Happy reading!!!
Jongin selalu tersenyum saat mengetahui itu semua hanya mimpi, Kyungsoo nya masih hidup, Jongin bersyukur semuanya kembali normal terkecuali Kyungsoo nya masih terlihat marah. Tapi tak apa, asal Kyungsoo masih di sekitarnya dia senang.Kyungsoo yang sedang merawat Jongin merasa jengah, bagaimana tidak? Jongin terus saja tersenyum sangat lebar, apa pipinya itu tidak ngilu? ? Kyungsoo yang membayangkannya saja rasanya bergidik ngeri.
"Jangan terus tersenyum, apa kau tak merasakan sakit di area pipimu itu? Aku hanya takut mulutmu robek."
Jongin menggeleng "aku bisa tersenyum sepanjang hari walaupun mulutku robek sekalipun, karena aku sangat senang bidadariku kembali. "
"Owh cheesy sekali" Kyungsoo menatap Jongin tajam "kenapa kau tidak tertidur sekalian saja, selamanya pun tak apa. "
Jongin mendengus "bagaimana jika aku tertidur selamanya? Aku tau kau akan menangis karena bagaimanapun juga" Jongin menunjuk dada Kyungsoo "aku tetap dalam hatimu, hanya saja saat ini kau sedang marah padaku. Sungguh Kyung, aku minta maaf atas kesalahanku, aku tau memaafkan kesalahanku sangat berat bagimu, karna kau sangat membenci sebuah penghianatan. " Jongin menatap Kyungsoo yang masih diam mendengarkan ucapannya, Jongin mengambil kedua tangan Kyungsoo untuk digenggamnya "tapi tolong, jangan pergi dari sisiku, kau bisa marah tapi tidak untuk pergi dari ku, biarkan aku menebus kesalahanku Kyung kumohon. "
"Tapi Jong-"
Jongin memotong ucapan Kyungsoo"Kumohon Kyung, hiks aku mohon tetaplah berada di sisiku. " Jongin terisak, kata 'tapi' bagi Jongin adalah sebuah bencana yaitu penolakan, sebelum melanjutkan ucapannya Jongin harus terus memohon sampai Kyungsoo mau kembali ke pelukannya.
Plak!!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Jongin, siapa lagi pelakunya kalau bukan si Kyungsoo. Kyungsoo hanya tak tahan melihat tingkah Jongin yang menjadi cengeng seperti itu dia merasa geli melihat tingkah suaminya.
"Kyung kenapa kau malah menamparku, ini sakit. "
Kyungsoo memutar matanya, kenapa suaminya berubah menjadi dramatis seperti ini, jengah sekali rasanya.
"Dengarkan aku, aku mengatakan 'tapi' bukan berarti sebuah penolakan, kenapa kau bodoh sekali? Maksudku mengatakan 'tapi' karena aku tak mau tinggal di Seoul selama kehamilan ku, aku membutuhkan tempat yang tenang nyaman dan indah. Aku ingin tinggal di Namhae-gun, maksudku selama ini aku tinggal di sana, dan aku betah di sana. Kau mau kan? "
Jongin hanya diam saja, pikirannya teringat akan testpack yang ia temui di atas nakas. Mengingat itu, jongin kembali tersenyum, tangannya terulur ke arah perut kyungsoo yang sudah terlihat menonjol walaupun tidak begitu besar.
"Apakah dia nakal Kyung? Jika iya katakan padaku, aku akan memarahinya. " Ucapnya sambil terus mengelus perut yang menonjol itu.
Kyungsoo tersenyum hangat, untuk pertama kalinya perutnya di pegang oleh suaminya.
"Tidak, dia tidak nakal hanya saja sepertinya dia merindukan ayahnya. "
Jongin tersenyum lebar, dia mencium perut itu lalu kembali tersenyum. Kebahagiaannya kini bertambah dua kali lipat, suami kecilnya kembali dan menyentuh perut yang mana anaknya berada di perut itu.
"Besok kita akan ke tempat yang kau maksud, untuk masalah kantor aku akan titipkan pada papa. "
Kyung-soo hanya mengangguk sambil menikmati elusan pada perutnya, sebenarnya semasa dia mengidam, mengidam dia hanya butuh elusan dari suaminya tapi karena kondisi rumah tangga mereka, jadi Kyung-soo putuskan untuk menggunakan kemeja Jong-in yang terlihat kebesaran di tubuhnya, masalah kemeja itu dia dapat dari mana? Kyung-soo meminta bantuan mami Heechul untuk mengambil salah satu kemeja suaminya, dan itu memang rencana yang baik karena rasa rindunya berkurang karena kemeja suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and betrayal [End]
RomansaKisah kehidupan seorang Kim jongin yang mencintai lelaki manis yang sederhana