Seberat apapun situasinya tenang adalah kuncinya.
~Xionara~
.
.
.
.Semuanya telah selesai, hari ini merupakan hari yang akan menentukan semua masa depan Alin , setelah menunggu beberapa bulan akhirnya hasil SBMPTN yang Alin tunggu akan di umumkan.
Dengan jantung yang berdebar Alin menatap handphone yang ada di tangannya, tangannya mendingin dan sedikit gemetar, sudah berkali-kali Alin menghembuskan nafas berat untuk menenangkan degub jantungnya.
"Haiss ayolah jangan lemot," kata Alin kesal saat handphone di tangannya menjadi lelet.
Alin mengetuk handphonenya denga kasar saat benda itu tiba-tiba tidak bisa bergerak. "Ya ampun kenapa sih, jangan bikin kesel deh pliss bukan waktunya lemot,"
Alin melempar handphonenya dengan kasar di atas kasur, karena ia masih waras buat tidak melempar benda itu di lantai.
"Ya ampun nih hp kenapa pakek demam sekarang sih, haiss ngeselin emang dasar ya hp kentang gak guna," maki Alin.
Alin heran kenapa setiap di keadaan genting selalu saja handphonenya mencari gara-gara dan menambah dosa Alin karena harus mengumpat.
Kenapa handphone nya tidak mau bekerja sama dan berjalan lancar seperti biasanya, Alin rasanya mau menangis karena kesel dengan semua ini.
"Tenang, tenang Alin. Tarik nafas buang, tarik nafas buang,"
Beberapa menit Alin terus melafalkan itu agar tenang, setelah tenang Alin mengambil handphonenya lagi dan mulai membuka halaman SBMPTN.
"YAK! HP SIALAN! YA AMPUN KERJA SAMA DIKIT DONG!"
Dengan kesal Alin melmpar bantal hingga membuat kamarnya berantakan, dadanya semakin berpacu karena cemas. Oh ayolah siapa yang tidak cemas di saat seperti ini.
Waktu terus berjalan, pengumuman sebentar lagi dan hanphonenya benar-benar tidak mendukungnya.
"Alin kamu kenapa nak?"
Alin tersentak kaget saat Mamanya tiba-tiba masuk kekamar, dengan kesal Alin membalikkan badanya menghadap sang Mama.
"Ngagetin aja mah, kalau mau masuk kamar ketok pintu dikit kek," sungut Alin dengan wajah memerengut.
"Mama udah ketok pintu, dasar kamunya aja yang budek,"
Alin mendelik saat mendengar hal itu, orang cantik seperti Alin mana mungkin budeg. Hellow kuping Mamanya kali yang budek.
"Enak aja, kuping Alin masih berfungsi dengan sangat baik asal Mama tau, ck. Lagian ngapain sih mah masuk ke kamar Alin?"
"Oh itu tadi Mama denger kamu teriak-teriak kenapa?"
Alin berubah panik, dia belum memberi tahu Mamanya soal dia yang ikut SBMPTN. "Ah anu mah, mmhh sebenarnya Alin waktu itu ikut SBMPTN mah dan sekarang pembagian hasilnya,"
Diana yang medengar hal itu langsung duduk didekat Alin, ekspresi wajahnya tidak dapat Alin tebak membuat gadis itu semakin cemas.
"Benarkah? Kenapa enggak bilang Mama hm?"
"Ah maaf mah Alin cuma enggak mau repotin Mama,"
"Kamu enggak pernah repotin Mama sayang, lain kali kalau mau lakuin sesuatu bilang sama Mama dulu ok,"
Alin menganggukan kepalanya dan langsung memeluk tubuh wanita di sampingnya dengan sayang.
"Semoga lolos ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIGAR #WRITONwithCWBP
JugendliteraturWARNING🚫⚠️ [FOLLOW DULU SEBELUM BACA BRO!!] Cerita ini mengandung sedikit keuwuan, kegilaan, kekerasan, dan adegan yang tidak patut di contoh. Harap bijak membaca ambil hal positifnya saja dan buang yang negatif. PELAGIAT JANGAN MENDEKAT ❌‼️ AUTHOR...