pukul tujuh lewat tiga menit ketika Karina keluar dari kamarnya. Ia melihat seragam sekolah yang neneknya gantung di handle pintu, lengkap dengan catatan alamat sekolah yang dituliskan sang nenek. Karina menghela nafas sebelum akhirnya ia meraih seragam itu dan mengambil sebuah keputusan yang mungkin akan disesalinya kemudian.

Tepat lima menit sebelum pukul delapan atau pukul 07.55, Karina tiba di depan gerbang sekolah yang neneknya maksud. SMA Putri Yongsan. Beberapa kali Karina ragu untuk melangkahkan kakinya. Banyak hal yang ia takutkan. Bagaimana jika siswi di sini mengetahui video tak senonoh miliknya? Bagaimana jika siswi dan guru di sini membencinya? Bagaimana dan masih banyak bagaimana yang berputar di dalam kepalanya.

"Karina Yoo?" seorang wanita berusia kira-kira empat puluhan dengan rambut berwarna abu-abu keperakan dan mengenakan kacamata menghampirinya. "Kamu benar Karina Yoo, cucunya nenek Oh Samyu?" wanita itu berjalan semakin dekat dengannya dan membuat Karina mengambil langkah mundur.

ANTIDOTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang