TL| Prolog (B)

3.1K 431 32
                                    

Holla, good pagi, good siang, good malam. Selamat sore, Jangan lupa votment!.

•••

" Yaudah, Naomi Gladys kalian tenangin mereka dulu. Gue mau kesana dulu," ucap Sherly lalu meninggalkan Naomi dan Gladys.

" Dys, kita harus bagaimana ini?" tanya Naomi pada Gladys yang sedari tadi diam.

....

" Hiks... lepasin! Sakit!" ucap lirih pelan Lea.

" Tolong lepasin, hiks... lepasin,"

" Brisik lo!" bentak Raffi ia sangat jengah mendengar suara tangissan Lea.

Diruangan itu hanya tersisa Raffi dan Lea yang sedang terikat, sedangkan Raffi sedang mengawasinya.

" Gimana, Raf? Lo mau langsung bunuh dia atau gimana dulu nih?" tanya Raffi saat melihat Raffa sedang berjalan ke arahnya, membuat seluruh tubuh Lea merinding.

" Bunuh aja lah, habis itu kita buang mayatnya disekitar sini," jawab Raffa, lalu berjalan mendekat ke arah Lea.

" M-mau apa lo?" tanya Lea dengan nada pelan.

" Mau gue? Mau lo mati anjing!" Bentak Raffa sambil menunjuk Lea dengan pisau belatinya.

' hiks... Naomi, Gladys. Gue takut, hiks...' ucap lirih Lea membatin.

" Bawa dia kemari," ucap Raffa dingin.

" Gak, gue gak mau lepas!" teriak Lea, memberotak.

" DIAM ANJING!" bentak Raffa sambil melempar pisau ke belakang Lea.

" Fi, sekarang lo gantung tuh anak di sana," titah Raffa sambil menunjuk tempatnya. Sedangkan Lea iya hanya bisa pasrah dan menangis dalam diam.

' Naomi, Gladys. Gue tau kalo kalian kecewa sama gue, karna gak nepatin janji kita yang pernah kita buat, tiga tahun yang lalu. Tapi maaf kalo gue harus pergi duluan,' lirih Lea dalam hati, sambil menangis.

" Raf, udah nih," ucap Raffi, saat sudah menggantungkan badan Lea di tiang sana.

Tanpa aba aba Raffa pun langsung melemparkan pisau belatinya ke perut Lea.

Srettt....

" ARGHHH," teriak Lea merintih kesakitan saat pisau itu menusuk perutnya.

Dan sedetik kemudian Raffi langsung meraih pistol dan mengacungkannya tepat kepala Lea.

DOR!

Pelurunya tidak meleset-tepat sasaran di kepala. Seakan waktu berjalan begitu lambat, Raffa dan Raffi melihat wajah Lea yang terkejut oleh rasa sakit.

BRUK!

suara tubuh menghantam lantai terdengar cukup keras.

Mereka berdua bukannya sedih dan takut. Tapi mereka berdua hanya menatapnya dengan datar.

" Raf, dia udah mati. Sekarang kita buang mayatnya di sekitar ini?" tanya Raffi sambil membereskan alat alat yang dipakai buat ngebunuh Lea tadi.

" Iya, kita buang mayatnya di sana," jawab Raffa sambil menunjukkan lemari yang kosong.

Lalu mereka berdua pun membawa jasad Lea yang sudah tak bernyawa dan memasukkan nya kedalam lemari yang ditunjukkan tadi.

....

Lea mengerjapkan matanya masih merasakan seluruh tubuhnya yang terasa sakit dan pusing akibat penusukan dan tertembak, Lea sekarang menjadi takut kalo berjalan sendirian di tempat sepi.

I'm Lea! not Zea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang