BAB 2. Hujan yang menemani

1.5K 85 22
                                    

Clarissa memejamkan mata menikmati rintikan suara hujan yang berjatuhan di atas atap kaca kamarnya dengan diikuti suara gemuruh petir yang membuat suasana kamarnya terasa menenangkan.

Dirinya begitu menyukai hujan, suaranya, rintikan airnya juga bau tanah setelah hujan. Matanya terbuka, memperhatikan air hujan yang berjatuhan dan merembes turun dari kaca.

Karena bertambah dingin, untuk menghangatkan diri di dalam rumah, Clarissa membakar kayu di perapian dengan asap yang keluar melalui cerobong.

Sudah dua hari setelah kejadian dirinya baru terbangun di rumah Eyang Sarah, dua hari itu pula dirinya selalu menunggu Bundanya datang.

Kata Ayah, Bunda dan Kak Raka akan menyusul setelah Kak Raka pulang dari perkemahan namun sampai hari ini kedua orang yang ditunggunya tidak datang-datang.

Clarissa menghela napas berat, tante Rista juga dua hari ini selalu datang ke rumah, Eyang selalu menyuruhnya untuk bersikap baik, tanpa diberitahu pun Clarissa mengerti bagaimana harus bersikap meskipun dirinya merasa risih di dekati terus menerus.

Tok! Tok!!

Clarissa langsung berdiri begitu pintu kamar diketuk kencang, sebelum Eyangnya marah ia harus segera membuka pintunya.

"Anak sialan!"

Clarissa memejamkan mata begitu Eyang Sarah berteriak tiba-tiba dan memakinya tepat di depan wajahnya.

"Kamu makan brownies di atas meja hah?!"

"I-iya Eyang..."

"Kenapa kamu makan sialan?! Ini buat Rista bukan buat kamu!"

"Clarissa lapar Eyang... nggak ada makanan di meja j-jadi Rissa makan browniesnya.." cicitnya.

"Lalu dimana semangkanya?! Kamu makan?!"

Clarissa mengangguk pelan.

Sarah menarik dagu Clarissa paksa untuk menghadapnya, Clarissa meringis kesakitan. "KAMU YA... SAYA NGGAK MAU TAU PETIKKAN KEMBALI SEMANGKA DI KEBUN BELAKANG SEKARANGGG JUGA!!"

"T-tapi huj-"

"SAYA NGGAK PEDULI, SEKARANG KE KEBUN BELAKANG!"

"I-iya.."

Clarissa langsung menuruni tangga kemudian ke arah dapur untuk mengambil payung. Clarissa melewati pintu belakang dan keluar menuju kebun.

Sepertinya menggunakan payung pun percuma karena hujan lebat hingga dirinya pun tetap basah karena hujan lebat disertai hembusan angin. Begitu dingin. Clarissa mendekati pohon buah semangka, dia melihat dengan teliti namun semuanya hanya tersisa semangka kecil-kecil, belum bisa di makan.

Clarissa kembali memasuki rumah dengan kaos yang sudah terlihat basah, kakinya melangkah mendekati Eyang Sarah yang sedang duduk di kursi ruang makan dengan mata yang terus menatap buku resep yang berada di tangannya.

"Eyang..."

"Apa?"

"Semangkanya masih kecil-kecil."

DARK: Secret Fate (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang