PD-Ketiga

238 5 3
                                    

~Jujur, jauh hari aku menunggu kedatangan  hari ini. Tapi saat hari yang ku nanti telah tiba, aku harap hari ini tidak akan pernah datang dan terulang lagi. Yang jelas satu yang bisa ku petik dari hari ini, jangan pernah berharap lebih pada manusia~

Setelah berkutat di rumah sakit, Reza kembali kerumahnya. Suasana rumah seperti biasa, sepi tak ada suara. Reza mengunci pintu rumah dari dalam, dan menatap pintu kamar Rani. Tak berlama-lama, Reza melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Rumahnya hanya satu lantai, namun memiliki ruangan yang super luas.

"Bang Eja?"Rani muncul di ambang pintu kamarnya. Merasa terpanggil Reza menoleh, keningnya mengkerut saat Rani tersenyum manis ke arahnya.

"Rani udah siapin makanan di meja, makan malam sendiri yah. Rani udah makan, mau lanjut tulis laporan dulu." Ucapnya, mendengar itu Reza mengangguk lalu kembali berjalan. Gelagat Rani ada yang berbeda.

.
.

Setelah bersih-bersih dan merasa segar, dengan pakaian santainya. Reza pergi ke dapur untuk makan. Keningnya mengkerut saat melihat Rani sudah duduk cantik di kursi makan.

Bukannya tadi ia bilang sudah makan? Kenapa di sini?

"Bang Reza duduk dulu." Rani menyendok nasi dan lauk untuk Reza, Reza tak menolak. Selama hal itu baik dilakukan adiknya, ia tidak akan pernah melarang.

"Bang Eja pasti hari ini capek banget yah?"tanya Rani sambil memberikan Reza piring yang sudah lengkap lauk pauknya. Reza mengangguk kecil.

"Mba Ai tadi bilang, lagi-lagi Abang kebingungan ngurusin pasien kecil." Rani terkekeh kecil, berniat meledek. Reza menatap Rani datar, yang ditatap hanya tersenyum tanpa dosa. Reza menghembuskan nafasnya kasar, lalu melahap makanannya.

Rani bergeming menatap abangnya makan. Ia tengah memilih waktu dan bagaimana cara ia menyampaikan sesuatu.

"Bang besok Sabtu, kebetulan tanggal merah." Ucap Rani membuat Reza menatapnya lekat.

Rani tersenyum kikuk. "Aku benar-benar rindu dengan Bi Minah. Suasana desanya juga. Aku mau liburan di sana sehari. Kan Abang sibuk, jadi biar Rani sendiri aja." Ucap Rani, mendengar itu Reza menghentikan makannya dan menatap Rani begini serius.

Rani tersenyum kikuk tak berani menatap mata abangnya.

Reza berpikir sebentar, sebesar itukah keinginan Rani untuk berkunjung ke desa bi Minah? Tapi Reza tidak pernah membiarkan Rani sang adik jalan sendiri, apalagi perjalanan jauh. Dari kota ke desa.

"Tidak boleh." Jawabnya tegas, Rani mengerucutkan bibirnya kesal.

"Abang kok gitu, lagian kan aku juga ngajak bang Eja buat kesana. Tapi ga mau. Ya udah aku kan udah besar, bisa jaga diri juga--"

"Bukan perihal bisa dan tidak Rani--"

"Terus apa bang?"tanya Rani kesal. Reza terdiam menatap adiknya lalu menghabiskan makannya dan mengabaikan Rani yang terus menatapnya.

Reza menyelesaikan makannya, setelah itu ia juga mencuci piringnya dan berniat meninggalkan Rani sendirian di dapur.

"Bang Eja ihh."Rani menyusulnya dari belakang. Reza tak mengindahkannya sama sekali.

Pak Dokter (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang