Selamat membaca~~
Bening berjalan di lorong rumah sakit yang sepi, kamar inap Tiara terletak di lantai 8. Tentu saja Tiara mendapatkan kamar super mewah yang menghadap keindahan Jakarta. Mengingat bagaimana kayanya keluarga mereka. Bening mendekat ke arah pintu kamar membukanya dengan perlahan, luruh semua rasa menggumpal dalam dada melihat bagaimana keadaan Tiara yang begitu banyaknya alat penyokong kehidupan menempel pada tubuh ringkih itu.
"Tiara.., m-maafkan aku." Bening menangis di samping tubuh kaku Tiara, berharap sahabatnya itu mendengar apa yang ia katakan.
"Andai kita tidak mengikuti Adam dan Renita semua tidak akan berakhir seperti ini. Tapi, semua terlambat 'kan? Kak Guntur membenci aku, Tiara. Ia berspekulasi aku sengaja membunuh kekasihnya, Renita saat itu. Padahal, tidak..." Bening menarik nafas, kembali bercerita. "Aku bahkan tidak pernah kepikiran untuk berbuat sekejam itu, Tiara. Aku tidak sanggup untuk mengatakan Renita dan Adam berselingkuh dibelakangnya. Aku tidak sanggup untuk berkata hal menyakitkan untuk Kak Guntur, Tiara. Padahal, dia jahat sama aku. Aku rasanya tidak sanggup lagi, semuanya menyakitkan." Bening mengeluarkan foto yang ia genggam sedari tadi.
"Kau tahu, kau akan jadi Tante, jadi... Tante Tiara, ayo bangun. Aku meminta maaf, maaf karena, ini terakhir kali kita bertemu, aku minta maaf Tiara, aku harus pergi. Demi bayi ini, ia harus dipisahkan dari ayahnya. Tidak mungkin aku tega melihat anakku dibenci oleh ayahnya karena ibunya membunuh kekasih tercintanya. Tapi, tenang saja. Hubungi saja Kak Monika, dia tahu aku di mana. Cepet bangun dan cepet sembuh ya, untuk aku dan calon keponakanmu, Tiara."
Bening meninggalkan Tiara, ini berat. Ia harus melarikan diri, bukan untuk menyelamatkan hatinya tapi juga untuk bayi mungil yang tidak berdosa yang ia kandung. Meskipun, Guntur sudah bersikap sangat baik padanya, tidak lagi membentak, tidak lagi memerintah layaknya majikan kepada pembantu daripada bulan pertama pernikahan mereka. Tapi, tetap saja tidak membuat Bening yakin Guntur menerima buah hatinya. Ini adalah salah satu hadiah terindah yang Tuhan berikan. Dan ia pastikan akan menjaganya dengan sekuat tenaga.
"Sudah?" tanya Monika, kakak sepupu Bening. Yang dijawab anggukan oleh Bening.
Monika terkejut ketika Bening menghubunginya, ia tidak menyangka kehidupan pernikahaan adik sepupunya begitu runyam. Bening ingin pergi jauh dari sini, bahkan ia ingin menetap dipedalaman yang tidak ada internet sekalipun. Monika tidak tahu apa yang menyebabkan adiknya ingin menjauh, tapi yang pasti Bening sangat mencintai Guntur.
Manusia hanya bisa berangan, semuanya tinggal semesta yang menentukan.
Sayang Guntur lebih memilih Renita, kekasihnya yang sudah terkubur. Bodohnya seorang Guntur menyia-nyiakan seseorang sebaik dan selembut Bening. Bahkan Monika bersumpah, Bening tidak pernah berucap kasar. Tidak seperti sahabatnya, Tiara yang Monika tahu bahkan pernah memakai narkoba. Monika sebenarnya heran, bagaimana dua kepribadian berlawanan itu bisa Bersatu dan menjadi sahabat.
"Kak, jangan pernah bilang di mana aku berada sama Kak Guntur ya Kak." Ucap Bening. Monika mengerti, pasti calon ibu muda itu sangat khawatir. Ini pasti kali pertama Bening berusaha melawan Guntur yang mendominasi.
"Pasti, Bening. Jangan khawatir, santai saja. Jangan banyak pikiran nanti berpengaruh sama bayinya."
"Habis in kita kemana, Kak?" tanya Bening dengan polosnya.
"Kita langsung aja berangkat menggunakan helikopter bantuan ya. Kau yakin tidak mau bawa barang-barangmu Bening?"
"Udah Kak, ini saja. Kemeja dan parfum Kak Guntur saja, biar tidak mual-mual lagi."
"Kau yakin ingin menjauh dari Guntur?" Monika memastikan. Bening terlihat sangat tidak yakin untuk pergi dari cekraman Guntur.
"Yakin Kak, demi bayiku. Aku tidak sanggup, jika nanti bayiku mengetahui aku wanita yang paling dibenci Guntur. A-aku pembawa sial bagi lelaki itu, Kak. Lebih baik aku pergi dari sisinya."
"Bening! Jangan bicara seperti itu."
"Kenyataan Kak." Bening beruraian air mata mengatakan hal ini, tapi ia harus mengatakannya. Tanpa sengaja ia mendengar ucapan ini dari salah satu pembantu di rumah Guntur, Bening tidak marah ia bahkan menyadari apa yang telah diucapkan ART itu memang benar adanya. Ia pembawa sial bagi Guntur, mulai dari kekasihnya yang meninggal dalam kecelakaan beruntun yang diakibatkan oleh Bening, orangtua mereka yang meninggal dalam kecelakaan pesawat melakukan perjalanan bisnis dan mencari rumah sakit beserta dokter untuk Tiara, dan terakhir adalah Tiara yang koma. Dalang dari berbagai kesialan dalam hidup Guntur adalah Bening. Ia tidak boleh dekat-dekat dengan Guntur atau Guntur akan mendapatkan kesialan.
"Kak Guntur selalu sial ketika berada didekat Bening."
"Tapi bayi itu butuh ayah Bening."
"Dan ayahnya tidak butuh dia dan ibunya Kak. Lagi pula, jika Kak Guntur ingin bayinya ia pasti akan mengambil bayi ini dari aku. Karna ia benci sekali dengan aku Kak," Bening berhenti dan menoleh ke arah Monika. "Kak Guntur benci sama aku, sangat benci Kak."
Monika memeluk Bening yang menangis, Monika tahu arti kalimat itu. Guntur tidak akan pernah bisa membalas cinta Bening, dan salah satu hal yang menyakitkan dari cinta adalah cinta yang tak terbalas. Karena, kita tidak punya kemampuan mengubah rasa tidak suka menjadi cinta. Tidak akan pernah.
Monika menuntun Bening untuk masuk ke dalam mobil dan segera mereka berangkat.
Kenapa memilih helikopter daripada pesawat? Jawabannya adalah Bening takut hal tersebut memudahkan Guntur untuk melacak Bening. Meskipun menurut Bening, Guntur tidak akan mencarinya. Lain halnya menurut Monika, lelaki dominan penuh ego seperti Guntur tidak akan melepaskan mangsanya sedikit pun. Jadi Bening menuruti saja apa kata Monika.
"Hal yang paling menyakitkan adalah ketika memilih meninggalkan atau ditinggal." Monika yang sedang menyetir menoleh sejenak ke arah Bening. Menarik nafas sejenak.
"Jadi memilih meninggalkan?"
"Jika aku memilih bertahan, hanya mengulur waktu. Sampai akhirnya, dia pergi dengan cintanya yang sebenarnya."
"Bagaimana jika akhirnya dia jatuh cinta denganmu?" tanya Monika balik. Satu hal yang luput dipikirkan oleh Bening, bagaimana jika ternyata Guntur mencintainya balik? Tidakkah semuanya bisa dan masuk akal jika terjadi.
"Dengan cap sebagai pembunuh kekasihnya, orangtuanya dan membuat koma adiknya?" Bening menoleh ke arah Monika, dan melarikan pandangannya ke arah depan. Mengelus perutnya pelan.
"Semua lebih tidak masuk akal lagi jika dia jatuh cinta kepadaku Kak, aku ini seorang per-"
"Bening! Kau bukanlah pembunuh, semua ini adalah kecelakaan. KECELAKAAN." Monika ingin menyadarkan Bening jika semua hal yang terjadi bukanlah kesalahannya, tetapi memang murni kecelakaan.
"Kita sudah sampai, kau akan kuselundupkan di bagian logistik. Ingat Bening, jaga kesehatan, jangan terlalu stress karena semua itu akan berdampak pada kehamilanmu." Bening mengangguk mengerti, ia akan hidup bahagia bersama buah hatinya. Akan hidup bahagia.
----
Wah update lagi~~~
Minggu-minggu yang cukup berat, kemarin ada satu komentar yang bikin Minmin semangat lagi. Terimakasih kamu, yang sudah memberikan komentar.
Temen Minmin ada yang sakit parah, ada bencana Gunung Semeru (Semoga selamat dan tabah ya). Dan baca cerita mahasiswi yang bunuh diri. Benar-benar menguras energi Minmin. Kalian jaga kesehatan ya, banyak minum air putih dan doakan masyarakat yang tertimpa bencana dimudahkan segala urusannya dan diringankan bebannya. Untuk siapapun kamu yang baca ini, semoga kalian baik-baik saja ya. Sampai berjumpa minggu depan lagi.
12 Desember 2021
-AlderaminChepe-
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBENING CINTA (TAMAT)
Romance-SUDAH TAMAT DENGAN VERSI SHORT- Bertahan sampai akhir atau pergi? "Hal yang paling menyakitkan adalah ketika memilih meninggalkan atau ditinggal." "Jadi memilih untuk meninggalkan?" "Jika aku memilih bertahan, hanya mengulur waktu. Sampai akhirnya...