dipeluk lagi.

6 2 0
                                    


🌸

Keadaan warung mpok Nini seketika berubah ricuh karena satu persatu sahabat Abi muncul. Apalagi saat Zaki yang muncul, mulutnya tidak bisa kalau tidak bersuara, ada saja bahan ocehan yang keluar dari mulutnya. Mereka masing-masing mengambil gorengan dan duduk bersama Abi.

"Jadi, Bi, gimana ceritanya?" tentu saja Zaki yang pertama bertanya dengan heboh.

"Emang gue ada bilang mau cerita?" Abi terlihat santai dan tanpa dosa. Namun detik berikutnya ia tersentak kaget dan meringis karena kepalanya dipukul dari belakang, ia langsung menatap sinis kepada si pelaku.

Pelaku pemukulan adalah Jay, yang memang sering melakukan hal tersebut. "Tenang kalian semua, sudah aku pukul dia. Bilang apa samaku?"

"Makasih bang Jayak!" Zaki mengacungkan kedua jempolnya kepada Jay.

"Bi, gue liat lo makin lama makin-makin ya," Wira mulai bersuara.

"Makin apa, Wir?" tanya Sian.

"Makin gak ada otak," jawab Wira dengan perasaan kesal yang tertahan.

"Dih, kok lo tau otak gue gak ada?" Abi tidak terima.

"Soalnya makin lama lo makin ngeselin monyet!" Wira menjawab masih dengan emosi yang tertahan.

"Berarti kalian sama dong," Abi terlihat santai lagi sambil menikmati gorengan ketiganya.

"Sama apanya?" Sian yang bertanya lagi.

"Sama-sama monyet, karena kalian mau temenan sama monyet, kan satu spesies," jawab Abi seakan-akan tidak peduli jawabannya itu akan membuat keempat sahabatnya kesal.

Sementara keempat sahabatnya sudah menatapnya takjub, sekaligus kesal. Tapi sepertinya lebih banyak rasa kesalnya daripada takjub. Karena saat ini raut wajah mereka menunjukkan ingin sekali memukul kepala Abi lagi, sekaligus memeriksa apa otak Abi memang sudah tidak ada pada tempatnya.

"Buset dah, Bi! Otak lu kayaknya beneran udah gak ada ya?" protes Zaki.

"Lo kalo lagi jatuh cinta emang jadi ngeselin gini ya?" lanjut Jay.

Abi tertawa. "Canda elah, serius amat lu pada, kayak lagi nunggu sidang keputusan."

"Wah emang udah gak bener ni si Sabian!" kali ini Wira yang melayangkan protes.

"Kahim lagi jatuh cinta kok jadi begini ya?" Sian menambahkan.

Abi semakin tertawa. "Sesekali gue yang buat kesel kalian, jangan kalian aja yang bisanya buat gue kesel."

"Kahim ini memang beda ya, sekalinya bertindak langsung menargetkan 4 orang. Sedangkan kita selalu menargetkan dia sendiri," ujar Sian.

"Karma itu nyata adanya," lanjut Zaki.

Lagi-lagi Abi tertawa melihat keempat sahabatnya yang masih tidak terima dibuat kesal olehnya. "Ngerasain kan gimana jadi gue?"

"Memang cara orang pintar itu beda ya," celetuk mpok Nini, membuat kelima kepala di sana menoleh kepadanya.

"Mpok nguping ya?" tuduh Zaki.

"Namanya gue punya kuping. Lagian suara lu pade kencang amat dah, gimana gue gak denger," jawab mpok Nini.

"Iye mpok iye!"

"Jadi, Bi, sebenarnya lo mau cerita apa gak ni? Kalo gak jadi, gue mau mengundurkan diri aja," tanya Sian yang sudah kembali normal lagi.

"Dari sini?" tanya Zaki.

"Jadi sahabat lo!"

"Dih, kok gue?" Zaki tidak terima dan sudah bisa tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Karena jika bukan Jay yang menjadi lawannya, Sian adalah lawan keduanya. Jika sudah seperti itu Jay akan menjadi tim tawa saja.

just ME and HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang