11

45 2 0
                                    

Saat itu, Jennie dan Taehyung masih berumur 4 tahun.

Namjoon menatap kosong kedua anaknya yang duduk diam berjejeran sambil mengenggam tangan satu sama lain. baju hitam yang mereka kenakan sudah lusuh, pita putih di rambut Jennie sudah merosot kebawah dan lengan jas Taehyung juga sudah kotor karna ingusnya.

Mereka berdua nampaknya sudah lelah menangis, rasa kantuk mulai menyerbu dua bocah itu dikala para tamu masih tetap berdatangan untuk memberikan salam terakhir pada Nyonya Kim -ibu mereka.

Taehyung, walaupun masih sedikit sesenggukan, sebagai kakak dia dengan telaten menjaga adiknya. ia menyenderkan kepala Jennie dipangkuannya, lalu ikut tertidur sambil bersandar tembok.

Namjoon meringis menatap anak-anaknya, ia bahkan tidak yakin apakah mampu membesarkan putra putrinya sendirian.

Apakah ia bisa menjadi Ayah yang sempurna untuk Jennie dan Taehyung kelak?

Tapi, dengan bantuan Kakaknya, -Kim Seokjin. Namjoon bisa menepis semua keresahannya tiga belas tahun yang lalu.

Namjoon berhasil membersarkan kedua anaknya itu dengan baik, mereka tumbuh dengan sehat dan rupawan. walau yaa, sifatnya masih sangat kekanan-kanakan.

Terlebih lagi Jennie.

Namjoon sampai harus menyetok obat pusing karna melihat tingkah putrinya yang semakin besar semakin nakal itu.

Dan sekarang putri satu satunya itu kini sudah menghadap dirinya di ruang kerja. dengan berbekal ditemani Taehyung, Jennie hanya menunduk siap menerima hukuman atas perbuatannya di sekolah tadi.

"Sekarang jelaskan Ayah, kenapa kamu memukul teman sekolahmu hingga wajah mereka lebam"

Jennie terdiam sambil memainkan ujung piyama tidurnya. ia tidak berani menjawab karna alasannya sangat amat sepele.

"Tidak bisa menjelaskan?"

Jennie terdiam. bahkan untuk menggeleng saja dia tidak sanggup, apalagi untuk menjawab pertanyaan Ayahnya.

"Kalau begitu biar Ayah bantu agar kamu bisa menjelaskan"

Namjoon berbalik, mencari sesuatu di laci belakang.

"Taruh tanganmu diatas meja sekarang" perintah Namjoon sambil menunjuk meja kerjanya sendiri.

Jennie melirik kearah kakaknya beberapa kali. ia clueless, tidak tahu apa yang akan ayahnya lakukan untuk menghukumnya kali ini. apakah ia akan dipukul? dicambuk? atau malah langsung diusir dari mansion mereka yang mewah ini?

Dengan ragu Jennie menurut. ia meletakan kedua tangannya diatas meja kerja Ayahnya. sesekali ia menatap Taehyung yang hanya mengangguk, meyakinkan adiknya untuk tetap menurut pada perintah sang Ayah.

awalnya Jennie berfikir ia akan mendapat pukulan kecil. namun ternyata apa yang di keluarkan dari laci Ayahnya membuatnya langsung terbelalak takut.

Ayahnya mengeluarkan penggaris besi besar sambil menatap Jennie dengan tajam.

"Masih belum bisa menjelaskan?"

Jennie mematung, matanya sudah berlinang air mata.

"Jen.." ucap Taehyung pelan. menyuruhnya untuk segera membuka suara. tapi Jennie masih diam saja.

Gemas dengan tingkah adiknya, akhirnya Taehyung yang membuka suara.

"Ayah, ini salah Taehyung karna tidak menjaga Jennie dengan benar"

"Berhenti membela adikmu, Taehyung. kalau semua orang berusaha menutupi kesalahannya, mau jadi apa dia dimasa depan?"

Tapi sebelum benda dingin itu berhasil mengenai tangan Jennie, Taehyung lebih dulu menutupi tangan Jennie dengan kedua tangannya sendiri.

UMBRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang