"Bengong terus, kenapa sih?"
Sunghoon terlonjak kaget akibat tepukan pada pundaknya, lamunannya seketika buyar begitu saja. Digantikan oleh gelengan sekaligus senyuman.
"Lo kepikiran sama yang barusan lo ceritain?"
Helaan nafas terdengar, kepala Sunghoon mengangguk mengiyakan. Telapak tangan kekarnya mengusap wajahnya dengan gusar, ia merasa frustasi.
Si teman disebelahnya tertawa, "Haduh, ngapain nyesel sama keputusan lo di masa lalu?" Tanyanya.
Sunghoon tak menjawab, dia hanya menatap datar. "Itu kesalahan lo dalam ambil keputusan. Tolol aja kalo masih nyesel sampe sekarang." Lanjut temannya.
"Intinya ya nggak ada gunanya juga lo nyesel sama hal yang udah berlalu, yang namanya masa lalu, udah takdirnya harus di lupain."
"Yaudah lah, yok ke dalem. Acaranya bentar lagi udah mau mulai."
Jay, pemuda itu merangkul pundak sohibnya sambil berjalan masuk ke dalam sebuah tempat Teater Musikal. Tempat dimana banyak pertunjukkan kesenian musik akan di tampilkan.
Jay itu pecinta musik, karena bingung hendak mengajak siapa, dia memutuskan untuk mengajak sohib fakultasnya alias Sunghoon. Mereka berdua sama-sama suka musik, bedanya hanyalah Sunghoon yang hanya sekedar suka dan tertarik.
Teater Musik ini umumnya mirip seperti bioskop, bedanya di hadapan para penonton bukanlah layar besar, akan tetapi ialah panggung untuk menampilkan acara serta bakat para peserta yang berikut serta.
Sunghoon dan Jay duduk di kursi barisan tengah, supaya letaknya nampak strategis. Tak terlalu jauh dan tak terlalu dekat.
"Pertunjukkan pertama kayaknya bakal Piano dan Biola atau Nyanyi," Celetuk Jay.
Sunghoon menaikkan satu alisnya, memasang raut wajah bertanya. Jay yang melihatnya langsung peka, dia memanggut-manggut sebelum menjawab.
"Iya, ada satu pertunjukkan dimana Violinist dan Pianis di gabung menjadi satu. Mereka bakal menampilkan satu instrumen yang sama secara bersamaan."
Sunghoon mengangguk, lalu pandangannya beralih ke depan. Lampu sekitarnya sudah padam beberapa, di gantikan dengan dua lampu yang menyorot ke arah panggung.
"Gue tertarik banget sama pertunjukkan yang barusan gue bilang, tapi gue nggak yakin kalo lo bakal tertarik atau suka juga." Lanjut Jay.
Ya memang benar, sih. Sunghoon tak terlalu tertarik dengan hal yang barusan di bicarakan oleh Jay. Prinsip dia datang kesini, hanyalah untuk menikmati setiap alunan musik dan nyanyian, tidak untuk tertarik dan suka.
Dagunya ia tumpu di atas telapak tangan yang sikunya bertumpu pada pegangan kursi. Sedikit menatap bosan pada panggung di hadapannya.
Tap! Tap!
Satu ruangan seketika berubah sunyi, hingga terdengar suara langkah kaki yang menggema sampai ke seluruh penjuru ruangan.
Terlihat, ada seorang pria── ah tidak, nampaknya lelaki itu seumuran dengan Sunghoon. Jadi, kita sebut saja dia dengan sebutan Pemuda.
Terlihat seorang pemuda berjalan perlahan menuju kursi yang ada di hadapan Piano, lalu mendudukkan dirinya disana sambil membuka Fall Board Piano yang masih menutupi seluruh Tuts Piano tersebut.
Meregangkan otot-otot jarinya terlebih dahulu, lalu fokus memperhatikan Tuts di hadapannya. Jari-jemarinya ia taruh di atas Tuts, kemudian mulai menekannya hingga menghasilkan dentingan yang merdu.
"Lah ini mana Violinistnya," Gumam Jay.
Sang Pianis nampak masih fokus berkutat dengan Tuts, mengalunkan nada intro yang terdengar tak asing di telinga Sunghoon. Hingga tak lama, alunan piano itu berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
talking | feat. sungjake ✓
Fanfiction‹あ) ㅡ all is over. but, let's try talking to the moon.