Jake terkejut bukan main, dia menatap Sunghoon yang ternyata juga tengah menatapnya. Tatapannya tanpa ekspresi, namun tidak sedatar dan sedingin sebelumnya.
Helaan nafas terdengar, sudah Sunghoon duga Jake akan terkejut. Dia kira Jake sudah mengetahuinya, tapi ternyata belum sama sekali.
"M─maaf, gue gak bermaksud..." Ucapnya menyesal.
Seketika rasa menyesal mengitarinya, Jake jadi merasa bersalah. Sepertinya ucapannya barusan dapat menyinggung Sunghoon.
Jake hendak berbicara, namun terpotong karena suara bel yang mengintrupsinya. Jadi dia memutuskan untuk kembali ke kelas.
"Maaf, Sunghoon. Gue balik ke kelas dulu,"
Sunghoon menatap punggung Jake yang lama-kelamaan mulai menjauh dan menghilang dari pandangannya. Sedetik kemudian, dia kembali menghela nafas berat. Yasudah, mungkin Jake memang tidak ingin berteman dengannya setelah tau keterbatasan yang ia miliki.
"Kayaknya dia gak bakal bisa temenan sama si anak populer itu,"
Sekilas Sunghoon dapat mendengar dua orang yang tengah berbisik sembari melewatinya. Namun dia bersikap bodo amat, walau dia tau jika bisikan barusan ditujukan padanya.
Memangnya orang keterbatasan tidak boleh mendapat teman?
*****
Bel pulang sudah berbunyi, Sunghoon segera membereskan alat tulisnya dan keluar dari kelasnya. Berjalan santai menuju gerbang sekolah dan harus melewati perpustakaan dahulu.
BRAK!
"Sunghoon!"
Sunghoon sedikit terkejut saat pintu perpustakaan yang tadinya tertutup kini dibuka dari dalam, nyaris seperti di dobrak.
Muncul lah tubuh mungil Jake yang terpampang dibalik pintu itu, dengan sebuah senyum cerah menyapa indra penglihatan Sunghoon saat melihatnya.
"Pulang naik apa?" Tanyanya sembari berjalan menghampiri Sunghoon.
Sunghoon membentuk angka 4 menggunakan jarinya, membuat kepala Jake miring ke kanan. Wajahnya terlihat sangat bingung.
"Empat? Apanya yang empat? Motor lo ada empat?"
Gelengan kepala Jake dapatkan, otaknya kembali berpikir ada yang dimaksud oleh Sunghoon.
4... Kira-kira apanya yang 4? Jake kira Sunghoon mau nyoblos, dan milih caleg nomor 4. Tapi apa hubungannya dah, otaknya aja yang terlalu konslet dan kejauhan.
"Empat.. Yang empat itu apa aja ya──"
"Oh, maksudnya yang jumlah ban-nya ada empat?! Berarti lo pulang naik bus, iyakan?!" Jawabnya antusias.
Sunghoon mengangguk membenarkan jawaban Jake, acungan jempol ia berikan kepada pemuda yang lebih pendek di hadapannya.
"Oke, kalo gitu gue mau bareng!"
Jake berjalan mendahului Sunghoon, memberikan tatapan julid kepada siapa saja yang menatap dan berbisik-bisik tentangnya dan Sunghoon.
"Bisik-bisik teross, itu jigong ampe muncrat ke kuping yang dibisikin." Celetuknya saat melewati orang-orang.
Lagian, memangnya harus seheboh itu jika dirinya dekat atau sekedar berteman dengan Sunghoon? Dasar prik.
Dibelakang Jake, Sunghoon mengekorinya sambil memasang wajah datar seperti biasanya. Melewati daerah perghibahan yang bisa membuat kuping panas.
Saat sampai di halte, ternyata busnya sudah berlalu pergi. Apes bener dah. Jadi kudu nunggu bus berikutnya selama sekitar 10 menit, bisa kurang bisa lebih.
Sunghoon duduk di kursi halte, bersender disana sambil memainkan ponselnya. Disusul oleh Jake yang juga duduk tepat di sebelahnya.
Jake mengambil dua permen batangan dari saku celananya, lalu membuka salah satu permen itu dan memasukkannya ke dalam mulut. Satu lagi, ia tawarkan pada Sunghoon.
"Mau permen?"
Atensi Sunghoon beralih, dia menerima permen yang diberikan Jake. Ikut membuka dan memakannya sembari menunggu bus, lalu memberikan isyarat terima kasih kepada Jake.
"Itu artinya apa? Makasih?"
Sunghoon memanggut, ibu jarinya kembali ia acungkan. Setelahnya, keheningan melanda. Hanya ada suara kendaraan berlalu lalang dan juga suara klakson yang bisa bikin jantung loncat.
Saat sedang asik melamun, tiba-tiba Sunghoon mengetuk-ngetuk pundak Jake. Kemudian dia menyodorkan ponselnya menyuruh Jake agar membaca isi yang ia ketik di dalamnya.
Lo beneran mau temenan sama gue?
Jake mengangguk ribut, "Iyaa! Beneran!"
Sunghoon kembali mengetikkan sesuatu,
Emangnya lo gak risih di omongin di belakang kayak tadi?
Kali ini dia menggeleng ribut, "Nggak! Bodo amat mau mereka ngomongin di belakang, depan, samping, atau atas. Gak peduli!" Jawabnya lagi.
Sunghoon lanjut mengetik saat Jake sudah selesai menjawab, kali ini sedikit lebih lama. Berarti ketikannya juga lumayan banyak dan panjang. Belum lagi kalo ada typo, bah.
Semoga lo gak risih atau bosen temenan sama gue. Soalnya gue cuman bisa gini, ngobrol lewat perantara ketikan karena gak bisa ngomong apa-apa.
Maaf kalo keterbatasan fisik gue jadi penghalang.
Saat membacanya, hati Jake sedikit terenyuh. Dia membayangkan jika dirinya yang ada di posisi Sunghoon mungkin sekarang dia udah ada di Isekai beneran.
Selesai membaca semuanya, Jake menggeleng sembari tersenyum cerah. "Mau lo bisu, tuli, buta, atau apapun itu. Keterbatasan bukan jadi penghalang buat kita jadi temen. Kalo perlu, nanti gue bakal belajar bahasa isyarat!"
─────
flop euy, unpub atau trobos sampai ending?
btw baru sadar aku update malem terus di jam-jam segini, sksks. maaf yaa ♡
© pavthetic,
Desember, 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
talking | feat. sungjake ✓
Fanfiction‹あ) ㅡ all is over. but, let's try talking to the moon.