Sejatinya kita bisa melihat orang itu tulus apa nggak sama kita, saat kita lagi dalam masalah kalau dia bertahan berarti dia tulus begitupun sebaliknya.
~Xionara~
.
.
.Beberapa hari sudah berlalu setelah insiden di Lapas tempat Papanya di tahan, hubungan Alin dengan Mamanya sedikit mendingin terbukti dari sang Mama yang masih mendiamkannya hingga sekarang.
Alin, gadis itu tidak terlalu memperdulikannya toh nanti Mamanya pasti bakal bicara lagi dengan dia. Alin juga beberapa hari ini sibuk untuk menghubungi nomor Ayahnya tetapi selalu di tolak oleh pria itu.
"Ayah kenapa sih," ujar Alin menatap penuh kecewa benda pipih didepannya.
Terdapat sedikit getaran pada nada suaranya, matanya memancarkan ketakutan yang tidak bisa Ia tutupi.
"Ayah enggak akan ninggalin Alin kan? Ayah udah janji gak akan ninggalin Alin lagi," gumam Alin dengan lirih.
Dengan susah payah Alin menghembuskan nafasnya, ia berusaha agar rasa sesak yang bersarang di rongga dadanya sedikit menghilang. Alin menatap tumpukkan buku didepannya, tidak ada niatan dari sang empunya untuk membuka sedikit saja lembaran buku didepannya itu, otaknya tidak bisa menyerap apapun dalam keadaan seperti ini.
Alin memijat pelipisnya yang berdenyut, sudah tiga hari ia melaksanakan Ujian Nasional dan besok adalah hari terakhirnya, tapi selama tiga hari ini nilai Ujian Alin selalu mendapatkan nilai rendah mentok-mentok 70 tertinggi.
"Haiss, kepala gue rasanya mau pecah," gumam Alin dengan nada frustasi.
Ia tidak mau seperti ini, Ia tidak mau mengecewakan Mamanya dengan mendapatkan nilai rendah apa lagi Alin yang tahu gimana susah Mamanya mencari uang buat bayar SPP agar Alin bisa ikut Ujian, tapi kalaupun di paksa percuma fikiran Alin terpecah antara belajar, Ayahnya dan banyak lagi.
Dengan kasar Alin mengambil buku di depannya, mau gak mau dan bisa gak bisa Alin harus belajar dan mendapatkan nilai tinggi walaupun udah percuma karena nilai ujian lainnya rendah dan ujian besok pasti enggak bisa menutupinya.
"Ayok Alin bisa! Jangan nyerah agar bisa kuliah dan jadi Dokter yang sukses!" tekan Alin dengan tangan yang ia kepalkan.
Beberapa menit Alin berkutat dengan bukunya, saat sudah mulai menyelami dan fokus pada pelajarannya bunyi notif yang berasal dari handphonenya membuyarkan konsentrasi Alin, notofikasi yang ia buat khusus untuk Ayahnya.
Dengan gerakan cepat Alin membuka pesan yang Ayahnya kirim, senyum lebarnya membuat wajah itu terlihat sangat imut, tapi tidak berselang lama senyum itu perlahan memudar setelah ia membaca isi pesan tersebut.
Ayah❤❤
Kamu lagi apa Neng? Maaf Ayah gak ngabarin dari kemarin soalnya Ayah abis liburan sama keluarga Ayah.
Alin tertawa miris, ia sebenarnya udah tahu Ayahnya pergi liburan, karena melihat status Ayahnya, tapi apa begitu susah mengabarinya?
Dengan kesal Alin melempar buku yang ada di sampingnya, Alin menghempaskan tubuhnya di kasur moodnya benar-benar hancur malam ini.
"Akhhhhh sialan, kenapa sih?" tanya Alin dengan mencengkram kuat seprai.
Entah apa yang ia maksud dengan kenapa, Alin pun tidak tau ia cuma ingin menanyakan kenapa banyak hal tentang kenapa di pikiran Alin.
Bahu Alin mulai bergetar, ia menangis dalam diam, di kamarnya seorang diri, diselimuti oleh rasa sakit dan yang pasti tanpa ada yang tau apa yang sedang ia alami, cukup lama Alin menangis hingga gadis itu tertidur dengan mata yang sudah sembab.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIGAR #WRITONwithCWBP
Teen FictionWARNING🚫⚠️ [FOLLOW DULU SEBELUM BACA BRO!!] Cerita ini mengandung sedikit keuwuan, kegilaan, kekerasan, dan adegan yang tidak patut di contoh. Harap bijak membaca ambil hal positifnya saja dan buang yang negatif. PELAGIAT JANGAN MENDEKAT ❌‼️ AUTHOR...