Chapter 9 - Overture

254 31 0
                                    

"Lo udah menjanjikan hal yang sama selama 6 bulan terakhir. Kesabaran manusia seperti gue ada batasnya ya, Anjing!" Laki-laki yang mengenakan kemeja oversized itu berjalan ke arah Karina. Bahkan dari radius 2 meter, Karina dapat mencium bau alkohol yang menguar dari tubuh laki-laki itu.

Ketika laki-laki itu berjarak sekitar 1 meter ke arahnya, Karina mengambil satu langkah ke belakang menjauhinya. Ia tak suka berada di sekitar laki-laki terlebih jika laki-laki tersebut berbau alkohol seperti Jaehyun yang tak lain adalah atasannya bekerja. Jika Jaehyun bukanlah atasan Karina saat ini, ingin rasanya ia menendang selangkangannya saat Jaehyun mendaratkan tangannya ke pundak Karina, yang membuatnya terkesiap dan membatu. Sensasi jijik dan ingin muntah secara alami muncul di dalam diri Karina, tapi sebisa mungkin ia tahan karena ia masih membutuhkan pekerjaan untuk membiayai kehidupannya setelah nenek meninggal.

Sepeninggal nenek, Karina memilih untuk ke Seoul dengan uang simpanan yang nenek berikan kepadanya seminggu sebelum beliau wafat. Uang tersebut somehow bisa diolah Karina dan membuatnya bertahan selama 6 bulan di Seoul sampai ia mendapatkan pekerjaan. Sangat sulit bagi Karina saat itu yang hanya lulusan sekolah menengah atas untuk mendapatkan pekerjaan purna waktu. Ia bahkan pernah bekerja paruh waktu di tiga tempat berbeda – staf minimarket, barista, dan pegawai SPBU.

Ia melakukan tiga pekerjaan dalam 24 jam selama 1 tahun sebelum akhirnya ia bertemu Jaehyun, seorang marketing manager di perusahaan kosmetik yang tak sengaja melihat Karina yang saat itu tengah melayani pelanggan di cafe tempatnya bekerja. Perusahaan kosmetik tempatnya bekerja membutuhkan wajah cantik yang dimiliki Karina. Setelah shift, Jaehyun menemui Karina dan menawarinya pekerjaan sebagai content specialist dengan iming-iming gaji lebih tinggi dibanding dengan ketiga pekerjaan yang saat ini ia lakukan.

Tentu saja Karina menerima tawaran tersebut. Selain ia hanya perlu bekerja di satu bidang saja selama 8 jam dalam 1 hari, ia juga mendapatkan hari libur sebanyak dua kali dalam seminggu, dan juga penawaran gaji dan benefit lain yang ia dapatkan.

Setelah 3 bulan bekerja, barulah Karina menyadari apa yang sedang menunggunya. Perusahaan tempatnya bekerja tak seperti apa yang ia bayangkan, bahkan di minggu awal ia bergabung, tanda-tanda toxic workplace telah ia temui, namun pada saat itu, Karina tak menghiraukannya, ia masih ingat pesan nenek kalau ia harus selalu berprasangka baik kepada orang-orang di sekitarnya. Dan disinilah Karina sekarang, berusaha sebisa mungkin keluar dari perusahaan yang selama 6 bulan terakhir memberinya kesulitan diluar batas nalar. Ia diminta untuk menjadi content creator sekaligus customer success dan ohh jangan lupa, tugas tambahan dari Jaehyun adalah untuk menganalisis pasar dalam bentuk data, menyelesaikan UI/UX design untuk website perusahaan dan juga memberinya 3 desain tiap minggu. Dan kesemua pekerjaan tersebut tidak pernah selesai secara menyeluruh.

Dalam 1 bulan, Karina hanya mampu menyelesaikan pekerjaan sebagai content creator karena sejak awal dia sudah aware dengan pekerjaan yang ia lakukan sebagai content specialist, bedanya, ia juga turut andil sebagai talent di setiap konten yang ia buat, terutama di social media. Karina bisa membuat content calendar selama 1 bulan kedepan untuk bahan promosi dan brand awareness dari produk yang ia jual.

Bagaimana dengan pekerjaan yang lain? Tentu saja tak bisa ia selesaikan, karena pekerjaan-pekerjaan tersebut setidaknya dikerjakan oleh 4 orang yang berpengalaman di bidang masing-masing. Bukan seperti Karina, yang hanya lulusan SMA dan memiliki sertifikat kursus bidang digital marketing. Membuat konten dan desain sederhana di canva masih bisa ia kerjakan, tapi jika terkait data, customer success, apalagi UI/UX ia angkat tangan, bahkan ia sudah membicarakan concern ini ke team lead yang malah tak membelanya dan bahkan membawanya untuk selalu head-to-head seperti ini dengan Jaehyun setiap bulan.

"Saya udah pernah bilang," Karina akhirnya menjawab, setelah membatu selama beberapa saat, "itu adalah pekerjaan 4 orang yang ga mungkin bisa saya kerjakan. Saya bahkan sudah bilang concern saya ini ke Eunbi sebagai team lead saya, tapi anda tetap memaksakan semua itu ke saya." Ungkap Karina dengan nada suara bergetar.

Jujur, ia takut. Tapi ia tak punya siapapun yang akan membela selain dirinya sendiri, ia harus bisa bertahan, setidaknya sampai ia menemukan pekerjaan lain dan pergi dari perusahaan ini.

"No. Gue mau lo yang kerjain untuk content plan dan UI/UX designnya!" Jaehyun memberikan senyum sinis ke Karina. "You do it, or else, ga ada gaji buat lo bulan ini. That's all I have to say. Dismiss!"

Semua orang keluar dari ruangan, kecuali Karina yang masih mematung. Tidak ada gaji untuk bulan ini? Bahkan gajinya dua bulan lalu saja belum dibayarkan, bagaimana ia bertahan jika gaji bulan ini juga harus tertahan. Uang tabungannya hanya cukup untuk bertahan hingga akhir bulan ini. Ia harus membayar sewa kamarnya yang sudah tertunggak selama dua bulan.

Karina menghela nafas, dan menggigit bibir bawahnya. Ia keluar ruangan dan menuju meja kerjanya dengan tak semangat. Harusnya ada beberapa pekerjaan lagi yang perlu ia kerjakan, tapi ia tak semangat. Ia menaruh kepalanya di meja, berusaha menenangkan dirinya.

Tak bisa! Ia kemudian mematikan layar komputer dan mengambil tasnya. Ia berjalan menuju ruangan Jaehyun dan membuka pintunya tanpa mengetuk.

"Kalo gue bisa kasih lo design improvementnya, lo bakal langsung bayar gaji gue selama 3 bulan?"

Jaehyun yang sedang membalas pesan melalui handphonenya, hanya tersenyum merendahkan.

"Sure! Gue langsung bayar begitu lo kasih designnya dalam bentuk figma file. Tapi ada syaratnya."

Nyali Karina seketika ciut mendengar kata syarat dari Jaehyun. "Apa syaratnya?"

"Lo selesaikan dalam waktu dua minggu dari sekarang, kalo ga bisa, lo, gue pecat tanpa pesangon dan gaji."

'Damn!' batin Karina teriak. Sudah kepalang basah. "DEAL!"

BRAK!

Karina menutup pintu dengan kasar dan berjalan keluar kantornya. Ia butuh waktu untuk memikirkan jalan keluar agar manajernya membayar gajinya sebelum ia resign.

Karina tak punya teman selain rekan kerjanya. Ia terlalu introvert untuk berteman dan trauma masa lalu masih terus menghantuinya hingga kini, yang membuat ia enggan untuk akrab dan berteman dengan orang lain. She learned it the hardest way, dan ia tak ingin jatuh ke dalam lubang yang sama, ia tak sebodoh keledai.

Saat Karina sedang berjalan di taman dekat gedung kantornya, matahari sedang condong ke barat, sebentar lagi matahari terbenam, ia masih punya waktu 14 hari untuk mendapatkan gajinya, tapi apa dia bisa membuat design improvement website hanya dalam waktu 14 hari sementara ia tak punya skill apapun dibidang tersebut.

Karina membuang nafas dengan frustasi lalu duduk di salah satu bangku taman yang kosong sambil menghadap ke arah danau buatan yang berada di tengah taman. Ia melihat beberapa keluarga kecil sedang piknik dan anak kecil sedang berlari dan bermain bersama orang tua mereka. Betapa ia iri melihat pemandangan itu. Sudah sekian tahun sejak terakhir kali Karina melihat keluarganya. Ia bahkan sudah tak peduli lagi dengan keluarga yang telah membuangnya, baginya nenek adalah keluarganya satu-satunya.

Ketika ia sedang asyik dengan lamunannya, tiba-tiba ia tersentak dengan sekelebat ide yang muncul. Ia buru-buru mengeluarkan ponsel miliknya dan membuka laman penulusuran dan mengetik kata kunci 'Grup UI/UX Designer'. Setelah menekan enter, ia mendapati lebih dari lima puluh juta hasil pencarian. Ya, dia akan mencari jasa freelancer UI/UX di salah satu dari lima puluh juta hasil dari pencariannya.

'Tapi apa yg lo bisa tawarkan, Karina? Lo bahkan ga punya duit buat bayar fee mereka.'

Benaknya bergejolak. Ada benarnya juga. Sebelum ia mencari pekerja lepas/freelance, ada baiknya ia mencari rate rata-rata untuk pekerjaan yang akan dikerjakan. Jadilah sore hari itu, dimana matahari pelan-pelan tenggelam dan lampu taman mulai menyala, Karina mencari semua kata kunci terkait fee, grup yang relevan mulai dari facebook, telegram, hingga telegram. 2 jam ia berkutat dengan ponsel miliknya, dari baterai ponselnya diangka 60% hingga saat ini tersisa 20%.

Setelah puas dengan hasilnya dan mem-bookmark beberapa website. Ia tersenyum puas dan berdiri. Ia kaget karena hari sudah gelap. Ia memutuskan untuk pulang dan memulai perjalanannya mencari seorang freelance UI/UX designer keesokan harinya.



Author's note: Aku membawa update!! Sejujurnya, aku lupa password akun wattpadku😭. Doakan aku utk bisa istiqomah dalam mengupdate cerita ini yaaa. Kalian juga wajib comment dan share cerita ini ke temen2 kalian yaa💖

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANTIDOTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang