08

32.8K 2.1K 9
                                    

Annyeong ~ !
Ini baru bener guys hehehe
Happy reading !!

********

"Bukan apa apa kok" jawab Nevan.

"Bohong"

"Udah yuk, mending ikut mas" Nevan menggandeng Jahara menuju toko tas.

"Mau apa mas?" bisik Jahara.

"Pilih yang kamu mau, aku tunggu sini ya"

"Beneran?"

Nevan mengangguk, "Iya sayang, beliin buat mama juga sana"

Jahara berjalan melihat tas yang sangat bagus dan mewah juga pasti harganya mahal.

Setelah berputar putar mencari yang cocok, akhirnya Jahara berada di kasir.

"Totalnya menjadi 10 juta rupiah"

Nevan mengeluarkan black card nya dan memberinya kepada kasir.

Jahara yang mendengar total itu membelalakkan matanya terkejut, karena sama sekali tidak ada tulisan harga jadi Jahara bebas memilih tetapi ia tidak mengira bahwa akan semahal itu.

Setelah selesai membayarnya Jahara dan Nevan keluar dengan tangan yang saling menggenggam.

Jahara menghentikan jalannya, "Mas"

"Iya sayang?" tanya Nevan bingung, ada apa?

"Tadi mahal banget mas, tau gitu aku beli di shopee aja"

Nevan tersenyum, "Gak apa - apa, lagian uang mas gak langsung habis cuma beli tas doang"

"Mas sombong"

"Biarin, selagi kamu seneng"

"Makasih ya mas" ucap Jahara.

"You're welcome honey"

Ternyata pria itu tidak hanya membelikannya tas, tetapi Juna pun membeli laptop karena memang laptopnya bermasalah dan langsung diberi uang oleh Nevan. Jahara harus bagaimana? Ia tidak enak kepada Nevan, apalagi jika orangtua Nevan mengetahuinya pasti ia akan di cap buruk.

"Mas aku jadi gak enak sama mas. Mas udah ngehabisin berapa juta tadi? Pasti banyak banget"

"Biarin aja Juna, laptopnya masih bisa dipake kok gak harus beli segala" ucap Jahara setelah mereka sampai di halaman rumah Jahara namun, mereka masih di dalam mobil.

Nevan malah memegang bibir Jahara, mengelusnya pelan.

"Ini dari tadi ngomel mulu, pengen di cium ya?"

Jahara melepaskan tangan Nevan dari bibirnya, "Apasih mas, aku lagi serius"

"Oke serius, kemarin gak sengaja dia cerita kalo laptopnya itu ada yang rusak daripada dibenerin mending beli yang baru, gak apa - apa Juna juga adik mas kok. Kamu gak bakal di cap buruk, lagian itu juga bukan kamu yang minta itu aku yang ngasih"

Jahara masih tetap cemberut, "Mas kok baik banget sih?"

"Oh iya dong, pacar siapa dulu?" tanya Nevan menggoda Jahara.

"Pacar Jahara seorang" jawab Jahara sambil memeletkan lidahnya.

***

"Jahara pulang ya ma, sehat - sehat disini ya" ucap Jahara sambil memeluk Hana.

"Iya nak, kamu juga disana hati - hati, jangan pulang malem kalo bisa di anter sama Nevan" Hana mengelus rambut Jahara yang panjang.

Setelah acara berpelukan, akhirnya Jahara masuk ke dalam mobil, Nevan menggunakan supir dadakan karena ia tidak mau menyetir.

"Mas pinjem hp" Jahara ingat bahwa ia tidak memiliki nomor telepon kekasihnya sendiri.

Nevan menaikkan alisnya dan segera memberikan ponselnya kepada Jahara.

"Nih, aku udah masukin nomor aku disitu" setelah mengetikkan nomornya, Jahara mengembalikkan lagi kepada Nevan.

Nevan tersenyum, "Thank you honey,"

***

Setelah pulang bekerja, Jahara tidak langsung pulang namun ia pergi ke kantor Nevan. Karena, pria itu sendiri yang memintanya untuk datang kesana namun, dijemput oleh supirnya.

"Hei" sapa Jahara yang sudah masuk ke dalam ruangan Nevan.

Sekarang, ia sudah cukup kenal dengan Daris, asisten Nevan yang sudah menikah dan memiliki anak.

"Hei honey" Nevan yang sebelumnya memasang wajah cuek dan serius langsung berubah setelah melihat Jahara.

Jahara berjalan ke arah Nevan, "Mas capek ya?" tanya Jahara sambil duduk di sebelah Nevan dan menyibak rambut pria itu.

Nevan mengangguk lelah, akhir - akhir ini pria itu memang memiliki banyak pekerjaaan, terkadang ia begadang untuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Tadi udah di makan rice bowl nya?" Jahara memang sengaja membuatkan pria itu makanan karena terkadang pria itu lupa akan makan.

"Udah sayang"

"Ken dimana?" tanya Jahara.

Nevan tidak menjawab dan malah berdiri, mengajak Jahara berdiri dan segera memeluk tubuh Jahara.

"Mas yang disini, kok kamu nanyain Ken?" bisik Nevan cemburu.

Jahara terkekeh pelan, "I'm sorry, aku cuma nanya,"

"Sini peluk yang erat bayi besar aku"

"I'm not a big baby," ucap Nevan cemberut.

"Yes you are" jawab Jahara sambil tertawa menoel pipi Nevan.

"Boss-" tiba - tiba seseorang membuka pintu ruangan Nevan.

"Oops sorry, aku tidak tahu jika kalian sedang uwu"

"Aku pamit keluar" Daris menaikkan alisnya menyapa Jahara, dan menutup kembali pintunya.

Daris sendiri terkejut melihat boss sekaligus sahabatnya itu memasang wajah seperti anak kecil, itu sangatlah cringe.

Sedangkan Nevan yang masih memeluk Jahara menyimpan kepalanya di bahu Jahara. Ia mengecup pelan leher Jahara.

Jahara terkejut merasakan itu, "Mas?!" Jahara memasang wajah marah.

"Baju mu terlalu terbuka" protes Nevan.

"Ini cuma kemeja mas," ucap Jahara, ia hanya memakai kemeja putih dan bawahan hitam panjang.

"Ini cuma kemeja mas," ucap Jahara, ia hanya memakai kemeja putih dan bawahan hitam panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












"Bagian leher terbuka"

"Tapi.."

"Jika hanya aku yang lihat, itu tidak apa-apa" bisik Nevan dan kembali mengecup leher Jahara dengan lembut.

"Mesum!" ucap Jahara sambil memukul bahu Nevan.

"Ok sorry, sekarang temani aku bekerja"

Akhirnya Jahara menyetujui dan menemani Nevan bekerja, sebenarnya bukan hanya Nevan yang bekerja Jahara pun sedang memasukkan data dan membuat permainan untuk anak TK yang menarik.

***

Maaf part ini kurang menarik karena ide ku tiba2 menghilang wkwkwk

Jangan lupa vote dan comment
Love ya ❤️




JAHARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang