usaha abi.

16 6 0
                                    


🌸

Abi mengetuk jari-jarinya berulang kali di meja, seperti seseorang yang sedang menunggu sesuatu dengan tidak sabar. Matanya bolak balik menatap ke arah pintu, seakan akan pintu adalah hal yang sangat menarik baginya saat ini—padahal itu hanya sebuah pintu yang tidak akan berubah bentuk jika dilihat terus menerus.

"Nungguin apa sih? Berisik amat jari lu," tanya salah seorang teman Abi yang sedang merapikan lembar kertas di atas meja, yang duduk sedikit berjarak di sebelah kirinya. Si teman ini adalah seorang perempuan dan diketahui bernama Wendy, ia adalah salah satu teman Abi yang cukup dekat di kampus sekaligus sekretaris himpunan.

"Kepo ih, Wendy!" seru Abi dengan bercanda.

"Pelit ih, Abi!" balas Wendy.

Abi hanya tertawa saja.

"Gue mau ke kantin, mau ikut? Atau ada yang mau dititip gitu?" tanya Wendy disaat ia sudah selesai menyusun barang-barangnya.

Abi menggeleng. "Gue mau nungguin Zaki dulu, ada urusan. Urusan lelaki," ia sedikit berbisik saat mengatakan dua kata terakhir.

"Dih banyak gaya lu!" cibir Wendy. "Yaudah, gue duluan," pamitnya, lalu keluar dari ruang himpunan meninggalkan Abi sendiri.

Sebagai jawaban, Abi hanya mengangkat tangannya sejenak ke arah Wendy yang berjalan ke luar ruangan tanpa melihat kepadanya. Kini Abi kembali menunggu Zaki, seperti yang ia katakan kepada Wendy. Tidak hanya jarinya saja yang menunggu dengan gelisah, kini kakinya pun ikut bergoyang. Ia terlihat sudah sangat tidak sabar menunggu kedatangan Zaki. Entah urusan lelaki apa yang membuatnya menunggu Zaki hingga gelisah seperti itu.

Pintu ruangan terbuka, Abi nampak bersemangat awalnya. Namun begitu melihat siapa yang masuk, ia menghela nafasnya dan terkulai di kursinya.

"Dih kenapa lo? Lemes gitu," tanya seseorang yang masuk ke ruangan, ternyata bukan orang yang ditunggu Abi.

"Gue pikir Zaki yang datang, gak taunya lu, Jay," jawab Abi tidak bersemangat.

Jay duduk di salah satu kursi. "Zaki lagi makan di kantin tadi gue liat."

Mata Abi melebar mengetahui seseorang yang ditunggunya dengan gelisah, justru lagi asyik makan di kantin. "Serius lo?"

"Iye. Tapi udah beberapa menit yang lalu sih. Ada apa emangnya?" tanya Jay yang jadi penasaran melihat tingkah Abi.

"Gue harus susulin tu anak. Gue nungguin di sini, dia malah asik makan," tidak menjawab pertanyaan Jay, Abi bangkit dari duduknya dengan kesal. Saat ia baru saja hampir menyentuh kenop pintu, pintu terbuka dan menampilkan seseorang yang sudah ditunggunya dari tadi. Hampir saja wajah tampannya terkena pintu.

"Hello everybody!" seru Zaki.

"Everybody gundulmu!" Abi yang berada tepat di depan Zaki langsung menoyor kepalanya, membuat Jay tertawa.

Zaki meringis. "Apa sih? Baru datang gue langsung ditoyor," protesnya tidak terima.

"Gue daritadi nungguin lo di sini dengan gelisah, tapi gak taunya lo dengan santai makan di kantin. Dimana o lo ha?!" omel Abi.

"O? Apaan Jay?" Zaki bertanya kepada Jay.

"OTAK GOBLOK!" jawab Jay yang masih sedikit tertawa.

"OTAK GUE DI DALAM KEPALALAH!" Zaki menjawab omelan Abi dengan suara yang meninggi.

"Gak di dengkul, Ki?" Jay bertanya asal.

"Kayaknya sih," Zaki malah cengengesan, tidak mempedulikan Abi yang sedang kesal kepadanya. Jay lagi lagi tertawa.

just ME and HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang