Selamat membaca~
"Bi... sakit, gak kuat. Hiks... sakit banget Bi," racau Bening. Pagi tadi, Bening hanya ingin mencuci pakaiannya yang kotor. Tapi apa daya selepas itu, perutnya kram hebat. Memang, tadi malam juga kram tapi tak sekram ini. Dan lebih membuat Bening khawatir ia pendarahan. Bayi mungilnya, Bening sangat ketakutan sekarang. Terlebih Guntur sudah tahu keberadaannya membuat Bening tambah panik.
"Iya iya Bibi tahu," ucap Bi Norma, bibi yang menjaga Bening selama di sini. Bibi yang diutus langsung oleh Monika untuk mengurusi Bening.
Mereka harus segera sampai ke kota Balikpapan. Bening harus ditangani dengan baik. Meskipun menurut firasat Bi Norma, bayi yang ada di dalam kandungan tidak selamat. Bukan menyumpahi, tapi melihat kejadian sekarang. Banyak sekali darah yang keluar.
***
Setelah hampir dua jam mengudara, sekarang Guntur bergegas untuk memasuki mobil. Ia harus segera sampai.
"Kau sudah dapat di mana alamat rumah sakitnya?" tanya Guntur.
"Sudah, Pak."
"Cepat!" Guntur sangat khawatir, gugup, takut, dan rindu. Semua bercampur aduk. Dadanya bertalu, anak dan istrinya dalam keadaan tidak baik.
Memikirkan bagaimana pertama kali bertemu dengan Bening. Ah, dia rindu sekali mata polos itu.
***
"Pak, bukan di sana ruangannya." Ujar pengawal Guntur.
"Di mana? Cepat tunjukkan." Sesampainya di ruangan Bening, Guntur mengernyitkan dahi. Memindai sekitar, dalam satu ruangan terdapat 3 bangkar yang dipisahkan dengan tirai. Tidak mungkin Bening ditempatkan diruangan ini sama dengan yang lainnya. Guntur tidak akan ikhlas. Bening harus mendapatkan perawatan terbaik termasuk kamar.
"Pindahkan Bening ke ruangan VVIP kalau bisa di rumah sakit ini." Perintah Guntur.
Guntur mendekat, rintihan Bening semakin terdengar. Ada seorang wanita paruh baya yang menemaninya.
Wanita itu terkejut melihat Guntur dengan rahang mengetat. Menyaksikan Bening yang tengah kesakitan. Seperti tahu diri, Bi Norma mengundurkan diri dari pandangan Guntur. Membuat Bening kebingungan.
"Sayang..." ucap lirih Guntur.
"S-sakit..." wanita itu mengelus perutnya pelan. Diikuti tangan hangat lain yang lebih lebar.
Isak tangis, Guntur dan Bening terdengar. Guntur menyatukan dahinya dengan Bening, mengecup kening itu dengan sayang. Ingin memberitahu Bening, bahwa ia ada. Dia ada di sini untuk menemani Bening.
Guntur terus mengelus perut Bening dengan pelan. Berharap dengan itu, dapat berkurang rasa sakit yang didera istrinya.
"Kenapa Kakak bisa ada di sini?" tanya Bening.
"Demi istriku." Bening hanya terdiam, menyentuh wajah Guntur. Membelai rahangnya, menyentuh alis tebalnya dan hidung mancungnya. Seperti mengingat kembali, bahwa cintanya ada di sini. Menemaninya.
Sekarang ia dan Guntur berdua adalah dua orangtua yang mengkhawatirkan keselamatan bayi mungil mereka.
"Pak Guntur." Panggil seorang perawat diikuti pengawalnya dibelakang.
"Iya, saya."
"Mari, ikut saya sebentar ya Pak. Dan juga, Ibunya akan kami pindahkan ke ruangan yang Bapak pinta ya." Guntur hanya mengganggukkan kepala tanda setuju.
Guntur berjalan ke ruangan yang sudah ditunjukkan oleh perawat.
"Pak Guntur, silahkan duduk ya." Guntur pun mengikuti instruksi. Menunggu dokter, mungkin.
![](https://img.wattpad.com/cover/275948422-288-k604678.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBENING CINTA (TAMAT)
Romance-SUDAH TAMAT DENGAN VERSI SHORT- Bertahan sampai akhir atau pergi? "Hal yang paling menyakitkan adalah ketika memilih meninggalkan atau ditinggal." "Jadi memilih untuk meninggalkan?" "Jika aku memilih bertahan, hanya mengulur waktu. Sampai akhirnya...