Bab 04

51 12 0
                                    

»»————- ★ - ★ ————-««
HAPPY READING
»»————- ★ - ★ ————-««

Jina menggigit ujung kukunya dengan gelisa, apa Seokjin benar-benar akan menyuruhnya tidur di luar?

Jina duduk di sofa ia ingin masuk ke dalam kamar tetapi, itu hanya percuma karena pintu kamar sudah di kunci rapat oleh Seokjin. Rasanya Jina ingin menangis. Ia takut sendirian tanpa teman dan gelap

Jina bangkit dari sofa dan berjalan mendekati pintu kamar, menarik handle pintu berharap bisa dibuka. Sial! Jina mengumpat! Ternyata pintunya masih dikunci, pasti Seokjin sudah tidur nyenyak di dalam sana

Jina menghela nafas, baiklah! Kali ini ia harus bisa mengambil hati Seokjin sampai pria itu akan menyuruhnya tidur di dalam kamar

"Seokjin buka pintunya! Aku mohon! Aku takut tidur di luar____ Seokjin?!" Katanya memelas

"Aku mohon buka pintunya, aku takut tidur diluar sendirian____ kau tau bagaimana aku takutnya dengan gelap?" Jina hendak mengetuk pintu lagi, tapi pintu kamar terbuka memunculkan wajah Seokjin

"Seokjinaa__"

"Aku lupa memberimu bantal!"

Jina kira Seokjin membuka pintu untuk menyuruhnya tidur di dalam. Tapi ternyata, pria itu malah melemparinya dengan bantal

Seokjin kembali menutup pintu kamar, Jina nyaris menangis. Ia memang terkenal sebagai pengacau dan bertingkah aneh-aneh. Tapi tanpa kalian tahu, Jina sangat takut akan gelap sendirian

Sendirian seperti membuatnya ingin menangis. Sendirian itu sangat menakutkan, di tambah lagi Seokjin mematikan saklar lampunya. Seokjin benar-benar menyiksanya

Melangkah pelan sambil memeluk bantal, Jina kembali ke sofa. Jina membenamkan kepalanya di atas bantal, berusaha memejamkan matanya walaupun ada perasaan takut
.
.

Di dalam kamar Seokjin tengah gelisa. Ia memikirkan bagaimana Jina di luar sana. Apa gadis itu bisa tidur dengan nyenyak? Seokjin tahu ketakutan Jina pada gelap dan sendirian

Pernah suatu hari Seokjin tanpa sengaja mematikan lampu saat mereka akan tidur, Jina sangat ketakutan dan hampir menangis. Dari sana Seokjin akhirnya mengetahui kalau gadis yang berstatuskan sebagai istri sah-nya itu takut dengan gelap

Seokjin membuka pintu kamarnya Rumahnya gelap gulita, ia memang sengaja mematikan lampu dari saklarnya. Ini semua untuk menghukum Jina agar tak melakukan kesalahannya lagi

Seokjin hanya ingin Jina berubah menjadi lebih baik lagi. Tadi sewaktu ia hendak pulang dari kantor Seokjin mendapat telepon dari Irene. Gadis itu memberitahukannya bahwa seharian ini ia masuk keluar kamar mandi berulangkali hingga badannya lemas

Bukan itu saja, karena terlalu banyak kekurangan cairan, Irene harus di larikan ke rumah sakit. Terkadang apa yang di lakukan Jina terkesan lucu, tapi kali ini gadis itu sudah keterlaluan!

Seokjin menghidupkan lampu terlebih dahulu. Lantas setelah menghidupkan lampu, pria itu bergegas menuju ruang tamu. Jina tidur tak begitu tentram. Matanya memang terpejam, tapi keringat membasahi keningnya

Seokjin membungkukan badan, menatap wajah Jina yang basah oleh keringat

"Seokjin kau boleh menghukumku apa saja! Tapi aku mohon jangan kau menghukumku dengan menyuruhku tidur di luar dengan keadaan gelap aku takut! takut!"

Jina mengigau, perasaan bersalah terselip di hatinya. Apa ia sudah keterlaluan menghukum istrinya?

"Aku takut akan gelap, gelap membuatku kehilangan apa yang aku punya. Aku takut!"

Seokjin melihat ujung mata Jina meneteskan cairan bening. Matanya tertutup rapat tapi cairan bening itu mengalir

Seokjin semakin merasa bersalah. Di singkapnya selimut Jina, memperlihatkan paha Jina yang putih mulus. Seokjin mengelus dadanya sambil bergumam kecil. Sebagai pria dewasa wajar saja jika ia tergoda oleh pemandangan seperti di depannya saat ini

Jina gadis cantik, kulitnya yang begitu putih dan badannya___ Seokjin membuyarkan lamunannya. Di tatapnya Jina yang semakin terisak dalam tidurnya. Ia menggendong Jina hingga masuk ke dalam kamar

Membaringkan tubuh gadis itu di atas ranjang. Seokjin menghapus keringat yang membasahi kening Jina. Entah dorongan apa yang membuatnya mengecup kening Jina. Gadis itu masih mengigau, tapi tidak seperti tadi bahkan kali ini terlihat begitu tenang

"Tidurlah yang nyenyak, maafkan aku" bisik Seokjin memandang wajah istrinya

.
.
.
.


Jina menggeliat matanya silau saat cahaya matahari menerobos lewat cela jendela. Tangannya menepuk di sebelahnya mengganti posisi dari tiduran menjadi duduk bersandar di kepala ranjang

Ia melongo sesaat, bukannya tadi malam ia tidur di luar? Kenapa setelah bangun ia berada di kamar?

Dengan segera ia beranjak dari tempat tidur, mengecek jam di nakas, sudah jam delapan pagi! Itu artinya ia kesiangan!

Gadis itu menggulung rambutnya asal-asalan, memperlihatkan lehernya yang jenjang dan putih mulus. Pasti Seokjin mengomel karena ia tak menyiapkan sarapan pagi ini. Ia harus siap-siap menutup telingannya rapat saat pria itu berteriak nanti

Jina mengerjapkan matanya. Seokjin, pria itu masi ada di rumah? Bukannya ia harus berangkat ke kantor?. Jina mendekati meja makan, matanya memperhatikan Seokjin yang sibuk membaca koran sambil di temani secangkir kopi dan roti selai cokelat

Jina duduk di depan Seokjin, berhadapan dengan pria itu. Tanpa sungkan, Jina meraih roti Seokjin dan melahapnya

"Ya! siapa yang menyuruhmu memakannya?!"

Jina hampir tersedak roti yang ia makan. Seokjin melipat koran lalu meletakannya di atas meja

"Ah, jadi ini milikmu?" Jina menunjuk mulutnya yang penuh makanan

Seokjin berdehem, kenapa sikap Jina selalu menyebalkan seperti ini? Tahu begitu ia biarkan saja gadis itu tidur sendirian tadi malam

"Kau tidak pergi ke kantor?" Tanya Jina

Seokjin hanya menjawab dengan gelengan kepala. Seokjin? Kenapa pria itu selalu dingin padanya! Terkadang Jina berpikir, kenapa dulu pria itu ngotot menikahinya kalau ujung-ujungnya hanya menjadikan dirinya sebagai pembantu?

Jina memang tipikal orang yang tak mau tahu dan masa bodoh. Tapi untuk soal ini selalu membuatnya bertanya. Apa yang di inginkan dari pria yang bernama Kim Seokjin itu

"Seokjin" panggil Jina yang melihat Seokjin ingin meninggalkan meja makan

Pria itu memandang datar, Jina menggaruk pelipisnya "Seingatku tadi malam aku tidur di luar kamar, tapi setelah bangun tadi__Kenapa aku sudah berada di dalam kamar. Apa kau yang memindahkanku?"

Kalau ia bilang yang sebenarnya pasti Jina akan besar kepala. Untuk mengurangi rasa gugup nya Seokjin berdehem pelan, lantas berseru, "Kau masuk sendiri ke dalam kamar!"

Jina tak percaya, mana bisa ia masuk ke dalam kamar sendirian? Seingatnya, pintu kamar di kunci oleh Seokjin jadi bagaimana ia bisa masuk ke dalam kamar

"Tapi___"

"Kemasi barangmu! Sore ini kita berangkat ke Vila keluarga besarku" Seokjin menyela cepat

Jina mengerjapkan matanya lucu, dilihatnya Seokjin sudah meninggalkan meja makan "Dasar pria gila!"


















Tbc

Protective Wings ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang