14

664 81 8
                                    

Hyunjin keluar dari ruang praktek Sieun dengan hati hati. Berusaha berjalan se normal mungkin, ia berusaha tak menoleh kanan kiri mencoba abai dengan sekitar.

Hingga sebuah suara bising di koridor rumah bangsal kandungan menganggunya.

Bukan apa apa masalahnya dia mengenali suara itu. Itu suara Jeongin sang adik sepupu dan Minju istrinya.

Mereka berdua tengah menangis lirih sesekali minju yang duduk di kursi roda berteriak histeris.

Tunggu sejak kapan Minju di rumah sakit? Hyunjin tidak tau kalau sepupu iparnya itu sakit.

Hyunjin mengendap. Menguping di balik tembok.

"Minju... Jangan begini sayang, Hiks... Kita semua gak mau ini kejadian kan? Kita sama-sama teledor. Hiks.... B-Bukan kamu yang paling bersalah oke..." Jeongin memeluk minju yang histeris, meraung memegang perutnya.

"Hikss.... Kenapa Jeong KENAPA! Dia bahkan belum sebulan di sini. Hiks.... Aku teledor Jeong aku teledor... Hukss... Huaa!!" Minju kembali menangis histeris memukul mukul paha kurusnya.

"Hiks.... Kenapa aku bodoh! Bisa bisanya aku telat minum pil pencegah kehamilan dari agensi. Kenapa saat udah ada anak malang ini baru aku minum.

Aku pembunuh Jeong! Aku udah bunuh anak gak berdosa ini. Aku cerobohh huhuhu!" Minju berganti memukul mukul dadanya yang sesak. Anak yang tidak ia ketahui hadir dalam dirinya pergi bahkan tanpa sempat ia ketahui keberadaan nya karena ulah ceroboh nya.

Sementara Jeongin yang biasanya tegas terlihat hanya bisa pasrah memeluki istrinya mencega tangan kurus MC sekaligus model cantik itu memukul diri sendiri.

Hyunjin kan kepo. Ada apa? Hyunjin bingung. Minju kenapa? Habis nabrak anak orang sampe mati atau kenapa? Kok histeris?

Saking keponya Hyunjin sampai menghentikan seorang perawat cantik yang kebetulan lewat .

"Permisi Ners. Saya boleh tanya sesuatu gak?" Tanya Hyunjin dengan senyum sok ganteng nya yang membuat perawat cantik itu kesemsem.

"Iya Kak ada apa ya? Ada yang bisa di bantu?" Tanya perawat itu malu malu. Jomblo lama papasan  cogan manis siapa yang gak tersipu.

"Begini Ners, mau tanya itu ada ribut ribut apa ya? Kok perempuan di sana histeris gitu. Dia habis nabrak orang atau gimana?" Seru Hyunjin. Dia jujur gak berani nanya langsung, Minju masi histeris dan Jeongin nampak dalam kondisi ga bisa di ganggu jadi lebih baik ia tak langsung menemui mereka.

Lagian dia takut di tanya-tanya. Soalnya dia kesini sendirian bisa kebingungan dia entar jawabnya.

"Oh itu Kak. Pasien yang di sana itu baru saja keguguran tadi pagi, dia baru selesai menjalani prosedur pembersihan non kuret, dan sekarang sedang ada di tahab pemulian. Mungkin karena bayi itu umur nya baru dua minggu kali kak, jadi mbak nya gak sadar dia hamil, pas dah sadar habis proses pembersihan non kuret di kasi tau suaminya, langsung histeris dia sampe di suntik obat penenang." Ucapan perawat itu yang langsung membuat mata Hyunjin membola.

"Sampai suaminya datang juga dia masi nangis sesenggukan bahkan pas pengaruh biusnya hilang mbak nya histeris lagi. di tambah mbak nya gak tau dia hamil kan ya, awalnya dia di larikan kerumah sakit karena kram perut sampe pingsan dan ada pendarahan. Eh ternyata keguguran."

"Buat kesehatan mbak nya dokter langsung nyuntikin obat peluruh kandungan buat pembersihan non kuret, ngangkat sisa sisa janin muda itu pas mbak nya masih pingsan, kondisi janin udah hancur juga pas di periksa.

Suaminya aja tadi begitu di kasi tau langsung lemes apalagi istrinya baru sadar dah di kasi tau habis keguguran apa gak bagai petir di kilang Pertamina itu perasaan nya dan kayaknya meski udah di hibur suaminya, gak mempan deh Kak, mbak nya masih nangis terus. Kasian mereka mana masih pasangan mudah lagi." Cerita perawat itu panjang lebar.

Astaga pantes Jeongin izin pulang duluan. Minju keguguran ternyata. Kasian, ini anak pertama mereka pula.

"Ya sudah saya permisi dulu ya kak. Ada panggilan." Seru perawat tadi dengan senyum ramah.

"Terimakasih Ners. Selamat Nugas!" Balas Hyunjin sesopan mungkin.

Ada baiknya Hyunjin gak pulang dulu kali ya? Jeongin kayaknya butuh tempat buat berbagi saat bahunya di pakai menopang minju yang sedang rapuh.

Dilihatnya kembali, nampak Jeongin yang berusaha menenangkan istrinya itu yang nampak masih hiteris, karena merasa dirinya lah yang bersalah atas kehilangan anak mereka.

Minju menherit histeris, hingga membuat tubuhnya lemas dan kesadaran nya pudar, jika saja Jeongin yang berada di depannya, sigap merengkuh tubuh wanita cantik tersebut.

Beberapa perawatan datang karena jeritan minju memeriksa kondisi nya dan membantu Jeongin membawa tubuh tak sadarkan diri minju kembali bersandar ke kursi roda.

Hyunjin yang merasa ingin menghampiri Jeongin, namun kedua kakinya seperti enggan melangkah, hingga ia memutuskan untuk diam ditempat.

"Nyonya Yang baik baik saja. Sekarang lebih baik kita istirahatkan beliau di ruang inap nya. Kami akan siapkan obat penenang dosis rendah untuk menghindari serangan panik selanjutnya." Ujar perawat tersebut, Walau jarak mereka yang tidak terlalu jauh, namun Hyunjin masih menangkap apa yang perawat itu katakan.

Jeongin mengangguk mengerti, kemudian ia mulai memperbaiki posisi Minju di kursi roda nya, dengan senyaman mungkin. Tak ingin sampai istrinya itu merasa tak nyaman atau terjatuh.

Kemudian, ia langsung mendorong kursi roda berisi Minju yang tengah tak sadarkan diri ke ruang rawat nya, di temani para perawat yang mengiringi nya. Ia menolak saat para perawat ingin menggantikanya mendorong kursi roda Minju, angab saja ini effek rasa bersalah nya ia ingin merawat istrinya.

Hyunjin mengamati semua situasi yang terjadi. Dari histeris nya minju hingga  punggung Jeongin sudah menghilang dibalik pintu kamar ruang inap.

"Gue samperin kaga ya? kalau gue samperin, ntar si jeongin curiga, ngapain gue ada disini, bisa kacau kalau dia ampe bilang ke umin. Tapi kalau gak? kasihan juga, kayaknya dia lagi banyak masalah ditambah dia juga lagi pusing gara-gara kerjaan di kantor juga, kan gue juga gak enak kali sama dia." gumam Hyunjin penuh keraguan dalam hatinya. Ia belum keluar dari tempat persembunyiannya.

Kata hatinya berlawanan dengan pikirannya.Namun, disaat ia sedang dirundung dengan banyak sekali pikiran yang bersarang dalam kepala nya, kedua mata nya tak sengaja melihat sosok Jeongin yang telah keluar dari kamar inap Minju.

Tubuh itu nampak begitu lesu, karena baru saja mengalami sebuah kejadian malang yang membuat ia merutuki dirinya, Jeongin memukul mukul dinding luar ruang rawat inap minju hingga tubuhnya lemas dan jatuh ke kursi besi depan ruang inap. Ia marah, kesal dan kecewa pada dirinya karena tak dapat menjaga keluarga kecilnya dengan baik, ia meraaa tak dapat menjadi sosok suami sekaligus ayah yang baik.

Hyunjin merasa ikut sedih, melihat keadaan adik sepupunya itu yang jauh dari kata baik.

Ingin sekali ia menghampiri Jeongin, dan menguatkan adiknya itu, memeluknya dan memberikan kata-kata penenang, agar si pemuda Yang itu, merasa agak lebih tenang.

Tapi dia ragu.

'samperin kagak ya....'

.
.
.
.
.
.
TBC....

Holla welcome to the capter di t forget vote and comen BESTie. Ni book sepi banget anjim kek kuburan.

Baarmoeder (SeungJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang