ALIGAR 8

7 3 0
                                    

Alin tidak pernah berfikir kalau dia harus bersusah payah untuk bisa kuliah, dulu saat ingin masuk ke SMA ia tinggal pilih mau di mana tanpa perduli dengan biaya.

Tapi sekarang keadaan sudah berubah, dia tidak bisa seperti itu lagi dia harus mengurus segala hal agar bisa mendapatkan beasiswa dan melanjutkan pendidikan.

Seperti sekarang Ia sedang mengurus persyaratan agar bisa ikut SBMPTN. Kalau kalian bertanya kenapa Alin tidak ikut SNMPTN jawabannya karena Alin tidak tahu caranya, bahkan tidak tahu kalau ada program seperti ini.

Di sekolahnya mayoritas adalah orang berada, dan untuk orang kalangan bawah atau yang dapat beasiswa untuk jenjang SMA tidak terlalu di perdulikan oleh sekolah dan selalu di anggap remeh.

Ini saja Ia baru tahu pas salah satu Siswi SMA Plita yang bisa dikatakan berekonomi kurang berbicara dengan temannya dan Alin tidak sengaja mendengar.

Setelah semuanya selesai Alin mulai membuka bukunya dari halaman web itu di beritahukan Alin akan mengikuti tes dua minggu lagi. Waktu yang singkat untuk mempelajari segalanya.

Tapi hal itu tidak menggoyahkan Alin, bagaimanapun Ia harus bisa menjadi dokter yang sukses seperti impiannya selama ini.

Hari-hari berlalu yang Alin lakukan terus belajar dan belajar, Ia tidak ingin menyiakan waktunya karena menurutnya ini kesempatan terakhir.

Kalau dia gagal semuanya akan hancur. Impian yang sudah ia tata akan berakhir sia-sia saja.

Hingga hari tes pun tiba, Alin berangkat ketempat tes sehari sebelumnya dan ia tinggal di rumah saudaranya Zara karena memang dia gak punya saudara di daerah Jakarta selatan ini.

"Ck, lo ngerepotin banget si Lin pakek ikut ginian," kata Zara ketus saat Alin baru sampai.

"Sorry Ra, gua nginep malam ini doang kok besok langsung balik," ujar Alin tidak enak hati.

"Terus besok lo pergi ke kampus naik apa? Emang lo tau jalan? Mau naik grep emang lo punya duit bukannya lo bawa uang pas ya buat makan?"

Alin menggaruk tengkuknya saat mendengar pertanyaan Zara, benar besok gimana cara dia pergi ke tempat tes sedangkan uang saja dia tidak punya untuk sekedar memanggil Grep.

Bukan gimana Alin ikut tes ini dan berangkat kesini tanpa sepengetahuan Mamanya, yang Mamanya tahu dia pergi jalan-jalan dengan keempat sahabatnya. Alin cuma enggak ingin nambah beban Mamanya jadi ia hanya mengandalakan uang tabungan yang tidak seberapa.

"Biar Abang aja yang anterin ya Lin,"

Alin dan Zara menengok kearah suara, di liatnya Abang sepupu Zara yang bernama Nova sedang berjalan kearah mereka.

"Dih, bukannya lo besok harus nganterin Tante ke bandara ya?" tanya Zara dengan sinis.

Alin dapat melihat kalau Zara benar-benar tidak menyukai keberadaannya di sini, tapi mau gimana lagi Alin cuma bisa berharap sama Zara sekarang.

"Enggak apa-apa gua anterin Alin dulu gak lama ini," ujar Nova dengan memperlihatkan senyumnya.

Alin yang mendengar hal itu menjadi tambah tidak enak, apa lagi saat melihat ekspresi tidak suka dari Zara, ingin menolak pun Alin tidak bisa karena memang dia butuh tumpangan.

Coba saja keluarganya tidak jatuh miskin pasti tidak sampai seperti ini, yang paling penting coba saja Papanya masih hidup pasti sekarang Ia tidak sendiri kesini.

"Nyusahin lo Lin," desis Zara dan setelahnya berlalu pergi.

Alin menatap sedih kearah Zara, dulu Alin sering mengantar Zara kemanapun dia mau walaupun Alin sibuk tapi dia tidak pernah mengatakan Zara nyusahin.

ALIGAR #WRITONwithCWBP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang