15

673 70 9
                                    

Tubuh itu nampak begitu lesu, karena baru saja mengalami sebuah kejadian malang yang membuat ia merutuki dirinya, Jeongin memukul mukul dinding luar ruang rawat inap minju hingga tubuhnya lemas dan jatuh ke kursi besi depan ruang inap. Ia marah, kesal dan kecewa pada dirinya karena tak dapat menjaga keluarga kecilnya dengan baik, ia meraaa tak dapat menjadi sosok suami sekaligus ayah yang baik.

Hyunjin merasa ikut sedih, melihat keadaan adik sepupunya itu yang jauh dari kata baik.

Ingin sekali ia menghampiri Jeongin, dan menguatkan adiknya itu, memeluknya dan memberikan kata-kata penenang, agar si pemuda bermarga Yang itu, merasa agak lebih tenang.

Baru saja langkah kakinya hendak maju, nampak sosok Jeongin yang tadinya nampak terduduk di kursi depan ruang inap berdiri, tangannya mengusak rambutnya dengan frustasi, Jeongin berdiri, beranjak pergi entah kemana.

"Lah, si Jeongin mau kemana tuh?" tak ingin kembali berpikir, Hyunjin memutuskan untuk mengikuti saja kemana Jeongin ingin pergi. Itu bocah lagi frustasi Hyunjin kan takut dia aneh aneh.

Saat dia ikuti ternyata Jeongin pergi menuju taman rumah sakit, tak begitu besar namun cukup asri dan nyaman dijadikan tempat yang tepat untuk menenangkan hati.

Dan karena itulah tujuan Jeongin datang kesini.

Jeongin nampak duduk diatas bangku taman rumah sakit tersebut, Jeongin hanya menatap orang-orang yang berlalu lalang, melewatinya dengan tatapan kosong, matanya berkaca-kaca.

Hyunjin yang melihatnya dari jarak yang cukup jauh, mengerti kesedihan yang dirasakan oleh adiknya itu.

Membuatnya tanpa babibu lagi, melangkah menghampiri pemuda tampan tersebut.

*puk!*

Tepukan pelan, ia berikan pada bahu tegap tersebut, membuat si empunya nampak tersentak kaget, dan menatap terkejut pada si pelaku yang menepuk nya tadi.

"Loh, kak Hyunjin. Kok lu bisa ada  disini?!" tanya Jeongin dengan tatapan penuh tanya.

Terkejut dengan kehadiran kakak sepupunya itu disini, dan entah sejak kapan.

Hyunjin terkekeh pelan, kemudian mengambil alih tempat duduk kosong disebelah Jeongin.

Ikut memandang ke depan.

"Iya, gua ada urusan disini. Kakak gak sengaja liat Jeong ada disini, tadi kakak kira orang lain. Ternyata benar kamu." ungkap Hyunjin.

Jeongin mengangguk pelan, mendengar jawaban dari kakak sepupunya itu.

"Kakak lihat daritadi, muka mi kusut, kenapa? kayak pakaian gak disetrika aja, kusut gitu. Cerita dong, kakak ini kakak mu juga. Kalau ada masalah, cerita sama kakak, mungkin bisa ngeringanin beban masalah Jeong." Seru Hyunjin, membuat Jeongin nampak menghela nafas pelan.

"Gue... Gatau harus cerita kayak gimana kak, masalah gue ini berhubungan sama rumah tangga gua ama Minju, gue bingung mau ngejelasin nya kayak gimana." Ujar Jeongin seraya menundukkan kepala nya kebawah.

Hyunjin yang paham akan perasaan Jeongin, menepuk pelan bahu tegap itu berkali-kali dengan pelan, mencoba menenangkan.

"Kakak ngerti, Kakak paham perasaan Jeong. Secara, kakak juga pernah ngalamin masalah gituan ma bini kakak, Jeong gak inget? dulu pernah bilang ke kakak kalo ada masalah, Jeongin siap ngasih support biar kakak gak terlalu terbebani masalah itu, dan bisa enjoy ngehadapi nya. Sekarang, Jeong juga bisa ngelakuin hal yang sama. Cerita aja." ujar Hyunjin, mencoba untuk membantu Pria yang sudah beristri tersebut.

Jeongin menghela nafas untuk kesekian kalinya, apa yang Hyunjin katakan memang benar.

"hufft..... Jadi gini, di tempat minju kerja. Setiap bulan nya, Para model yang sudah terikat kontrak di beri obat pencega kehamilan biasanya di berikan di awal bulan untuk rutin di konsumsi sehabis berhubungan. Ada larangan bagi model muda yang sudah menika untuk tidak memiliki anak dulu di usia mudah terutama saat job lagi padat." Hyunjin mendengarkan cerita Jeongin dengan seksama.

Baarmoeder (SeungJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang