Chapter 3 - Badai

572 77 5
                                    

Tak terasa, hampir 2 tahun Karina berpacaran dengan Jeno, sejak awal kelas 10 hingga sekarang ketika ia berada di kelas 11. Ujian sekolah akan diadakan dalam 2 minggu, dan Karina memutuskan selama 2 minggu ini ia akan fokus untuk belajar dan mengikuti kelas tambahan.

Karina melihat ponsel miliknya dan melihat tak ada notifikasi apapun dari Jeno. sudah hampir satu minggu Jeno tak mengabarinya, bahkan pesan dari Karina pun tak dibaca olehnya. Karina berusaha untuk berpikir positif, mungkin Jeno sedang fokus mempersiapkan diri untuk ujian agar nilainya bagus dan ia bisa melanjutkan kuliah ke salah satu universitas favoritnya yaitu MIT.

Lelah karena belajar dan memikirkan Jeno, akhirnya Karina memutuskan untuk tidur lebih awal walaupun besok adalah hari libur. Setidaknya ia bisa bangun lebih siang.

===

Grup kelas yang biasanya sepi di pada ujung minggu tiba-tiba ramai. Padahal waktu masih menunjukkan pukul delapan pagi. Berawal dari Jongin yang meneruskan pesan berupa unggahan video berdurasi 30 detik ke obrolan grup, sekarang semua menjadi heboh.

Karina yang masih terpejam akhirnya terganggu dengan ribuan pesan yang masuk, yang membuat ponselnya bergetar tiada henti. Tangannya berusaha menjangkau ponsel miliknya yang berada di rak kecil di samping tempat tidurnya. Ia mendengus kesal begitu ia mampu meraih ponsel miliknya.

'999+'

Karina yang tadinya enggan akhirnya membuka pesan tersebut.

'Boleh juga desahan lu @karina'

Karina membuka matanya lebar ketika ia membaca pesan terakhir pada notifikasi layar miliknya. Ia yang tadinya masih mengantuk dan ingin kembali tidur setelah mengaktifkan mode pesawat ponselnya, mengurungkan niatnya.

Karina membuka obrolan grup kelasnya dan menggulir ke atas semua pesannya, ke muara dari semua pesan ini. Begitu ia sampai pada pesan awal itu, Karina tiba-tiba menggigil, tangannya gemetar hebat bahkan sebelum ia sempat memutar video tersebut. Tampilan gambar pada video tersebut menunjukkan jelas itu adalah wajah Karina.

Karina memberanikan diri untuk memutar video tersebut. Mendadak jantungnya terjun bebas karena itu adalah video dirinya sedang bercumbu dengan kekasihnya, Jeno, beberapa bulan lalu, tepatnya pada hari ulang tahun Karina.

Pada saat itu, Jeno membujuk Karina untuk mampir sebentar ke rumahnya, mengambil hadiah untuk Karina yang tertinggal, namun ternyata Jeno mempersiapkan candle light dinner di rumahnya. Ia bahkan meminta salah satu chef dari restoran terkenal di Seoul untuk mempersiapkan makan malam saat itu. Karina tak bisa menolak, dalam hati pun ia senang bukan main dengan hal romantis yang dipersiapkan Jeno untuknya.

Karina mengira, malam itu mereka hanya akan menghabiskan waktu dengan makan malam bersama lalu berbincang sebentar. Namun, semua salah. Setelah makan malam selesai, Jeno membujuk Karina untuk melakukan 'hal' itu. Tentu saja Karina menolaknya. Tapi, bukan Jeno namanya jika ia tak bisa membujuk Karina. Tak butuh waktu lama bagi Jeno untuk membuat Karina berubah pikiran, segala bujuk rayu dan kata manisnya mampu membuat Karina luluh dan mengiyakan ajakannya.

Dengan tersenyum penuh kemenangan, Jeno menuntun Karina ke kamarnya. Ia sudah mempersiapkan semuanya di sana, termasuk kamera tersembunyi yang tidak akan diketahui oleh Karina.

Walaupun durasi video tersebut hanya 30 detik, tapi video tersebut mampu membuat Karina merasakan rollercoaster emosi. Segala pikiran berkecamuk di dalam dirinya saat ini. Ia tak bisa menggambarkan bagaimana emosinya pada saat ini, apakah ia malu, marah, sedih, atau kecewa.

Hal yang dilakukan Karina setelah melihat video tersebut adalah menghubungi Jeno. Ia beberapa kali mengirimkan pesan kepada Jeno, namun pesan tersebut tidak terkirim, hingga ia memutuskan untuk meneleponnya.

"FUCK!" Karina mengumpat begitu mendengar suara operator yang menyahutnya.

Ditengah semua kejadian itu, tiba-tiba ia mendengar derap langkah terburu-buru dari luar, dan beberapa detik kemudian, pintu kamarnya dibuka dengan kasar oleh laki-laki yang tak lain adalah ayahnya dengan wajah murka, lalu di belakangnya ada sang ibu yang juga tak kalah murkanya.

Tanpa aba-aba, sang ayah menarik selimut yang masih menyelimuti Karina, kemudian menarik paksa Karina untuk turun dari tempat tidurnya. Karina merintih ketika tangan sang ayah menarik lengannya secara kasar, hal yang tak pernah dilakukan ayahnya sebelumnya selama 16 tahun.

"DASAR JALANG!" teriak sang ayah murka, lalu tangannya dengan ringan menampar pipi Karina hingga membuatnya tersungkur.

"BISANYA BIKIN AIB KELUARGA!" tambah sang ibu yang emosinya semakin tersulut begitu ia melihat Karina menangis dan merintih kesakitan.

"Kalau sampai ini berpengaruh sama reputasi ayah dan keluarga kita, kamu ayah usir dari rumah!"

Selesai mengatakan hal itu, ayah dan ibunya pergi meninggalkan Karina yang masih dengan posisi terduduk sambil menangis menahan sakit secara fisik dan juga mental. Hanya dalam sekejap, semua hal baik tiba-tiba membelakangi dirinya, bahkan keluarganya sendiri.

ANTIDOTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang