8

31 3 0
                                    

Jennie tidak percaya dengan apa yang sudah dilihatnya sekarang.

Yoongi, kakak sepupu kesayangannya malah terlihat akrab sekali dengan Jungkook.

JEON JUNGKOOK?!!

HEI!! Jennie tadi kan meminta tolong Yoongi untuk menakut nakuti bocah itu dengan tatapan mematikan dan kata-kata kasarnya. Kenapa sekarang malah—

Akkhhh Jennie memijat keningnya sendiri, Pusing.  Ditambah lagi perutnya terasa keram sejak tadi pagi. Jennie merasa sedang tidak enak badan sekarang. Tapi dia harus tetap berdiri diantara kerumunan yang tidak dikenalnya sambil tersenyum ramah. —demi Ayahnya.

"Hei cantik.."

"Kau telat?"

Jimin memamerkan gaya rambut barunya "bagaimana? Tampan kan?"

Jennie mengangguk terpaksa, menatap Jimin dari atas sampai bawah sekali lagi. Ah.. setelan kuno itu lagi. Apa CEO Kim Namjoon tidak menggaji paman Park dengan benar? Harusnya Jimin bisa memakai suit keluaran terbaru Prada dengan kekayaan sekretaris KNJ Corp.

Ah, Benar... Jimin tidak tahu fashion, itu masalahnya. Jennie mengangguk memaklumi. Dia menarik sahabatnya itu menuju tempat sepi.

"Aku butuh nama Ayah dan alamat bocah tengil itu"

"Rencana ke lima?"

Jennie mengangguk. Ia yakin misi ke lima ini akan berhasil. —dengan harapan Ayah biologis Jungkook masih menyukai Bibi Hyejin dan menginginkan kelurganya utuh kembali. selesai.

"Aku akan memikirkan caranya. Tapi, dimana Taehyung?"

Jennie berdengus kecil "biasa.."

Jennie menunjuk ke arah kerumunan kecil para kolega yang sudah datang. Disana, Ayahnya —seperti biasa, memamerkan Taehyung sebagai penerusnya dan membanggakan putra satu-satunya itu karna menjadi siswa nomor satu di sekolah.

"Woah.. Paman Kim sangat menyayangi putra mahkotanya"

Jennie mengangguk. Diam-diam dia merasa iri. Tapi mau bagaimana lagi? Taehyung memang patut untuk dibanggakan. Dia anak yang cerdas, berprestasi. Bahkan tidak lama ini ada satu surat undangan Universitas yang datang kerumah, undangan itu ditujukan untuk Taehyung karna telah berhasil menjadi pemenang karya tulis ilmiah bidang sains.

"Lihat" Jimin menunjuk seorang wanita dengan anggun mendekati Kim Namjoon. itu bibi Hyejin, ia mengenakan dress merah gelap dengan rambut terurai di bahu kanan, polesan make up tipisnya membuatnya terlihat anggun. Jennie akui, wanita itu sangat menawan.

"Jangan bilang Ayahmu akan mempublikasikan hubungannya"

Jennie meremas jari-jarinya tidak nyaman. Perutnya terasa semakin sakit. dia belum pernah merasa sekesal ini sampai sakit perut.

"Jimin, Aku harus segera menyikirkan wanita itu" ucapnya penuh dengan penekanan.

Jennie tidak akan pernah rela, kalau Ayahnya menikah untuk kedua kalinya.

.

.

.

.

.

"Jen, kau baik-baik saja?"

Jennie menggeleng. Ia mengkerut di dalam selimutnya. Perutnya sangat sakit dan pinggangnya pegal-pegal sejak semalam. bahkan dia melewati acara intinya karna tidak tahan hingga rasanya mau pingsan. Jennie belum pernah merasa sesakit ini di sekujur tubuhnya.

"Sudah pukul tujuh. Cepat bangun sebelum Ayah marah"

Jennie mengkerut. dia menaikan selimutnya sambil merintih kecil. "Aku tidak mau berangkat sekolah"

UMBRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang