Bab 03

48 13 0
                                    

»»————- ★ - ★ ————-««
HAPPY READING
»»————- ★ - ★ ————-««

Pekerjaan di dapur hampir selesai, Jina mengaduk-aduk sayur yang ia masak. Suasana dingin karena seharian hujan membuat nafsu makannya makin meningkat

Kalau biasannya Jina makan tiga kali dalam sehari. Hari ini hampir lima kali ia makan

Jina menuangkan supnya ke dalam mangkuk berukuran besar, menghirup aroma wangi yang keluar dari kepulan asap masakannya. Beberapa hidangan telah tertata rapi, tinggal menikmatinya saja

Ia sudah menyiapkan dua piring di meja makan. Tak peduli dengan suaminya yang belum datang. Perutnya sudah keroncongan, cacing-cacing di perutnya sudah demo ingin di beri makan

Jina menepuk-nepuk perutnya, sambil bergumam pelan "Sabar, sabar. Sebentar lagi kau akan makan" ia bergumam sendiri dengan cacing di perutnya

Jina menyendokan nasi ke dalam piringnya. Memasukan kuah sup dan tak lupa ayam goreng sebagai pelengkapnya. Ia menggosok tangannya tak sabaran. Baru saja ia ingin menyendokan nasi ke dalam mulutnya, tiba-tiba bel rumah berbunyi

Gadis itu berdecak, ia membanting sendoknya hingga menimbulkan bunyi. Pasti itu Seokjin! Desisnya geram
Kenapa pria itu selalu pulang di saat ia ingin bersantai sih!

Dengan langkah malas, Jina berjalan ke depan hingga sampai pintu ia segera memutar kuncinya. Jina setengah melongo melihat sosok yang ada di depan pintu

"Sia___" belum sempat Jina bertanya, sosok yang Jina anggap menjijikan itu sudah masuk ke dalam sambil memperhatikan isi rumahnya

Jina mengekor dari belakang, melipat tangan di depan dada, ini makhluk dari mana? Penampilannya begitu terbuka, gaun yang dipakai begitu minim dan atasnya? Ya Tuhan!

Jina bergidik melihat pakaian perempuan itu. Terlihat jelas sekali belahan dadanya

"Kemana Seokjin?" Tanya perempuan itu pada Jina

Jina tidak menjawab ,masi sibuk melihat penampilan makhluk yang tengah memunggunginnya

"Ya! Seokjin mana? Cepat panggilkan! Kau pembantu di sini, bukan?" Jina membelalakkan matanya, perempuan ini mengira dirinya pembantu? Yang benar saja!

Jina memutar bola matanya, muak sekali pada tamu tak diundang. Jina berkacak pinggang. Matanya menyala tajam, perempuan tersebut memutar badannya. Kini mereka saling berpandangan

"Benar sekali! Saya pambantu di rumah ini" ucap Jina

"Tuan Seokjin belum pulang Nona, mungkin sebentar lagi" Jina memicingkan bola matanya, memperhatikan perempuan itu yang manggut-manggut

"Nona bisa duduk dulu silahkan, ah ya! Nona ingin minum apa? Teh atau Kopi?" Jina menawari minuman pada sang tamu

"Teh saja, gulanya jangan terlalu banyak, karena manis bisa membuatku gendut"

"Baik Nona kalau begitu saya tinggal ke dapur sebentar. Permisi"

Perempuan yang belum tau asal-usul nya itu duduk di sofa sembari memandang beberapa foto yang terpajang di sana. Tak lama Jina muncul dan membawa secangkir teh

Di letakannya secangkir teh di atas meja

"Silahkan di minum Nona...,?"

"Irene" sahut nya cepat

Jina mengangguk

"Selamat menikmati teh nya Nyonya Irene"

Jina bangkit, tangannya memeluk nampan di depan dada. Ia menutup mulutnya yang hampir mengeluarkan suara tawa yang sedari tadi ia tahan. Ia menoleh menghitung angka dari satu sampai tiga

"Teh dengan sedikit gula itu bisa membuatmu semakin langsing, Nona" gumam Jina sambil menahan tawannya

.
.
.
.












Seokjin datang dan terus berteriak memanggil nama Jina berulang kali. Gadis itu baru saja keluar dari kamar mandi. Mengenakan celana pendek berwarna putih dan kemeja besar yang panjangnya menutupi celana pendek yang ia pakai

Jina menghampiri Seokjin kemudian bertanya
"Ada apa? Ini bukan di hutan. Kenapa kau berteriak?" Seru Jina sambil menggosokan handuk pada rambutnya yang masih basah

Pria itu menelan ludahnya kasar melihat Penampilan Jina, Akh!

Kenapa hanya dengan memakai kemeja longgar dan celana pendek, di tambah rambut yang masi basah membuatnya keliatan seksi!

Jina menepuk bahu pria itu cukup kencang hingga membuat Seokjin berjengkit kaget "Kenapa kau melihatku seperti itu?" Sungut Jina sambil menyampirkan handuknya di wajah Seokjin

"Ya Park Jina!" Seokjin membuang handuk tersebut ke lantai. "Tadi ada seseorang kemari?" Seokjin menaikan satu alisnya tinggi-tinggi

Jina mencoba mengingatnya, ah iya. Perempuan yang mengenakan gaun kurang bahan itu yang di maksud Seokjin

"Iya"

"Kau hampir membunuhnya Jina!" Jina mengerutkan dahi, pasti perempuan itu sudah mengadu yang tidak-tidak pada Seokjin

"Apa yang kau lakukan pada Irene?! Dia itu teman sekaligus rekan bisnisku!" Seokjin bersungut-sungut

Jina menghela nafas, berlebihan sekali Irene! Jina tidak mencampurkan apapun pada minumannya, tak ada racun yang bisa menyebabkan ia kehilangan nyawa untuk selamanya. Jina hanya memasukan obat pencuci perut, itu saja

"Tidak usah berlebihan, aku hanya membantunya agar semakin seksi!" Jina memasang raut wajah menyebalkan

Seokjin mendekat pada Jina yang ingin meninggalkannya. Tapi buru-buru Seokjin menarik tangan Jina hingga menabrak badannya

Aroma khas apel tercium begitu tajam melewati indera penciuman Seokjin. Rambutnya yang basah meneteskan sisa-sisa air yang menyebarkan aroma begitu wangi.

Seokjin bisa menghirup wangi dari tubuh istrinya. Kenapa ia baru sadar kalau gadis itu beraroma apel? Begitu wangi dan membuat hidungnya betah untuk terus menghirupnya

Jina menginjak kaki Seokjin kencang hingga tangannya terlepas dari genggaman tangan Seokjin

"Dasar! Kau suka mencari kesempatan dalam kesempitan!"

"Kau___" satu jari Seokjin menunjuk wajah istrinya

"Dasar tukang selingkuh!"

Seokjin mendelik. Kenapa dari kemarin istrinya selalu menyebutnya selingkuh

"Ya! Apa maksud mu?! Siapa yang kau sebut tukang selingkuh!"

"Kau!" Jina memajukan badanya. Seokjin malah berjalan mundur dengan gugup

Seokjin mengacak rambutnya frustasi "KAU AKU HUKUM JINA! TIDUR DI LUAR DAN JANGAN MASUK KE KAMAR!"

Jina bergidik mendengar pria itu berteriak kencang di depannya. Bukan bergidik karena suaranya yang begitu besar dan keras. Tapi Jina paling takut kalau tidur di luar kamar dan sendirian

Jina memasang tampang malas, Seokjin membuang muka tanpa minat lantas masuk ke kamar dan tak lupa membanting pintu

BRAK

Jina menutup telingannya, Seokjin boleh menghukumnya apa saja. Tapi jangan menghukumnya dengan menyuruh Jina tidur di luar kamar. Jina takut, ia takut akan kegelapan dan kesepian




























Tbc

Protective Wings ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang