"Kamu kapan kesini lagi? Nanti mama siapin makanan kesukaan kamu."
Seorang gadis tersenyum manis tatkala sang ibu menanyakan hal itu, padahal saat ini wanita itu bahkan masih menyiapkan beberapa side dish untuk ia bawa.
"Aku janji akan bilang ke mama dari jauh hari sebelum aku pulang, ya." Minjeong memeluk mamanya erat. Hidup terpisah dari orang tuanya sudah ia lakukan sejak ia mulai berkuliah di Universitas Seoul sampai saat ini, dimana ia bekerja sebagai graphic designer dan juga photographer freelance dengan rate per proyek yang lumayan tinggi.
Minjeong mengikat rambut pirangnya asal sebelum berjalan ke dapur dan membantu ibunya mempersiapkan beberapa kotak makanan yang akan ia bawa ke apartemennya.
Sejak lulus SMA━atau lebih tepatnya, sehari setelah ujian akhir selesai━Minjeong telah pindah ke salah satu distrik yang berada tak jauh dari Seoul. Lalu ia melanjutkan kuliah dan mendapatkan beasiswa penuh di Universitas Seoul. Sebelum ia lulus, Minjeong telah lebih dulu bekerja sebagai pekerja lepas yang mendapatkan bayaran per proyek yang ia kerjakan. Uang yang ia dapatkan, sedikit demi sedikit ia kumpulkan untuk membeli sebuah studio apartemen di Seoul.
2 tahun sudah sejak Minjeong tinggal sendiri di apartemen kecil namun nyaman miliknya. Ia memiliki pekerjaan, beberapa teman dan juga aktivitas lain yang seperti midnight walking yang setiap hari ia lakukan. Entah sejak kapan ia memiliki kebiasaan seperti itu, rasanya ketika ia berjalan dimalam hari membuatnya lebih rileks dan membuat segala pikiran yang sedang memenuhi kepalanya perlahan merenggang dan memberi ruang.
"Mama bawain aku makanan banyak gini buat bekal 3 bulan ya?" Ia terkekeh melihat tumpukan kotak berbagai ukuran yang sudah tersusun rapi di atas meja.
"Mama cuma memastikan kalau kamu makan yang benar walaupun tinggal sendiri." Mama mencubit sayang pipi bulat milik Minjeong.
"But there are many takeaway deliveries, Ma."
"I know. Tapi kan kamu ga tau kalau makanan itu bersih atau ga."
Minjeong memilih mengalah. Berdebat dengan mamanya hanya akan membuatnya lelah karena mamanya memiliki seribu alasan untuk membenarkan segala hal yang menurutnya benar.
Setelah berpamitan dengan kedua orangtuanya dan juga kakak laki-lakinya, Minjeong bergegas menaiki taksi yang sudah menunggunya, tentu saja dengan susah payah karena 'bekal' yang harus ia bawa dengan hati-hati. Ia memberikan lambaian terakhir sebelum taksi melaju meninggalkan kediaman keluarga Kim.
===
Setelah kurang lebih dua jam perjalanan, Minjeong tiba di apartemennya. Begitu ia turun, ia melihat dua orang sosok yang sangat familiar berdiri di depan pintu masuk.
"KIM MINJEONG!" Salah satu dari mereka berteriak senang, lalu wajahnya berubah marah tatkala ia melangkah cepat mendekati Minjeong. Membuat pemilik nama itu berhenti dan menarik langkah mundur, tapi terlambat. "LO GA BISA LARI LAGI SEKARANG!" Kini kerah baju Minjeong telah ditarik paksa oleh seseorang yang tak lain adalah Ryujin.
"OUCH!" sebuah pukulan mendarat di kepala Minjeong.
"Rasain!" Yujin tersenyum puas melihat Minjeong kesakitan yang ia tahu dibuat-buat. "Lo utang penjelasan ke kita berdua."
Ryujin dan Yujin kini telah menggandeng kedua tangan Minjeong dengan erat agar ia tak melarikan diri lagi.
"Oke, gue paham alasan lo pergi, tapi setelah hampir enam tahun, lo ga ada sekalipun ngabarin kita?! Bener-bener ya lo!" Ryujin yang tampak masih kesal setelah mendengarkan penjelasan panjang dari Minjeong memilih untuk membuka kulkas dan mencari minuman dingin di apartemen Minjeong.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANTIDOTE
Fiksi PenggemarBagi Karina, hidupnya telah hancur saat 'hal' itu terjadi. Tak ada seorang pun yang mengulurkan tangan padanya, bahkan keluarganya sendiri. Ia menutup diri dan merutuki dirinya sebagai manusia 'kotor' yang tak pantas untuk bahagia. Lalu, seseorang b...